Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bukan Wanita Kedua

Bukan Wanita Kedua

Dek ita

5.0
Komentar
2.7K
Penayangan
48
Bab

Aulia yang sempat dibutakan oleh perasaannya, kini harus makan hati setelah tahu sang suami menikah kembali. Dirinya bahkan diusir dan dianggap tak pernah ada, baik oleh sang suami maupun keluarga sang suami, Dimas. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali menemui sahabatnya setelah sekian lama, Rina, demi meminta bantuannya. Rina membantunya mencari pekerjaan agar bisa menyibukkan diri sembari melupakan perasaannya. Ia bekerja pada temannya yang lain, Sagas, untuk membalas budi atas apa yang pernah dirinya bantu dulu. Aulia berjuang melupakan perasaannya. Meski berkali-kali goyah dan terguncang. Namun kedua temannya terus memperingatkan dan menekankan kepadanya seberapa kejam Dimas dulu. Akankah dirinya mampu berdiri sendiri melawan perasaannya?

Bab 1 Dimadu

"Ini apa Mas?" tanya Aulia yang baru saja diberikan oleh Dimas ketika selesai memasangkan dasinya.

"Baca saja, kamu bisa, kan?" ketus dari Dimas dengan suara yang galak tanpa melirik ke arahnya.

Aulia melihat ke arah kertas tersebut, bertuliskan undangan pernikahan. Dirinya tentu saja bingung. Sempat melirik ke arah sang suami, hendak bertanya apakah maksud dari dia memberikan ini. Tapi, dirinya berusaha berpikir positif, paling juga undangan temannya, kan?

Tanpa merasa curiga, Aulia langsung membuka kertas undangan tersebut, dan melihat siapa yang hendak menikah. Matanya tertuju kepada nama pengantin wanitanya terlebih dahulu. Di sana, tertera nama Melia.

'Hmmm? Aku tidak punya teman bernama demikian,' batinnya.

Matanya berubah pandang, melihat ke arah nama pengantin prianya. Seketika matanya langsung terbelalak, melotot rasanya mau keluar ketika melihat nama prianya. Dimas Afganis? Berubah kembali matanya melihat ke arah sang suami. Syok rasanya ketika dirinya melihat nama tersebut.

Hati kecilnya sudah terasa terporak-porandakan. Pikirannya sudah kacau balau hanya baru membaca namanya saja. Tetapi, hatinya mencoba untuk berpikir positif. Lalu dirinya menanyakan kepada sang suami perihal nama tersebut.

"Namanya sama kayak Mas, ya?" ucap Aulia sambil tersenyum tipis.

"Memang itu aku," Langsung sang suami menjawab tanpa memberikan jeda.

Jantung Aulia seolah mau berhenti berdegup dan tidak sanggup menerima pengakuan dari sang suami yang dengan jelas-jelas mengatakan bahwa orang yang tertulis itu memang namanya, dan bukan orang lain. Tangan Aulia sudah gemetar sambil memegang kertas undangan.

Dimas selesai bercermin, dia memutar badan untuk melihat ke arah Aulia dengan wajahnya yang tidak merasa bersalah dan juga seperti sudah tidak akan kaget dengan reaksi dari Aulia sendiri.

"Lusa, kalau kamu datang. Jangan mengaku bahwa kamu adalah istriku! Aku tidak ingin pesta yang aku inginkan ini hancur karena egomu sendiri!" tegasnya.

Dimas berjalan melewatinya, tanpa mencoba menjelaskan lebih detail maksud yang dia lakukan ini, dan juga mengenai keputusannya yang menikah kembali tanpa memberitahu kepada Aulia terlebih dahulu. Dirinya masih terguncang, bahkan suaranya sedikit pun tidak mau keluar.

Mendengar bahwa pintu rumah telah ditutup, menandakan kalau Dimas telah keluar, langsung terjatuh dirinya kala tersebut. Menangis pun Aulia tidak sanggup. Air matanya seolah juga ikut membeku di dalam dirinya. Napasnya sesak. Ia memegang dada dan berusaha mengatur napasnya.

"HuHHHH, HUHHHHHH," Ia merasa benar-benar sesak.

Tertatih-tatih, dirinya mengambil air dan juga langsung meneguknya. Merasa sedikit lebih baik, Aulia hanya bisa bersadar di badan kasur sembari sesekali menepuk dadanya sendiri. Kurang bisa ia percaya, bahwa suaminya akan menikah lagi.

'Jadi..., aku dimadu?'

Benar saja. Lusanya, dengan pakaian yang formal, Aulia memberanikan diri datang ke alamat yang telah tertera pada undangan tersebut. Betapa megah dan juga ramainya tamu undangan yang dirinya lihat. Bahkan, ada orang-orang yang tidak pernah dirinya lihat juga datang ke pesta pernikahan dirinya.

Tampaknya, Dimas lebih menghargai pernikahannya kali ini, sampai melakukan pesta besar dan juga membuat pesta ini tampak sangat mewah. Apa ini yang sangat ia inginkan dari dulu? Lalu kenapa malah menikah dengan dirinya kalau begitu?

Pernikahan mulai berlangsung, hingga dimana mempelai mulai disatukan, dan mengucapkan janji mereka. Mata Aulia tidak bisa lepas dari pandangan wajah Dimas, yang tampak sangat bahagia dan juga penuh dengan seluruh suka cita yang ada. Hingga dirinya mendengar janji Dimas.

"Untuk istriku satu-satunya..., aku berjanji akan selalu berada di sisimu," ucapnya sembari tersenyum dengan sangat dan amat lebar sekali.

Nyuttt. Hati dari dirinya ini sakit mendengar. Aulia merasa langsung lemas seketika. Dirinya sudah dikhianati, tapi malah nekat datang ke pesta pernikahan ini. Air matanya yang mulai terasa mengambang membuat Aulia tidak kuat. Ia segera keluar dari aula, meninggalkan gedung.

Air matanya sudah membasahi pipinya tersebut. Malam makin dingin, dan suasana makin sepi. Rasanya sesak sekali. Di dalam sana terdengar suara riang gembira, dimana mereka seolah merayakannya dengan sangat bahagia sekali. Yang tidak habis pikir adalah, keluarga Dimas tidak mengatakan apa-apa kepadanya, dan mereka sekarang berada di dalam sana seolah dirinya ini tidak pernah ada.

Rasanya ingin marah, dan juga mengamuk sebesar yang dirinya bisa, memikirkan bahwa ia hanyalah seorang wanita biasa. Kenapa..., apa kurangnya dirinya sampai akhirnya Dimas memilih wanita tersebut daripada dirinya ini?

Aulia pulang ke rumahnya, meski masih lemas dan juga tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia masuk ke dalam rumah dengan wajah yang murung dan juga suasana hati yang sangat tidak nyaman sama sekali. Saat baru masuk kamar, Aulia menemukan selembar surat yang tertempel dengan jelas di sana.

'Keluar dari rumahku. Sekarang ini adalan tempatku dan juga istriku saat ini. Sebaiknya segera kemasi barangmu dan jangan berada di rumah sebelum ukul 11 malam ini!'

Isi surat tersebut benar-benar snagat to the point. Akal sehat Aulia seolah sudah hilang seketika. Ia langsung menangis meraung dengan sangat keras sekali. Ia sama sekali tidak suka dengan cara orang ini memperlakukannya. Sangat tidak sopan!

Ia mengeluarkan koper dan mengambil semua bajunya. Memasukkan semuanya menjadi satu dan tidak meninggalkan satu pun barangnya di sana.

"Dasar pria brengsek! Mulutnya saja yang manis mengatakan bahwa dia akan setia! Nyatanya dia juga buaya!" kesalnya sambil memasukkan semua barangnya.

Keluar dari rumahnya. Aulia menuju ke mobil dan langsung memasukkan seluruh barangnya ke dalam bagasi. Masih dalam keadaan emosi, dirinya mengendarai mobil dengan perasaan benar-benar kalut sekali. Aulia menuju ke salah satu rumah sahabatnya, yang sudah lama tidak ia datangi.

Di depan rumahnya, berat sekali rasanya langkah dari Aulia untuk sekedar mengetuk dahulu. Bayangan soal sang sahabat yang dari dulu memperingati dirinya bahwa Dimas tak sebaik yang ia kira, terus terasa. Dirinya saja yang terlalu bebal dan menganggap ucapan sang sahabat hanya hasutan belaka.

TOK... TOK... ToK.... Bunyi dari pintu yang telah diketuk oleh Aulia.

"Ya? Siapa?" sahut suara sahabatnya dari dalam.

Kriett. Pintu terbuka dengan sangat lebar. Sang sahabat sedang memakan roti kembang yang dimana itu adalah makanan yang biasa dirinya beli dahulu saat masih berkuliah. Sang sahabat, Rina, menatapnya dengan kosong dan juga tidak kaget melihat kedatangannya.

Rina menghabiskan rotinya, menatap tajam kepada Aulia yang baru saja tiba di rumahnya tersebut, "Kenapa kamu datang? Sudah tahu sifat suamimu yang tidak pernah kamu percaya dari mulutku ini?" celetuknya dengan sangat ketus.

Mendengar ucapan tersebut, kembali membuat Aulia merasa sedih. Air matanya tetap mengalir, namun sunyi dari mulut Aulia hendak mengeluarkan isakannya. Rina hanya bisa menghela napas setelah melihat bagaimana dirinya ini merespon.

"Sudah lah," ucapnya sambil menepuk pundah Aulia, "Ayo masuk, di luar sudah mulai hujan."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dek ita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku