Bukan Wanita Kedua
a mencoba menghasut Aulia, sekarang kamu ma
imat Dimas yang keluar dari mulutnya langsung berputar dengan sangat cepat di dala
namun kali ini Aulia lah yang menepis tangan Dimas. Tega sekali! Mulutnya bisa se
g istri harus menurut dengan suaminya? Sudah dicuci otak bagaim
idak membiarkan aku memiliki akses komunikasi kepada teman-temanku. Kamu juga kan yang m
ya tersebut. Aulia sudah tidak takut lagi! Dimas saja bisa melakukan sesuatu dengan
a ini?!!! Aulia merasa geram sekali dengan Dimas. Walaupun dalam hati dirinya memang mas
t ke arah Rina dengan tatapan murka, "kamu pasti yang mencuci otak Aulia
an Dimas dan juga merasa tidak habis pikir dengan pria satu ini. Aulia yang ada di sana juga ti
ut campur," ujar dari Rina, sembari henda
a Aulia t
mau," ucap dari Aulia,
nnya dipegang dengan sangat erat sekali olehnya. Bukan perasaan senang yang dirasakan oleh
era, dan diberikannya perasaan tidak s
bisa bicara sebentar? Sebentar saja," pinta Di
tangannya. Bimbang sebenarnya perasaan Aulia saat ini. Dia tidak tahu harus me
Aulia sendiri. Lalu kembali melihat ke arah Dimas, wajahnya tampak memohon sekali kepada Aulia. Dirin
rbicara. Tapi, R
ya, langsung berubah tidak senang saat Aulia menyebut nama Rina. Wajahnya
dah, aku tidak masalah,
" Nadanya terdeng
uk di sana. Aulia melihat jelas, dekat dari restoran tersebut terparkir mobil Dimas. Pria gila. Seberapa jauh dia mencar
ulia makanan sebanyak ini. padahal selama ini, jangankan mengajaknya maka
Kenapa kita harus berbicara dengan adanya o
Dimas barusan, "Orang lain? Rina buka
r Aulia menjawab Dimas barusan, "Lihat? Justru
g dan menahan emosi walau sudah tampak di wajahnya tersebut. Tentu saja Aulia langsung bisa menyadarin
nkan rencananya yang pastinya sudah sangat licik sekali. Dar
aku tidak bisa hidup ta
ai tersedak saat baru saja meneguk minuman yang ada. Mereka berdua sama-sama tidak pah
bisanya dengan mulut buayanya, dia berkata demikian
s, "tak punya hati. Padahal dengan kamu menikah lagi saja, sudah menunjukkan kalau ka
dikit pun padamu!" gertak dari
e arah Rina. Dengan wajahnya yang sok kalem tersebut, dia seolah
yan
biasanya Aulia akan senang mendengarnya langsung dari mulut Dimas, hanya sa
k membiarkan Aulia menepisnya kembali, "Kamu mau
ar bahwa Dimas mengajaknya kembali pulang. Sementara di dalam pikirannya, dirinya s
pai bisa tinggal di rumahmu?! Kalau kamu tak menganggapnya istri, pergi saja! Kami tahu
suka aku bekerja, mak