Bukan Wanita Kedua
baru saja diberikan oleh Dimas k
tus dari Dimas dengan suara yan
ja bingung. Sempat melirik ke arah sang suami, hendak bertanya apakah maksud dari dia me
t, dan melihat siapa yang hendak menikah. Matanya tertuju kepada na
nya teman bernama d
erbelalak, melotot rasanya mau keluar ketika melihat nama prianya. Dimas Afganis? Berubah ke
au hanya baru membaca namanya saja. Tetapi, hatinya mencoba untuk berpikir
as, ya?" ucap Aulia s
ung sang suami menjawab
ang suami yang dengan jelas-jelas mengatakan bahwa orang yang tertulis itu memang namaah Aulia dengan wajahnya yang tidak merasa bersalah dan juga s
u adalah istriku! Aku tidak ingin pesta yang aku i
n ini, dan juga mengenai keputusannya yang menikah kembali tanpa memberitahu kepada Aulia
rjatuh dirinya kala tersebut. Menangis pun Aulia tidak sanggup. Air matanya seolah juga iku
H," Ia merasa be
ikit lebih baik, Aulia hanya bisa bersadar di badan kasur sembari sesekali men
., aku
ah tertera pada undangan tersebut. Betapa megah dan juga ramainya tamu undangan yang dirinya lihat
sta besar dan juga membuat pesta ini tampak sangat mewah. Apa ini yang sangat
i mereka. Mata Aulia tidak bisa lepas dari pandangan wajah Dimas, yang tampak sangat bahag
kan selalu berada di sisimu," ucapnya sembari
a sudah dikhianati, tapi malah nekat datang ke pesta pernikahan ini. Air matanya yang mulai
terdengar suara riang gembira, dimana mereka seolah merayakannya dengan sangat bahagia sekali. Yang tidak habis pikir adalah,
rkan bahwa ia hanyalah seorang wanita biasa. Kenapa..., apa kurangnya di
uk ke dalam rumah dengan wajah yang murung dan juga suasana hati yang sangat tidak nyaman sama s
juga istriku saat ini. Sebaiknya segera kemasi barangmu
h hilang seketika. Ia langsung menangis meraung dengan sangat keras sekali. Ia s
junya. Memasukkan semuanya menjadi satu dan
ngatakan bahwa dia akan setia! Nyatanya dia juga
am bagasi. Masih dalam keadaan emosi, dirinya mengendarai mobil dengan perasaan benar-benar
n soal sang sahabat yang dari dulu memperingati dirinya bahwa Dimas tak sebaik yang ia kira, teru
unyi dari pintu yang te
hut suara sahab
ang dimana itu adalah makanan yang biasa dirinya beli dahulu saat masih berkuliah. Sa
di rumahnya tersebut, "Kenapa kamu datang? Sudah tahu sifat suamimu yang t
etap mengalir, namun sunyi dari mulut Aulia hendak mengeluarkan isakannya. R
enepuk pundah Aulia, "Ayo mas