Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Anak anak SMA Manggala tengah berbaris rapi, mereka sedang mengikuti upacara bendera. Sesekali ada yang jongkok atau bersandar di punggung teman didepannya.
"Hah! panas bener," ucap seorang gadis cantik dengan rambut terurai sambil mengibaskan tangannya didepan wajah.
Ada name tag di jas almamater miliknya bertuliskan, Shenia Ereshva Madia Putri Airlangga. Salah satu gadis yang menjadi incaran para kaum Adam di SMA Manggala ini.
"Jangan kenceng gitu kodok!" Seorang gadis lain menjitak kepala gadis bernama Shenia dengan kesal. Merasa bahwa temannya satu ini tidak bisa diam walau sehari, gadis dengan nama lengkap Seema Mishra Elzayda Raksa. Putri tunggal dari keluarga Raksa yang terkenal kaya raya.
"Sakit!" Keluh Shenia sembari mengusap bekas jitakan temannya dengan tangan dan wajahnya ditekuk, persis cucian baru kering.
Guru BK yang berada dibelakang mereka langsung melotot, sudah tahu apa yang biasa mereka rencanakan. Shenia dan temannya pasti akan berulah agar tidak mengikuti upacara, alhasil guru BK harus ekstra hati-hati dengan mereka, karena selama ini sering kecolongan.
"Sst! bakso pak Imin enak nih. kabur yuk!" Kini gadis lain dengan penampilan tomboy mulai berbisik pada Shenia. Dialah Tantriana Savara Majrin, satu dari dua sahabat Shenia di SMA ini.
Mendengar bisikan dari Tantri, sang empu sudah pasti mau dia dengan cepat mengangguk mengiyakan.
"Tapi gimana keluarnya Bu Hilda di belakang," bisik Shenia tak kalah lirih.
"Biasalah.. modus dulu," Jawab Tantri enteng. Memang sudah kebiasaan bagi tiga serangkai ini, mereka akan mangkir dari upacara bendera dengan berpura-pura pingsan seperti biasanya.
Mereka adalah tiga serangkai yang hobi sekali membantu para guru naik darah. Tentu saja Shenia adalah otak dari semua kenakalan mereka, ditemani dengan Seema dan Tantri.
"Nggak usah bikin ulah deh masih pagi juga," sahut Seema tidak suka, ia sering kasihan sekaligus kesal dengan dua sahabatnya itu. Mereka sering berulah dan mendapat hukuman ujung-ujungnya dia juga kena imbasnya, sangat menyebalkan!
"Ikut aja ah elah, udah biasa juga. Gue tahu Lo lapar kan pasti, perut Lo bunyi Seema." Tantri terkikik mendengar ucapan Seema yang menolak tapi perutnya berkata lain.
"Iya gue tau, tapi nggak sekarang!" Seema Mendelik, ia tidak terima meski perutnya sangat sialan. Tidak bisa diajak kompromi.
Kepala sekolah yang melihat tingkah Shenia dan temannya itu langsung menghentikan pidatonya, sontak satu sekolah heran dengan hal ini.
Menyadari ada yang aneh, Shenia menatap kedepan dan terlonjak kaget.
Pak Budi, kepala sekolah SMA Manggala yang terkenal killer sudah ada didepannya.
"Kamu mau gantikan saya pidato di depan Shenia?" Tanya Pak Budi menahan amarahnya, ia harus menjaga diri agar tidak kalut dalam emosinya pagi ini.
"Nggak pak, bapak aja.. saya diem kok suwer!" Shenia gelagapan, seketika ia ingin menghilang saja. Satu sekolah melihat nya dengan tatapan ganas dan seperti ingin menguliti dirinya hidup-hidup!
Warga sekolah seolah mengatakan 'gara gara Lo upacaranya lama' lewat tatapan tajam masing-masing.
Setelah upacara bendera kini disini lah ketiga gadis rusuh itu sekarang, KANTIN. Tempat favorit bagi siswa berandalan seperti Shenia and the gang!
SMA Manggala selalu memberikan waktu 15 menit untuk beristirahat setelah upacara, sebelum pelajaran dimulai. Tentu saja hal itu dimanfaatkan oleh siswa-siswi mereka.
"Haus banget gue... Berasa lari maraton," Ucap Shenia setelah meneguk habis air mineralnya hingga tandas, kosong. Tinggal botol!
"Kaya pernah ikut maraton aja," cibir Seema.
"Kagak pernah si hehe." Shenia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.
"Guys gue kayaknya nggak ikut kelas deh pagi." Tantri berbicara dengan menimang bakso yang ia tusuk dengan garpu.
"Mau bolos Lo?" Selidik Seema sembari menoleh, karena mereka duduk bersebelahan.
"Ada perlu bentar, kalian bisa kan izinin gue?" Tanya Tantri memelas.
"Urusan apa sih, penting ya? Sok sibuk banget Lo kek pejabat." Shenia meremehkan.
"Gue mau ketemu temen kok, dan yang ada urusan bukan cuma pejabat!" Jawab Tantri enteng, dia juga mulai merapikan pakaiannya.
"Di jam pelajaran? Lo gila ya?" Seema tidak percaya, dia melotot tajam.
"Bentar doang, ya udah ya bye!" Tantri langsung melesat pergi, menjauh dari keduanya. Gadis itu kemudian menghilang di balik belokan kantin dan koridor sekolah.
"Dia kenapa?" Tanya Seema pada Shenia setelah kepergian salah satu sahabatnya. Dan Shenia hanya menggedikan bahunya tanda tidak tahu.
Ketika hendak menuju kelasnya Shenia menatap seorang cowok culun yang sedang di bully. Seragam yang basah karena es teh dan rambut acak-acakan membuat Shenia iba. Gadis itu kemudian mendekat padanya tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Seema lebih dulu.
"Woy Lo semua, berhenti nggak!" Bentak Shenia.
Gerombolan cowok yang sedang mem bully 'mangsanya' itu menoleh, terkejut most wanted girl sekolah mereka menghampiri, karena biasanya gadis itu cuek pada siapa pun.
"Tenang dong baby, kita nggak nakal kok. Cuma lagi main-main sama tikus kecil," ucap pemuda yang diketahui bernama Haris sambil mengedipkan matanya genit.
"Pala lu bab beb gue bukan bebek," sungut Shenia. Lalu mata gadis itu tertuju pada si cowok culun yang tengah meringkuk ketakutan.
"Dan Lo juga kenapa diem, di bully itu lawan dong jangan pasrah gini," sambungnya sambil menatap cowok culun itu. Dia juga membantunya berdiri tegap.
Tak lupa Shenia menepuk-nepuk seragam sekolah pemuda itu yang kotor, ada bekas sepatu di beberapa titik membuat gadis bar-bar itu geram.
Seema yang tahu maksud Shenia mulai ikut membantu. Dia maju beberapa langkah dan menyilangkan tangan didepan dada.
"Kalian nggak usah sok geng disini, kita semua sama-sama siswa di SMA Manggala. So jangan pada belagu!" Seema menambahi.