Tergoda Pesona Mafia Tampan

Tergoda Pesona Mafia Tampan

Tageyu Taranggana

5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
130
Bab

Wulan Sariningtyas disia-siakan Berti Sonika, ibu mertua, karena dianggap tidak pantas menjadi anak menantu. Selain itu, selama lima tahu berumah tangga dengan Haris Nandito, suaminya, Wulan belum memiliki anak. Wulan tahu diri. Dirinya berasal dari keluarga biasa, secara strata ekonomi jauh di bawah keluarga besar Berti Sonika – Wistara Janaloka. Walau berat hati, Wulan meninggalkan rumah megah sang mertua. Ketika hidup mandiri, Wulan menghadapi berbagai deraan lain yang tidak ringan. Kehadiran Jefri Sahima dalam kehidupan Wulan membuatnya semakin terbebani. Bukan hanya beban batin, tapi juga beban lain yang tak mudah dhindari. Tenyata Jefri anggota sebuah jaringan mafia yang selama ini ingin menghancurkan Perusahaan WIPA. Apalagi setelah Wulan tahu bahwa dirinya pewaris PT WIPA, makin berat masalah yang disangganya. Kehadiran Haris dan Berti yang memohon ampun atas kesalahan mereka di masa lalu, juga membuat pendirian Wulan goyah. Wulan ternyata belum bisa menghilangkan rasa cinta kepada Haris. Pada sisi lain, Wulan mulai jatuh hati kepada Jefri! Apa pun yang akan terjadi nantinya, Wulan mesti mengambil sebuah keputusan untuk kebahagiaan hidupnya kelak. Sebuah keputusan yang berat yang mesti diambil. Entah keputusan apa yang akan diambil Wulan, sama-sama ada risikonya.

Bab 1 Melawan Mertua

Wulan Sariningtyas telah hilang kesabarannya. Makin didiamkan, makin menyakitkan kata-kata yang meluncur dari lisan Berti Sonika. Ibu mertua Wulan itu makin hari makin keterlaluan sikap dan perilakunya. Bukan hanya kata-kata pedas yang memedihkan hati, tapi sikapnya makin membuat Wulan menderita batin.

Kini saatnya Wulan mengambil sikap, melakukan tindakan. Tindakan nyata. Kalau hanya sikap, tidak dihiraukan. Kalau tindakan, pasti membuat orang-orang yang sengaja menyakiti perasaan Wulan, akan mendapatkan dampaknya. Entah dampak menyenangkan atau sebaliknya, Wulan tidak peduli.

"Bu, tolong tidak mengulang-ulang sindiran yang menyiratkan saya mandul," kata Wulan tenang, tegas, dengan suara bergetar. "Di depan keluarga besar Berti Sonika – Wistara Janaloka ini saya sampaikan sebuah fakta. Secara medis, sesuai surat keterangan dokter spesialis kandungan, saya perempuan subur. Bukan perempuan mandul."

Berti, Haris Nandito, Gendra Raymon, Yaneta Asami, Rian Aston, dan Davia Cahyaningrum tersentak mendengar perkataan Wulan. Perkataan di luar dugaan. Pernyataan di luar perkiraan. Tak ada satu pun keluarga besar Berti – Wistara mengira Wulan seberani itu terhadap ibu mertua. Apalagi saat ini Wulan dan Haris --sang suami-- tinggal serumah dengan Berti.

"Apa Wulan salah minum obat ya?" bisik Yaneta kepada suaminya, Gendra. "Kok berani-beraninya ngomong seperti itu."

Gendra tidak menanggapi hasutan istri. Sekilas dia lirik wajah cantik Wulan. Tersirat rasa iba..., dan suka. Siapa yang tidak suka memandangi wajah cantik seorang wanita? Sejak pertama bersua, Gendra suka pada adik iparnya! Kakak sulung dari Haris dan Rian itu tidak mampu membendung rasa terpikat pada kecantikan Wulan.

Davia, istri Rian, duduk di sebelah kiri Yaneta. Dia menanggapi ucapan Yaneta, "Dasarnya memang tidak tahu diri, Mbak. Jadi wajar saja kalau berani ngomong seperti itu. Ucapan itu tidak pantas diucapkan kepada ibu mertua. Apalagi sekarang kita sedang merayakan keberhasilan Haris. Mestinya Wulan jaga mulutnya. Ucapan itu bukan hanya menyinggung Ibu, tapi juga Haris. Kalau Haris nantinya menceraikan Wulan, itu tindakan yang tepat. Sudah mandul, bertingkah pula!"

Rian menghela napas. Dia tidak suka mendengar perempuan bergosip. Sejak awal dirinya sudah tahu kalau Davia dan Yaneta tidak suka pada Wulan. Entah apa sebabnya, Rian tidak tahu. Di mata Rian, Wulan selama ini selalu bersikap baik terhadap siapa pun. Termasuk kepada ibu mertua, kakak ipar, dan adik iparnya.

"Dalam suasana seperti ini, sebaiknya kita diam," nasihat Rian pada Davia, lirih. "Kalau bicara seperlunya. Kalau tidak perlu, tidak penting, tidak usah bicara. Kalau bisa, suasana yang nantinya bisa memanas, kita redam. Kita redakan."

"Diam bagaimana, Mas?" tentang Davia. "Dia telah berani pada Ibu, ibu kandungmu. Mengapa kamu diam, tidak bereaksi apa-apa? Tidak membela ibumu yang direndahkan oleh anak menantunya yang sok cantik. Merasa paling cantik dibandingkan menantu-menantu lainnya."

Ucapan Davia dibuat sepelan mungkin. Tapi sebagian orang yang duduk di meja makan besar keluarga itu bisa mendengarnya dengan jelas. Apalagi wajah Davia terlihat garang. Ekspresi marah karena tersinggung oleh perkataan suaminya. Mimik murka karena melihat pembangkangan Wulan terhadap Berti terpampang di depan mata.

"Ssst..., jangan keras-keras, Via," bisik Yaneta yang kursinya di sebelah kanan Davia. "Kalau menuruti kata hati, aku juga mangkel sama Mas Gendra. Dia juga nampak santai saja ketika ibunya direndahkan martabatnya oleh Wulan. Sebagai anak tertua, mestinya dia yang tampil paling depan untuk membela ibu kandungnya. Aku yang anak mantu saja merasa gemas sama Wulan. Kalau saja aku yang ditentang seperti itu, heh..., pasti sudah kudamprat si mulut lancang itu."

"Benar," tanggapan Davia. "Aku mungkin akan bertindak lebih jauh lagi. Kutampar mulutnya yang asal mangap. Memangnya apa salah Ibu? Ibu cuma membicarakan tentang cucu-cucunya. Dia hanya mengatakan ingin punya cucu dari ketiga anaknya. Masa begitu saja membuat Wulan tersinggung. Ibu wajar kan kalau ingin punya cucu dari Mas Gendra, Mas Haris, dan Mas Rian. Kalau nantinya Wulan tidak bisa hamil, maka Mas Haris bisa mencari istri lain yang bisa ngasih keturunan!"

Yaneta melirik ke arah suaminya. Wajah Gendra terlihat muram. Pengusaha rongsokan yang punya puluhan armada truk besar itu terlihat bingung dm bersikap. Wiraswastawan sukses dalam bidang barang bekas itu merasa sulit untuk bersikap. Satu ibu kandung yang melahirkan, yang lain adik ipar yang punya sejuta pesona nan menawan.

Ruang tengah yang luas, dipenuhi perabotan kelas atas, senyap. Hanya bisik-bisik dan kata-kata lirih yang keluar dari lisan Yaneta dan Davia terdengar asyik. Asyik bagi dua perempuan yang sedang membicarakan keburukan orang lain. Orang lain yang sebenarnya ada hubungan kekerabatan, sebagai saudara ipar.

"Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang, Mbak?" Davia minta pertimbangan Yaneta. "Apa aku perlu ngomong untuk memperingatkan Wulan supaya kelak tidak mengulangi perbuatan bodoh ini?"

"Jangan," cegah Yaneta, "itu tidak sopan. Kamu sebagai saudara muda, tidak etis menegur Wulan."

"Kalau begitu, Mbak Yaneta yang menegurnya."

"Tidak."

"Hadeeeh..., bagaimana ini, Mbak? Kalau dibiarkan, bisa makin ngelunjak dia. Kapada Ibu saja berani, apalagi pada kita? Lama-lama, kepala kita dijadikan alas kaki!"

Yaneta terdiam, tidak menanggapi perkataan pedas Davia. Dia lirik Davia dan Rian sekilas. Dua orang yang sama-sama artis sinetron itu sering diisukan kurang harmonis dalam berumah tangga. Entah benar atau tidak, Yaneta tidak peduli. Kenyataan yang dia lihat sehari-hari, hubungan mereka baik-baik saja.

"Yang paling berhak dan punya kewajiban menegur, Mas Gendra," lirih suara Yaneta dekat telinga kanan Davia. "Tapi entah mengapa, suamiku itu sepertinya tidak sampai hati menegurnya. Mungkin merasa tidak enak hati."

"Menurutku, yang paling berhak dan berkewajiban menegur Wulan itu, Mas Haris," Davia menanggapi. "Mas Gendra, memang anak Bu Berti yang paling tua. Tapi kalau kaitannya dengan etika, yang menasihati keluarga terdekat Wulan, yaitu suaminya. Mas Haris. Bukan yang lain. Kalau Mas Gendra yang menasihati Wulan atas kelakuannya yang melanggar norma susila, bisa menynggung perasaan Mas Haris. Itu juga bisa dikatakan mencampuri urusan rumah tangga orang lain."

Wulan lamat-lamat mendengar perbincangan Yaneta dan Davia. Diam-diam dia melirik tajam ke arah mereka. Yang satu kakak ipar, yang lain adik ipar. Keduanya membuat hati Wulan gusar. Dalam keseharian, mereka sering bersikap dan berkata kurang enak didengar telinga. Kali ini, masih saja mereka menggunjing. Bukan hanya tidak enak didengar telinga, tapi perkataan mereka membuat hati Wulan membara.

"Apa hebatnya mereka kok suka merendahkan saya?" Wulan bertanya-tanya dalam hati. "Memangnya mereka lebih hebat dibanding saya? Memangnya Yaneta yang hanya ibu rumah tangga, tidak bekerja itu bisa mandiri tanpa topangan ekonomi suami? Memangnya Davia punya penghasilan setinggi yang diperkirakan orang? Diam-diam saya tahu tentang kabar miring seputar Davia dengan orang-orang yang kerja di dunia perfilman."

Haris menoleh ke samping kiri sambil berkata lirih, "Tahan diri, jaga emosi! Jangan sampai membuat suasana makin runyam!"

"Tidak!" sanggah Wulan. "Saya tidak bisa menahan diri lagi! Saya tidak mau sakit hati sendirian!"

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Haris sambil melihat wajah Wulan yang memerah padam.

Kecemasan terbayang di wajah Haris.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tageyu Taranggana

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Tergoda Pesona Mafia Tampan
1

Bab 1 Melawan Mertua

06/01/2025

2

Bab 2 Menentang Ipar

07/01/2025

3

Bab 3 Menikah Lagi

07/01/2025

4

Bab 4 Memendam Dendam

07/01/2025

5

Bab 5 Tuduhan yang Menyakitkan Hati

07/01/2025

6

Bab 6 Dalam Bayang-bayang Mafia

07/01/2025

7

Bab 7 Misteri Pengendali WIPA

07/01/2025

8

Bab 8 Misteri Wusa yang Belum Terpecahkan

07/01/2025

9

Bab 9 Pertemuan yang Mencurigakan

07/01/2025

10

Bab 10 Makan Malam yang Mencemaskan

07/01/2025

11

Bab 11 Pesona Suami yang Melunakkan Hati

07/01/2025

12

Bab 12 Diinterogasi Ibu Mertua

07/01/2025

13

Bab 13 Tuduhan yang Tidak Boleh Disanggah

07/01/2025

14

Bab 14 Telepon Misterius dari Orang Tak Dikenal

07/01/2025

15

Bab 15 Identitas Penelepon Misterius

07/01/2025

16

Bab 16 Wulan dalam Bahaya

07/01/2025

17

Bab 17 Tugas Penyelamatan

07/01/2025

18

Bab 18 Haris Menikah Lagi

07/01/2025

19

Bab 19 Tuduhan Selingkuh untuk Wulan

07/01/2025

20

Bab 20 Bukti Tak Terbantahkan

07/01/2025

21

Bab 21 Singkirkan Wulan Secepatnya!

10/02/2025

22

Bab 22 Sama-sama Terbelit Masalah

11/02/2025

23

Bab 23 Terbelit Masalah yang Sama

12/02/2025

24

Bab 24 Tumpukan Kebohongan

13/02/2025

25

Bab 25 Itu Masalah Kecil

14/02/2025

26

Bab 26 Merasa Diawasi

15/02/2025

27

Bab 27 Terharu Dirindukan Istri

16/02/2025

28

Bab 28 Kegalauan Hati Jefri

17/02/2025

29

Bab 29 Ditaklukkan Kelembutan Perempuan

18/02/2025

30

Bab 30 Jati Diri Wulan Sariningtyas

19/02/2025

31

Bab 31 Tuduhan yang Menghakimi

20/02/2025

32

Bab 32 Ajakan Tak Bisa Ditolak

21/02/2025

33

Bab 33 Memasuki Rubanah

22/02/2025

34

Bab 34 Ini Bukan Mimpi

23/02/2025

35

Bab 35 Menyingkap Tabir Masa Lalu

24/02/2025

36

Bab 36 Merindukan Belaian Suami

25/02/2025

37

Bab 37 Tidak Punya Rasa Kasihan

26/02/2025

38

Bab 38 Makin Ditindas

27/02/2025

39

Bab 39 Direcoki Dua Menantu

28/02/2025

40

Bab 40 Bulan Madu Pertama

01/03/2025