Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Dadakan CEO Tampan!

Istri Dadakan CEO Tampan!

Liya Amoura

4.5
Komentar
13.5K
Penayangan
39
Bab

Aska Pradipta seorang CEO muda yang memiliki ketampanan yang begitu memikat, tak heran jika banyak wanita di luaran sana yang rela menjajakan tubuhnya demi lelaki sejuta karisma itu. Entah hanya untuk menikmati ketampanannya atau justru uangnya saja. Sampai suatu ketika ia mendapati seorang bayi di depan rumahnya, yang tak lain adalah hasil buah cintanya dengan sang mantan kekasih. Dimana mantannya itu meninggalkan bayi untuk ia rawat, dan saat ia meminta sekertarisnya untuk mengasuh bayinya tiba-tiba saja ibu Aska datang dan salah paham kepada mereka berdua. Mau tak mau Aska pun meminta Naura untuk menikah dengannya atas dasar kesepakatan, dengan imbalan yang begitu menggiurkan. Lalu bagaimana kelanjutan dari kisah mereka? Yuk baca!

Bab 1 Masalah

Tring

Seorang wanita tampak menggeliatkan tubuhnya ketika ia merasa terganggu dengan deringan ponselnya, karena seseorang yang terus menelpon sampai akhirnya Naura pun menjawab panggilan tersebut dengan mata yang sayu.

"Hallo, ini siapa ya?" Lirih Naura pada lawan bicaranya.

"Buka mata kamu dan lihat nama siapa yang tertera di layar ponselmu."

Naura menurut dan bergumam, "Burung Beo."

Aska mengusap wajahnya dengan kasar, "JADI KAMU MENAMAKAN KONTAK SAYA BURUNG BEO!!"

Mata Naura membulat ketika ia mulai mengenali siapa pemilik suara ini, "Eh Pak Aska..."

"KE RUMAH SAYA SEKARANG JUGA!!"

Karena suara Aska yang begitu menggelegar, tanpa sengaja membuat bayinya kembali menangis.

"Astaga pak... diluar lagi hujan deras."

"Saya gak peduli!"

Samar-samar Naura pun mendengar suara tangisan bayi yang semakin kencang, "Itu suara bayi siapa?"

"Bayi say-"

"APA!?" seru Naura yang begitu shock.

Lain halnya dengan Aska yang kini menjauhkan ponselnya dari telinga, akibat suara Naura yang begitu kencang.

"Pelankan suaramu Naura."

"Em maaf Pak... Tapi Bapak kan belum menikah, kok Bapak bisa punya anak sih?"

"Susah buat dijelasin, anak saya sekarang lagi nangis dan kamu tolong kesini sekarang."

"Kenapa harus saya Pak? Kenapa gak mamanya aja?" Heran Naura.

"Kalau dia ada disini sudah pasti saya akan menyuruhnya dan tidak akan menelpon kamu. Kamu kesini sekarang dan bantu saya untuk menjaga bayi ini, jangan lupa untuk membelikan popok dan susu karena sepertinya saya tidak memiliki itu semua. Pastikan bahwa semua barang-barang itu yang termahal dan bermerk," pesan Aska yang tidak ingin anaknya mengenakan barang-barang yang biasa.

"Tapi saya gak punya uang sebanyak itu pak."

"Saya akan transfer, bersiaplah kemari dengan membawa barang-barang yang sudah saya pesan tadi."

"Nggak nunggu reda dulu-"

Tiba-tiba saja sambungan teleponnya ditutup secara sepihak, dan hal itu membuat Naura geram.

"DASAR BOS NYEBELIN!! BISA-BISANYA DIA MENGGANGGU WAKTU ISTIRAHATKU," seru Naura yang dengan terpaksa keluar rumah dengan tubuh yang mengenakan sebuah jas hujan.

Perlahan rasa dingin mulai melingkupinya, apalagi dia mengendarai sebuah motor sehingga angin pun dengan bebas menerpanya. Sedangkan di sisi lain Aska tengah mencoba untuk menenangkan bayinya yang terus menangis.

"Bisa gawat kalo Mami sampai tau kalo aku udah punya anak," gumam Aska yang begitu berat untuk menerima bayi ini.

Setelah hampir 1 lebih jam Aska menunggu, akhirnya Naura pun tiba di depan rumahnya dengan kondisi yang begitu mengenaskan karena jas hujan yang dikenakan olehnya telah sobek sehingga membuat pakaiannya basah, belum lagi kedua tangannya yang sudah penuh membawa barang-barang pesanan Aska.

"Lama banget kamu nyampenya!? Saya nunggu kamu hampir satu jam lebih lho," omel Aska yang membuat Naura darah tinggi.

"DI LUAR HUJAN PAK! BAPAK GAK LIAT SAYA SUDAH BASAH KUYUP, BELUM LAGI PESANAN BAPAK YANG GAK SEDIKIT. BAPAK SUDAH MEREPOTKAN SAYA DAN SEKARANG BAPAK MALAH MENYALAHKAN SAYA! TAU GINI SAYA GAK MAU BANTU BAPAK LAGI," bersamaan dengan itu Naura menyerahkan barang belanjaannya pada Aska.

Aska segera meletakkannya di lantai dan berlari mengejar Naura untuk meminta maaf.

"Maafkan saya Ra, tapi saya mohon kamu jangan pergi dulu ya? Anak saya masih menangis dan mungkin dia sudah tidak nyaman lagi dengan popoknya," tahan Aska pada lengan Naura.

"Saya gak peduli! Saya mau pulang saja."

"Saya mohon Ra, memangnya kamu tidak kasihan sama bayinya? Dia sudah ditinggalkan oleh ibunya sedangkan saya belum pernah merawat seorang bayi," tatap Aska dengan mata yang menyedihkan.

Karena merasa iba akhirnya Naura pun mau untuk membantunya, dan dengan senang hati Aska membawa Naura ke kamarnya.

"Pakaian kamu basah, lebih baik kamu gunakan ini..." bersamaan dengan itu Aska menyodorkan sebuah hoodie dan celana panjangnya.

Naura tak menolak dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaian tersebut karena ia juga merasa kedinginan, sedangkan pakaian yang ia kenakan sebelumnya tengah dikeringkan.

"Ya ampun popoknya penuh," lirih Naura yang kemudian membersihkan bayi tersebut dan menyodorkan popok bekas tersebut pada Aska.

Aska tampak mual dan menolaknya, "Kenapa kamu kasih popoknya ke saya? Kamu gak tau apa kalo popoknya bau banget?"

"Kalau begitu bapak yang mengganti popoknya dan saya yang membuang ini, masa semuanya saya yang ngerjain."

Dengan terpaksa Aska pun menerima popok bekas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah yang berada di dekatnya, sedangkan Naura tampak tersenyum senang karena untuk pertama kalinya ia bisa menyuruh bosnya yang super bossy.

Bayi itu mulai merasa tenang ketika popoknya sudah di ganti dan kini ia tengah menikmati susunya.

"Ingat ya Pak, bayi itu harus di kasih susu minimal 2 jam sekali. Bayi itu mudah lapar apalagi bayi cuma minum susu doank," ujar Naura yang mengingatkan bosnya.

Karena kebetulan ia pernah merawat keponakannya sehingga ia pun tau sedikit cara mengurus bayi.

"Iya Ra, kalau kamu mau kamu bisa bermalam disini untuk menjaga bayi saya."

Seketika itu juga Naura menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, "Maksud bapak apa ngomong seperti itu!?"

"Jangan salah paham dulu Ra! Saya hanya ingin kamu menemani bayi saya untuk satu malam ini saja, karena saya takut jika kamu pulang nanti bayi saya akan kembali menangis."

Dengan penuh pertimbangan akhirnya Naura pun setuju, "Oke! Tapi hanya untuk satu malam saja."

"Iya Naura."

"Tapi bagaimana bisa bayi ini sampai disini?"

Kemudian Aska menjawab, "Jadi ceritanya..."

Flashback on

Malam ini hujan turun dengan begitu derasnya, Aska yang kebetulan terbangun dari tidurnya lantas keluar dari kamarnya untuk mengisi tekonya. Sampai akhirnya Aska terdiam ketika samar-samar ia mendengar suara tangisan bayi.

"Suaranya terdengar begitu dekat, apa mungkin tangisan bayi tetangga terdengar sampai sini?" Pikir Aska yang rasanya tidak mungkin, karena jarak dari rumahnya ke sebelah sangatlah jauh.

Karena penasaran akhirnya Aska melangkahkan kakinya menuju teras rumah, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati seorang bayi tengah menangis disana, lengkap dengan sebuah tas yang berisi pakaian sang bayi.

"Bayi siapa ini!?" Seru Aska yang kemudian membawanya masuk, karena tak mungkin ia meninggalkan bayi ini di luar dengan keadaan hujan yang begitu lebat.

Aska menoleh ke sekitarnya untuk mengecek situasi dan ketika ia merasa aman, ia pun membawa bayi itu ke dalam kamarnya.

Menempatkan bayi itu di tempat tidurnya, yang perlahan tangisannya mulai mereda karena merasa aman dan hangat.

"Orang tua macam apa mereka!? Meninggalkan anaknya dalam keadaan hujan seperti ini. Setidaknya kalau tidak menginginkan bayi, seharusnya mereka tak pernah membuatnya."

Di saat dirinya tengah menggerutu tiba-tiba saja mata Aska menangkap sepucuk surat, dengan segera ia pun mengambilnya dan kemudian membaca surat tersebut.

"Mungkin kamu akan merasa terkejut mendapati seorang bayi di depan rumahmu, tapi percayalah bahwa dia adalah putrimu. Jangan pernah mencariku dan urus saja dia karena dia adalah tanggung jawabmu dari Saskia," Aska merasa terkejut sampai akhirnya surat itu jatuh dari tangannya.

"Bagaimana mungkin?"

Aska Dirgantara, merupakan seorang CEO muda yang cukup terkenal di kotanya. Selain itu ia pun memiliki paras yang tampan sehingga tak heran jika banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasih atau bahkan teman tidurnya, kehidupannya yang begitu royal membuat Aska bertingkah semaunya sampai akhirnya ia menghamili mantan kekasihnya.

Aska menoleh ke arah bayi itu, dan kemudian menyambar ponsel yang berada di dekatnya untuk menghubungi Saskia. Sayangnya sambungan telepon itu tidak tersambung, besar kemungkinan bahwa Saskia memang benar-benar lepas tanggung jawab.

Aska merasa frustasi dan namanya pasti akan buruk jika ia memiliki seorang anak, sedangkan ia belum pernah menikah.

"Naura..." tiba-tiba saja nama itu terlintas dalam pikirannya, dan dengan segera ia pun menelpon sang sekretaris.

Flashback off

"Jadi begitu ceritanya," jelas Aska dengan mata yang sayu karena ia sudah mengantuk.

Sedangkan Naura hanya menganggukkan kepalanya, "Oh begitu..."

"Em sekali lagi saya ucapkan terimakasih karena kamu mau membantu saya Naura, Saya berjanji kalau saya akan membalas semua kebaikan kamu. Kebetulan ini sudah malam dan lebih baik kamu tidur sekarang, saya pamit..." Ucap Aska yang kemudian berlalu pergi dari kamarnya menuju kamar yang ada di sebelahnya.

***

Keesokan harinya,

Naura terbangun dari tidurnya dan langsung membuatkan susu untuk sang bayi, sampai akhirnya ia dikejutkan dengan sosok wanita paruh baya yang membuka pintu kamar tersebut.

Bu Mega tampak shock ketika melihat seorang wanita yang tengah bersama dengan seorang bayi di kamar putranya, belum lagi Naura mengenakan pakain Aska sehingga membuat Bu Mega mengira bahwa Naura itu adalah kekasih sekaligus ibu dari bayinya.

"ASKA...!!!!" Teriak Bu Mega yang membuat Aska panik dan berlari ke arah kamarnya.

"Mami..."

Bersambung,

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku