Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENJADI ISTRI DADAKAN CEO AROGAN

MENJADI ISTRI DADAKAN CEO AROGAN

Dek ita

5.0
Komentar
4.2K
Penayangan
101
Bab

Lavendra, wanita yang menikah dengan seorang CEO bernama Daza, merasa hancur karena tahu dirinya hanya salah satu syarat demi warisan oleh kakek Daza. Hatinya makin sakit saat tahu bahwa Daza ternyata masih memiliki kekasih bernama Lora. Namun, karena sudah terlanjur, dan dirinya ingin pernikahan yang berakhir bahagia seperti yang diimpikan, Lavendra akhirnya memilih untuk berjuang untuk mendapatkan hati Daza. Dirinya berusaha membuat Daza jatuh hati, meski sangat susah karena Lora mengganggu terus. Lavendra banyak mengorbankan waktu dan tenaganya demi bisa merebut hati sang suami hingga tanpa sadar, Lavendra merasa lelah akan apa yang telah ia lalui. Ia merasa bodoh, dan juga putus asa. "Tenyata aku terlalu naif untuk memimpikan pernikahan yang manis."

Bab 1 Pernikahan Sandiwara

"Ingat ya, kita hanya menikah sampai warisan kakekku jatuh ke tanganku! Setelah itu, kita sudahi pernikahan ini, dan kamu jangan pernah muncul di hadapanku!" tegas Daza, suami Lavendra yang baru saja diresmikan kurang dari 2 jam yang lalu.

Tatapan melekik tajam tersebut benar-benar membuat Lavendra tidak senang. Meski dirinya tahu kalau pernikahan ini adalah permintaan terakhir dari kakek Daza, supaya warisan tersebut bisa diserahkan kepada Daza. Rasanya menyedihkan sekali. Impian untuk menikah dengan bahagia hanya angan-angan saja saat ini.

Dirinya tidak menjawab, dan itu membuat Daza merasa geram. Dia segera menarik dagu Lavendra dan membuatnya menatap mata Daza yang sangat menyeramkan itu.

"Jawab! Dan aku tegaskan padamu, jangan pernah sedikit pun menyentuhku! Karena aku tidak akan sudi sama sekali!" tegasnya.

Langsung dihempaskannya wajah Lavendra tersebut. Termenung dirinya saat tahu bahwa ini semua hanya lah sandiwara belaka. Padahal, keluarga Daza cukup menyukai dirinya, dan juga membuat dirinya yakin bahwa Daza mungkin bisa menerimanya kedepannya.

"Aku anggap iya," ucap Daza.

Pria tersebut beranjak dari tempatnya, dan menuju ke pintu masuk. Lavendra mendengar ada suara bel rumah yang ditekan dari luar. Dirinya melirik ke arah sana. Siapa yang datang bahkan di saat seharusnya sekarang adalah malam pertama mereka sebagai pengantin?

Begitu pintu dibuka, muncul seorang wanita dengan perawakan cukup seksi dan juga sangat cantik sekali. Dilihat dari penampilan saja, Lavedra sudah kalah jauh sekali. Wanita itu masuk dengan senyum lebar, langsung memeluk dan mengecup pipi Daza.

"Sayang...., apa kabar?" sapanya.

Deg. Apa? Sayang? Lavendra tidak salah dengar? Ia segera menaikkan kepala dan melihat ke arah wanita tersebut. Dua orang tersebut juga melihat ke arahnya. Wanita itu justru kelihatan senang Lavendra melihat mereka. Dia, sekali lagi mengecup wajah sang pria yang kini suaminya.

Gemetar tangan Lavendra saat melihatnya. Ia sama sekali tidak tahu kalau ternyata Daza sudah memiliki pacar. Bahkan keluarga Daza sendiri mengatakan bahwa Daza itu single dari lama, makanya Lavendra mau menerimanya! Bagaimana ini..., dirinya benar-benar gemetar.

Wanita itu mendekat ke arah Lavendra. Dia menatap dirinya dengan sangat angkuh sembari memberikan senyuman kemenangan.

"Dengar ya, jangan kamu anggap dirimu di sini sebagai seorang istri! Kamu dinikahi hanya karena syarat dari kakek Daza. Jangan berani-berani kamu menyetuh, apalagi sampai tidur dengannya. Aku bisa membunuhmu kalau kamu berani melakukannya," peringat wanita tersebut.

Entah kenapa, rasanya gemetar mendengar ucapan barusan. Lavendra sadar, mereka pasti benar-benar mengincar warisan yang bernilai cukup besar tersebut, sampai-sampai si wanita ini rela Daza menikah dengan dirinya. Harga diri Lavendra hancur.

"Oh, satu lagi, aku Lora. Aku akan menggantikanmu, setelah nantinya warisan itu jatuh di tangan Daza," sambungnya.

Wanita yang bernama Lora tersebut segera berbalik badan dan menghampiri Daza. Mereka keluar, menghilang dari balik pintu tersebut. Rasanya angan-angan bahwa dirinya akan menjadi satu-satunya wanita yang berharga sudah hilang sekejap mata.

Akal sehat Lavendra tidak bisa menerimanya. Rasanya masih seperti mimpi yang tidak seharusnya datang di hari ini. kenyataan ini menampar akal sehatnya. Runtuh sudah.

Lavendra bersimpuh tak bisa menahan kakinya. Ia menangis tersedu, dadanya terasa sesak dan juga pandangannya terasa hancur. Bahkan. Lavendra berteriak sekencang yang ia bisa di dalam rumah milik Daza ini. Ia benar-benar hancur.

"Kenapa!! Kenapa aku harus mendapatkan semua ini! Aku tidak pernah berbuat salah ya Tuhan!! Cobaan macam apa yang kamu berikan kepadaku yang sudah menurut kepadamu selama ini!" teriak Lavendra.

Apa dirinya jahat selama ini? Apa dirinya kurang berbagi? Apa dirinya kurang berbakti? Lalu kenapa Tuhan seolah tutup mata sehingga memberikannya pernikahan yang jauh dari kata bahagia? Rasanya..., Lavendra seperti menjadi istri simpanan.

Malam tersebut terasa kalbu. Lavendra hanya bisa menangis di atas sofa sambil beberapa kali menyesali keputusannya menerima Daza. Pria yang datang dengan tulus kepada orang tuanya, kini malah menjadi pisau bermata dua bagi dirinya. Dia bukan pelindung, melainkan penghancur.

'Bagaimana kalau ayah dan ibu tahu anaknya hanya dipermainkan seperti ini? padahal mereka sangat bahagia saat melepaskanku untuk menikah,' batin dari Lavendra.

Hingga ia tidak sadar, sampai tertidur di atas sofa dengan mata sembab dan juga baju yang belum ia ganti. Ia terlalu sakit hati untuk menggerakkan tubuhnya menuju kamar atau pun untuk sekedar mandi sekali pun. Dunianya sudah tidak sama lagi.

Esok harinya, dengan wajah yang masih sembab, Lavendra mendnegar suara pintu bel rumah yang berbunyi. Segera dirinya bangun dan menuju ke arah pintu. Berkali-kali bel berbunyi, membuat Lavendra terburu-buru dan secara tak sengaja langsung membuka pintu.

Betapa terkejut dirinya, saat di depan matanya, Lavendra melihat papa Daza juga dengan sang kakek Daza! Wajahnya yang masih kucel belum sempat ke kamar mandi ini dilihat oleh mertuanya yang datang mengunjunginya.

"Lavendra..., dimana Daza?" tanya papa.

"Anu.., anu.., itu pa...," gugup dan juga bingung Lavendra. Ia tidak tahu bagaimana caranya menjawab apa yang ditanyakan oleh sang papa mertua.

Helaan napas masih terdengar sangat ringan sekali dari sang kakek. Dia masuk, lalu mengajak Lavendra sambil memegang pundak Lavendra. Tentu saja dirinya bingung. Mereka menuju ke ruang tamu. Rasanya mau menyiapkan sedikit minuman saja Lavendra tidak bisa sama sekali saat ini.

"Daza pergi bersama wanita lagi?" tanya kakek.

Terkejut dirinya mendengar apa yang dikatakan oleh kakek. Bola matanya sudah bergetar. Pikirannya sudah campur aduk. Jangan-jangan..., mereka juga tahu? Tapi walau mereka tahu, kenapa mereka tetap menikahkan dirinya dengan Daza?

Meski sebenarnya Lavendra bisa saja berbohong demi menjaga martabat suaminya, Lavendra merasa itu tidak perlu sama sekali. Karena tampaknya, mereka sendiri sudah tahu kalau Daza memiliki wanita lain. Jadi, Lavendra menganggukkan kepalanya.

Kekecewaan oleh dua pria paruh baya terlihat jelas di wajahnya. Namun, kakek dibumbui dengan kemarahan yang sangat kuat sekali. Sekarang, dia benar-benar kelihatan seperti orang yang tidak biasa.

"Anak itu..., bisa-bisanya dia setuju menikah dan malah masih berhubungan dengan wanita murahan itu! Andai tahu begini, kakek pasti tidak akan membiarkan kamu menikah dengan Daza!" tegas sang kakek.

Hati Lavendra yang sempat terasa sakit dan hancur mendadak terasa sangat ringan sekali. Ada seseorang yang seolah berada di pihaknya untuk saat ini. penyesalan ini sudah terlalu besar sekali untuk bisa dikembalikan. Suasana jadi hening kembali karena hal itu.

Kakek melihat ke arah Lavendra, tatapannya yang meyakinkan hendak memberitahukan sesuatu kepada dirinya. Lavendra yang setelah mendengar kalimat tersebut merasa kaget, juga sebenarnya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran kakek sampai bisa mengatakan hal itu kepada dirinya.

"Lavendra, besok, kamu datang ke perusahaan. Bekerjalah di sana. Kakek ingin lihat, seberapa gigih dia mau warisan itu."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dek ita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku