Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PENGANTIN DADAKAN (Menikah Dengan Chef)

PENGANTIN DADAKAN (Menikah Dengan Chef)

Aini Dahlia

5.0
Komentar
6.9K
Penayangan
43
Bab

Terjebak pernikahan dadakan membuat Cantika bingung dan bengong

Bab 1 Batal Nikah Gara-gara Mahar Dinaikkan

Hai, Ukhtie, Bestie, Kunti, semuanya, salam kenal, namaku Cantika Ayu Jelita. Kepanjangan? Cukup panggil Cantik saja, sesuai nama depanku. Aku anak bungsu dari lima bersaudara, perempuan sendirian. Dua masku sudah menikah dan punya anak. Dua lagi belum, katanya masih nimbun harta, dan ngumpulin modal buat nikah. Soalnya, akhir-akhir ini pihak peremuan seneng banget minta mahar tinggi-tinggi.

Seperti yang lagi fyp di akun tik-tokku. Bayangin H minus 3 hari pernikahan, malah minta sertifikat rumah atas namanya. Menangis notaris seluruh Indonesia melihat permintaan seseembak yang sedang viral sekarang. Aku yakin banget dia sudah ditandai oleh asosiasi calon mertua se Indonesia, sebagai bukan kriteria menantu idaman.

Oke, back to topik. Sebagai konten kreator pemula. Aku suka mereviem ragam jenis skin care yang sedang viral, hanya reivew pribadi, tapi kadang terima endorse juga. Yah, lumayan uangnya bisa aku jadikan jajan seblak, dan bakso, dan buat bayar biaya kuliah sendiri. Fyi, aku nggak bisa masak, ukthie. Memasak adalah urusan nomor 3000 dalam hidupku.

Terus nanti kalau udah nikah, gimana? Nggak bosan-bosan aku meminta sama penguasa bumi dan langit yaitu Allah SWT, untuk mendatangkan calon suami yang akan jadi suami yang harus bisa masak. Kenapa begitu? Suka-suka aku, donk. Kita, kan, punya kriteria masing-masing. Kalau yang laki-laki sekarang pada minta calon istri yang bisa cari uang sendiri, emang kita nggak boleh cari yang bisa masak juga.

Nah, kali ini adalah bulan kedua aku memakai rangkaian lengkap perawatan wajah dari brand yang sedang viral. Fyi, dulu aku itu tomboy, rambut pendek, kulit item, dan dekil dan gara-gara itu aku diputusin sama pacarku. Sampai akhirnya aku nangis bombay tiga malam empat hari. Masih teringat olehku sumpah mantan yang mukanya kayak keset welcome, dengan pedenya dia bilang.

"Kamu jelek gini, hidup lagi, nggak akan ada yang mau."

Aku mengulang perkataannya yang masih aku ingat sampai mampus satu tahun lalu. Sambil memakai pelembab dari salah satu brand. Dari sana aku rajin perawatan wajah. Coba-coba mulai dari yang murah, sampai akhirnya aku cocok dan betah pakai satu paket dengan harga cukup mehong bok. Nggak apa-apa, karena kita juga perempuan mahal, ukthie, bestie, kunti.

"Can, cepetan, kita datang ke akadnya Mas Jimmi pagi-pagi, loh." Masku yang nomor tiga udah gedor pintu.

Ya, memang harus datang sekeluarga, karena Mas Jimmi itu masih saudaraan sama kami. Kalau sama aku hitungannya bukan sepupu lagi, sih, tapi bisa dua pupu, tiga kali kayaknya, jauh banget, deh, yang jelas.

Tiga puluh menit kemudian, aku sudah siap, dengan make up tipis aja pakai cussion dikit dan lipstik yang makanable, dibawa makan pun tidak luntur warnanya. Kami pergi sama mama, papa, masku nomor tiga satu mobil, yang nomor empat katanya pergi sama pacarnya. Setengah jam perjalanan kami sampai di sebuah gedung. Masih pagi jadi cuma pihak keluarga yang datang.

"Kok, kayaknya ada yang aneh, ya, Ma. Pengantin laki-lakinya kasak-kusuk gitu." Aku memperhatikan dari pintu masuk. Eh, pengantin perempuannya mana, kok, belum kelihatan. Akad nikah harusnya mulai lima menit lagi.

"Entar, Mama cari tahu dulu, ya, Can. Kamu duduk aja deket masmu sana." Mamaku kebetulan masih temenan sama mamanya Mas Jimmi.

Nama lengkapnya Jimmi Zola. Agak familiar namanya, tapi memang begitulah dari kecil sudah dipotongin kambing sama orang tuanya. Mas Jimmi ini chef. Dia sudah sering menang event-event besar dan mulai dilirik jadi juri. Cuma, aku nggak suka sama dia. Kalau ngomong galak bener, suaranya tegas dan berat, gak ada lembut-lembutnya sama sekali. Cewek yang mau sama dia pasti mentalnya sudah teruji untuk dicekek, dilempar, dan dibanting.

"Can, mau tahu gosip baru, nggak?" Mas Hilmi, dia ini pasti sudah dapat bocoran. Kemampuannya stalking sangat handal luar biasa.

"Langsung aja to the point, Mas," jawabku saking penasarannya.

"Manten ceweknya kabur, nggak mau nikah sama Jimmi."

"Kan, udah kudugem, siapa, sih, yang tahan sama Mas Jimmi, ganteng sih, tapi galak." Tapi kasihan juga lihatnya, wajah Mas Jimmi dilihat dari tempat kami duduk kayak gugup dan panik gitu, kalau perempuan pasti sudah nangis. Kalau aku yang ngalamin, bakalan aku upload ke tik-tok buat konten.

"Pengantin perempuan minta mahar dinaikkan tiga kali lipat, Can, dari kesepakatan," lanjut masku.

"Wow, kok, mendadak banget, emang kesepatakan awalnya berapa?"

"Denger-denger udah disediain sekian gram emas, sama uang tunai 50 juta, nah dia minta uang tunainya jadi 150 juta."

"Eh, buset, dikira nyari duit kayak cabut bulu ketek apa?" Aku aja yang perempuan gemes dengernya, apalagi pihak laki-laki sebagai penyedia mahar.

"Ya, makanya itu lagi panik, mana siang bentar lagi tamu pasti datang. Nggak mungkin undangan ditarik, kan?" Mas Hilmi masih memperhatikan keributan di depan matanya, sedangkan aku memperhatikan mamaku bisik-bisik tetangga sama mama Mas Jimmi.

"Tapi kayaknya sekelas Mas Jimmi, uang 150 juta pasti ada, kan? Chef, loh, kerja di hotel bintang tujuh terpercaya sejak jaman penjajahan. Terus udah mulai terkenal."

"Bukan masalah nominalnya, Can, tapi caranya itu yang nggak enak. Kenapa harus deket hari H minta tambahannnya, kenapa nggak dari kemarin-kemarin. Mas lebih milih batal nikah deh, daripada dipaksa punya banyak uang detik itu juga."

"Ya, kan, Mas, kere, beda sama Mas Jimmi. Jadi gimana, donk, batal nih nikahannya? Mana udah capek-capek dandan lagi." Aku lihat memang Mas Jimmi berbicara dengan mama dan papaku. Ada juga mas-masku yang lain udah mulai ngumpul.

"Hmm, perasaan, Mas, nggak enak ini." Mas Hilmi mulai jadi detektive.

Terus dia berdiri karena dipanggil sama keluarga cemaraku yang lain, tapi, kok, aku nggak dipanggil, ya? Setidak penting itukah aku di mata mereka? Dilihat dari tempatku duduk Mas Jimmi kayaknya pasrah aja sama keputusan yang diambil keluarganya.

Nah, itu, mamaku datang. Tanya, ah, ada diskusi apa tadi? Bisa buat bahan konten di tik tok. Apalagi kalau fyp, bisa nambah followers dan cepet deh centang biru. Ta-ta-tapi, kok, senyum mamaku jadi rada aneh gini, ya. Duh, perasaanku jadi nggak enak ini.

"Can, kamu, beneran masih jomlo, kan?" tanya mamaku, aku bilang iya.

Emang sejak memutuskan pakai jilbab walau belum lebar, aku belum mau punya pacar lagi. Satu, dosa, dua akunya belum laku sampai sekarang. Ish kayak barang aja jadinya. Mungkin standarku ketinggian, padahal aku cuma minta calon suamiku bisa masak aja.

"Kriteria kamu belum berubah, kan. Suka sama yang umurnya beda jauh, terus bisa masak?" Aku mengangguk lagi mendengar kata Mama.

Ya, jangan terlalu jauh juga umurnya. Aku 21 tahun calon suami 65 tahun ya aku nggak mau juga. Kecuali udah ada kepastian besok dia login ke alam lain dan semua harta warisan buat aku, gas aja kalau begitu.

"Nah, berarti cocok ini, Pa." Mamaku agak teriak memanggil Papa.

Fyi, mamaku itu dulu pernah ngejar maling dan dapat. Agak preman dikit, tapi dia Mama yang sangaat baik. Sudah bisa ditebak kelanjutannya, Papa datang mendekat padaku. Terus mama memegang tanganku yang halus dan wangi karena pakai body care.

"Cantika Ayu Jelitta, anak perempuan mama dan papa satu-satunya. Nak, pagi ini kamu gantikan posisi calon pengantinnya Mas Jimmi, ya, kasihan dia panik gitu mukanya." Sek, kok aku ora reti maksud mamaku.

"Duduk di sana doank, kan, Ma, temenin Mas Jimmi, nggak ngapa-ngapain lagi, kan?" Hal ini harus diperhatikan sejelas-jelasnya.

"Iya, duduk di sana, Nak, kamu nikah pagi ini sama Mas Jimmi." Gantian papaku yang buka suara.

Terus tiba-tiba dunia serasa berputar begitu cepat di mataku. Yang terbayang olehku suara orang pridapan lipsing lagu it's my life dengan aksen India kentalnya.

"Mama sama Papa berjanda, kan?" Ada aja ya ampun hal-hal nyeleneh di dunia ini.

"Nggak, Nak, ayo, Mama sama Papa sudah kenal siapa Jimmi. Dia cocok sama kamu." Bagai petir menyambar-nyambar di atap rumahku saat sedang mati lampu, jedar, jeder, jedur. Seseorang, tolong selamatkan akuuh.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Aini Dahlia

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku