Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
2.8K
Penayangan
22
Bab

Semenjak kematian ayah dan kakak tirinya, Regan memutuskan untuk berubah menjadi seorang mafia. Diketahui ada sekelompok orang yang telah membunuh ayah dan kakak tirinya itu. Regan melakukan penyelidikan, seraya menjalankan beberapa misi dari para pejabat bisnis yang sangat licik. Disaat menjalankan misi, Regan tak sengaja bertemu dengan Raya, wanita mafia yang tak kalah lincahnya dalam ilmu bela diri dan kemampuannya dalam membidik. Karena pertemuan itu, keduanya tampak saling jatuh hati dan berniat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Namun, saat menyelidiki kasus kematian ayah dan kakak tirinya, Regan mengetahui bahwa Raya ikut terlibat di dalamnya. Bagaimana reaksi Regan begitu mengetahui bahwa ternyata Raya, ada di balik pembunuhan kakak tiri dan ayahnya itu? Akankah keduanya melanjutkan hubungan mereka sampai menikah? Atau malah berpisah?

Bab 1 Pengkhianatan!

"Dasar wanita jalang!" seru William membuat Raya semakin murka.

Duarrr!

Tepat kena sasaran. Peluru dari pistol yang di mainkan oleh Raya, berhasil menembus kepala William.

Rico, yang kini berdiri di dekat William tampak syok dan terkejut karena melihat dan menyaksikan kematian ayahnya langsung secara tragis.

Sementara, Raya tampak menyeringai senang karena berhasil menembakkan pelurunya itu tepat pada sasaran.

"Sekarang dia akan bungkam selamanya," gumam Raya dengan seringainya.

Mendengar itu, Rico sebagai anak tertua tampak tidak terima dengan kematian sang ayah.

Perlahan, Rico menoleh menatap tajam wajah Raya yang masih berdiri dengan jarak 100 meter darinya.

Rico tampak menggertakkan giginya karena marah.

"Biadap! Kau! Aku bersumpah, kau akan menyesal seumur hidup karena sudah membunuh ayahku! Kau akan menyesal karena mengikuti perintah laki-laki licik itu!" teriak Rico dengan keras hingga membuat ruangan itu bergema akan suaranya.

Rico tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berteriak kesal. Kedua tangannya yang diikat ke belakang, membuat Rico tak berdaya untuk melawan dan menyelamatkan dirinya dan ayahnya.

Raya mendecih, ia sama sekali tidak takut dan tidak peduli dengan sumpah Rico yang dianggapnya tidak akan pernah terjadi.

"Oh, ya? Jadi, gue harus takut gitu? Tceh! Gue nggak peduli dengan sumpah lo, brengs*k!" balas Raya.

Rico memiringkan senyumnya mendengar tanggapan Raya yang benar-benar menusuk hatinya.

"Kau tidak tahu apa-apa. Tapi kau bisa membunuh orang tanpa rasa bersalah. Setelah ini, aku pastikan kau benar-benar akan menyesal karena telah mengikuti perintah Edgar. Dia laki-laki licik, memang pantas buat kamu wanita biadap!"

Duarr!

Tembakan kedua berhasil menikam nyawa Rico.

"Dasar berisik! Cepat beresin mayat mereka berdua. Masukkan peti dan kubur di belakang bangunan ini. Mengerti?" pinta Raya pada dua anak buahnya yang gesit melaksanakan tugasnya.

"Siap, Bos!"

Raya beranjak pergi meninggalkan gedung tua itu yang cukup jauh dari kota. Gedung tua yang dibeli oleh Edgar untuk melakukan hal kejahatan.

"Misi sudah berhasil," ucap Raya melalui telepon.

Raya mengendarai mobil Ferarri yang dibelikan oleh Edgar khusus untuk dirinya menjalankan tugas.

Di satu sisi, Elena yang merupakan istri William tampak panik dan sibuk menghubungi Regan, anak bungsunya untuk segera pulang ke rumah.

"Cepat, Regan! Papa sama Kakak kamu dalam bahaya!" seru Elena lewat telepon.

Regan, sebagai dokter spesialis bedah di rumah sakit, langsung terburu-buru untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Regan dan Elena langsung pergi menuju lokasi dimana Elena mendengar perbincangan William melalui telepon tadi.

"Mama yakin ini alamatnya?" tanya Regan.

"Iya, Re. Mama denger sendiri dengan telinga Mama sendiri kalau Papa sama Kakak kamu pergi ke tempat ini. Tadi ada mobil yang menjemput mereka. Mama curiga, Re, kalau orang yang menjemput Papa sama Kakak kamu itu bukan orang baik-baik."

Regan semakin menambah kecepatan mobil. Begitu sampai di lokasi, tepatnya di gedung tua yang besar dan tinggi, Regan dan Elena keluar dari mobil dan bergegas pergi memasuki gedung itu.

Sepasang mata mereka tampak berkeliling mencari sosok ayah dan kakak.

"Tapi, di sini tidak ada siapa-siapa, Ma."

Elena terdiam dengan mata yang tak berhenti menjelajah ke setiap sudut ruang gedung besar itu. Tiba-tiba, kedua matanya tak sengaja melihat ke arah tembok di mana terdapat percikan darah William dan Rico tadi.

Elena berjalan pelan mendekati tempat itu dan melihat dengan jeli darah itu.

Regan menoleh dan mengikuti Elena dari belakang. Ia pun ikut penasaran akan sesuatu yang di dekati oleh Elena.

Elena mencolek darah dari dinding dan mencium aromanya. Tampak jari tangan Elena bergetar usai mencium darah itu.

Regan semakin mempercepat langkahnya menghampiri Elena. "Ada apa, Ma?" tanya Regan khawatir.

"Darah ini, masih begitu segar, Re. Seperti belum lama terjadi sesuatu di sini," ucap Elena merasa sesuatu yang buruk.

Regan pun ikut mencolek darah itu dan menciumnya. Regan sebagai dokter pun bisa membedakan bahwa darah itu benar-benar masih fresh.

"Mama benar. Darah ini masih fresh. Itu artinya," belum selesai melanjutkan bicaranya, tiba-tiba Regan mendengar suara percakapan dua orang yang tak jauh dari sana. Mendengar itu, Regan langsung menarik tangan Elena dan mengajaknya untuk mencari sumber suara itu.

Tampak dua orang sedang memasukkan satu peti ke dalam lubang yang sudah mereka gali. Sementara, di sebelahnya sudah terlihat gundukan tanah yang tidak lain adalah isi dari peti satunya.

Regan menatap curiga dua orang itu. "Siapa mereka, Re?" gumam Elena penasaran.

Regan menggelengkan kepalanya menandakan bahwa ia sendiri juga tidak tahu. "Kita tunggu saja, Ma."

Tak berlangsung lama, kedua laki-laki yang tidak lain adalah bodyguard-nya Raya langsung beranjak pergi dari sana usai menjalankan tugasnya.

"Ayo, cabut!" tukas salah satu laki-laki itu kepada temannya.

Setelah dua bodyguard itu benar-benar pergi meninggalkan tempat itu, Regan dan Elena bergegas menghampiri dua gundukan tanah yang saling berjejer itu.

"Regan, apa ini? Ayo, Re! Bongkar dua kuburan ini!" seru Elena tak sabar. Elena meraih sebuah cangkul di dekat tempat itu dan diberikannya ke Regan. Regan dengan cepat langsung membongkar kuburannya.

Kuburan yang tidak terlalu dalam itu menampakkan sebuah peti mati. Elena tanpa ragu dan takut kotor langsung membantu Regan mengangkat peti mati yang terbilang cukup berat.

Setelah di letakkan di atas tanah yang datar, Regan dan Elena saling menatap tampak penasaran untuk segera membukanya. Perlahan, Elena membuka tali yang masih mengikat di luar peti itu. Begitu tali itu terlepas, Elena membuka pintu peti nya. Elena dan Regan membelalakkan matanya kaget melihat isi peti itu yang tidak lain adalah mayat Rico.

Elena membungkam mulutnya yang bergetar tak sanggup melihat jasad anak tertuanya itu. Begitu juga dengan Regan yang matanya sudah berkaca-kaca tampak syok melihat kakaknya sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Elena mulai menangis kejar, dan Regan menoleh gundukan tanah yang di belakangnya yang menurutnya itu pasti berisi jenazahnya papa William.

Dengan gerakan cepat dan napas yang terengah-engah, Regan menggali gundukan satunya lagi untuk memastikan isi didalamnya.

Terlihat sebuah peti mati lagi, dan Regan meminta bantuan Elena untuk mengangkatnya. Setelah berhasil, tanpa menunggu lama Regan langsung membongkar peti satunya. Regan tampak syok menatap wajah sang ayah yang mati dengan kondisi yang mengenaskan. Lingkaran kepala bekas peluru di keningnya membuat Regan sampai jatuh duduk tak berdaya melihatnya.

Begitu juga dengan Elena yang semakin syok dan menangis kejar melihat mayat sang suami yang mati mengenaskan itu.

"Arrghh...! Dasar j*hanam! Siapa yang sudah membunuh ayahku!" seru Regan berteriak keras dengan perasaan yang sesak. Bahkan untuk menangis saja sudah tidak bisa menghasilkan suara saking sesaknya dada Regan ketika harus melihat kenyataan itu.

"Regan, Mama tidak terima, Regan. Mama tidak ridho dengan orang yang sudah membunuh papa dan kakak kamu. Mama tidak terima, Re," ucap Elena diiringi dengan tangisnya.

Regan memeluk Elena yang benar-benar rapuh saat ini sebagai seorang ibu sekaligus sebagai seorang istri.

"Regan janji, Ma, Regan akan balas semua ini!"

Sementara, Raya yang sudah tiba di ruangannya Edgar, tampak tak sengaja memergoki Edgar dengan seorang perempuan cantik dan sexi di dalam ruangan itu. Keduanya tampak gugup begitu melihat Raya memasuki ruangan.

"Ada apa? Kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?" tanya Edgar tampak marah dan kesal karena kedatangan Raya di sana sama sekali tak diinginkan saat ini.

Raya mendudukkan kepalanya meminta maaf. "Maaf, Tuan. Aku hanya ingin memberitahu bahwa aku sudah berhasil membunuh target. Saat ini jenazah target sedang di kubur di belakang gedung," ucap Raya sontak membuat Edgar menyeringai senang. Ia tak percaya, bahwa Raya dengan mudahnya mengikuti perintahnya itu dengan mulus.

"Bagus. Sekarang kau boleh pergi," tukasnya tanpa basa-basi.

Raya mendongakkan wajahnya mengerutkan keningnya samar mendengar tanggapan Edgar.

"Tapi Tuan,"

"Kenapa? Kamu mau minta bayaran lagi? Bukankah sudah cukup tugas kamu ini untuk membayar hutangnya teman kamu itu?" lontar Edgar membuat Raya semakin mengernyitkan matanya tampak bingung.

"Maaf, Tuan. Hutangnya Alert cuma 10 juta, kan? Aku rasa, fee untuk misi ini lebih dari itu," protes Raya menyanggah.

"Tceh! Kamu pikir aku ini bank?" sontak Edgar membuat Raya benar-benar terkejut. Ia tak percaya bahwa Edgar sudah mulai berkhianat.

Tiba-tiba, tatapan Edgar tampak berubah dan mendekati Raya dengan mata jalangnya. Raya yang mendapati Edgar sudah mulai berani menyentuh pundaknya dari belakang, tampak curiga bahwa Edgar memiliki niat yang buruk.

"Kalau kau ingin bayaran tambahan, kau harus tidur denganku dulu malam ini," bisik Edgar di telinga Raya.

"Tidak akan!" sontak Raya seraya membalikkan badannya dan menjauh dari Edgar.

Raya juga melemparkan kunci mobil Ferrari nya yang diberikan oleh Edgar untuk menjalankan beberapa misi selama ini.

"Aku tidak sudi bekerjasama dengan seorang pengkhianat seperti kamu! Aku rasa, perjanjian kerjasama kita cukup sampai di sini."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku