Pedang Kebenaran Sejati

Pedang Kebenaran Sejati

Tageyu Taranggana

5.0
Komentar
405
Penayangan
26
Bab

Sehebat apa pun Permana Brata, dia manusia. Manusia yang punya masa lalu gelap, kelam, dan kusam. Asal-usul Pendekar Budiman itu diwarnai noda hitam. Untuk mengubur dosa-dosa yang pernah dilakukan, Permana melakukan kebaikan terhadap siapa pun dalam pengembaraannya. Dengan bekal berbagai ilmu dan jurus Sepuluh Syair Bumi Pertiwi, serta Pedang Kebenaran Sejati, Permana melacak keberadaan kedua orang tuanya. Berbagai aral menghadang, dia terjang. Berbagai rintangan, dia hancurkan. Hanya satu prinsip Permana, basmi segala bentuk angkara murka di muka bumi. Musnahkan segala bentuk kejahatan demi tercipta kedamaian di jagat raya.

Bab 1 Srenggoloyo Pengusik Keamanan

Permana Brata meninggalkan Hutan Titir yang penuh kenangan baginya. Ada kenangan buruk, ada kenangan baik, dan ada kenangan yang tidak mungkin terpisahkan dari kehidupannya sebagai seorang anak manusia. Permana, si Pendekar Budiman itu memang ingin melupakan masa lalu. Masa yang sebagian merupakan masa kelam. Masa-masa yang sebagian penuh kisah hitam.

Karena dirinya memang berasal dari sebuah hubungan gelap. Sehingga menyebabkan sebagian dari jiwanya berada dalam kegelapan. Apalagi masa kecilnya dididik oleh mendiang Padaswaja yang penuh watak angkara murka.

"Kau hidup tanpa diharapkan dari kedua orang tuamu!" kata Padaswaja semasa masih hidup. Saat itu Padaswaja telah mewariskan segala ilmu sesatnya kepada Permana. "Kamu lahir dari hubungan gelap. Kamu dibuang di tengah Hutan Titir. Kamu sekarang telah menjadi manusia kuat, pendekar hebat yang kebal dari senjata apa pun. Kamu memiliki ajian worowojo yang bisa membakar apa saja. Maka binasakan semua orang yang membuatmu tersia-siakan sejak lahir!"

Setelah kematian Padaswaja, Permana mengembara untuk mencari kedua orang tuanya. Siapa pun yang tidak bisa menunjukkan keberadaan kedua orang tuanya, akan dia binasakan.

Untunglah masa kelam itu tidak berlangsung selama hidup Permana. Ada tiga orang yang membimbing Permana menuju jalan kebenaran: Wacoko, Ki Sasmaya, dan Bendu.

Mendiang Wacoko keturunan keenam Ki Angeb. Wacoko pemilik pusaka sakti Pedang Biru. Pada masa mudanya, Ki Angeb prajurit Kerajaan Majapahit, salah satu anak buah kepercayaan Mahapatih Gajah Mada. Ki Angeb merupakan salah satu prajurit setia andalan Gajah Mada di medan perang.

Wacoko mewarisi Pedang Biru alias Pedang Kebenaran Sejati dari Ki Angeb. Saat bertarung melawan Permana demi membela harga diri keluarga, Wacoko kalah. Sebelum ajal, Wacoko mewariskan Pedang Biru kepada Permana dengan pesan sama seperti yang diucapkan Gajah Mada kepada Ki Angeb, "Gunakan Pedang Biru untuk menumpas segala angkara murka di muka bumi!"

Peristiwa itu menyadarkan Permana dari perbuatan jahatnya dimasa lalu. Sejak saat itu, Permana ingin membinasakan diri dengan menggunakan Pedang Biru. Waktu itu Permana menyadari bahwa dirinya adalah jelmaan angkara murka yang harus binasa. Dia ingin menggunakan Pedang Biru di tangan untuk menghabisi diri sendiri.

Pada saat itulah muncul orang kedua dalam lintasan hidup Permana. Orang itu bernama Ki Sasmaya, yang menyadarkan Permana dari masa kelamnya.

"Kamu akan lebih berguna bagi sesama manusia kalau masih hidup, bukan setelah mati," begitu kata Ki Sasmaya. Ki Sasmaya menjadi guru Permana. Ki Sasmaya termasuk pendekar dari golongan putih. Berkat didikan Ki Sasmaya, Permana menjadi Pendekar Budiman, pendekar yang punya budi pekerti terpuji.

Ki Sasmaya memberikan segala ilmu yang dimilikinya kepada Permana. Ilmu tentang budi pekerti, ilmu tentang kehidupan dan pergaulan hidup, ilmu kepekaan batin, ilmu ketajaman pikir, dan sepuluh jurus ilmu silat yang aneh. Aneh, tapi dahsyat.

"Sepuluh jurus silat itu merupakan sepuluh jurus utama. Tiap jurus dikembangkan dari Sepuluh Syair Bumi Pertiwi. Sepuluh syair dijabarkan menjadi sepuluh jurus utama. Tiap satu jurus utama merupakan hasil pendalaman dan penja¬baran dari satu syair. Tiap satu jurus utama bisa kamu kembangkan sesuai kemampuanmu," Ki Sasmaya memberikan penjelasan.

Setelah mendapatkan ilmu dari Ki Sasmaya, Permana ingin mencari kedua orang tuanya. Untuk tujuan itu, Permana bertemu dengan Bendu. Pendekar bertubuh pendek yang baik hatinya. Dia tahu tentang masa lalu, termasuk tentang kedua orang tua Permana.

"Ibumu bernama Prabasari. Ayahmu bernama Baron Smith," Bendu menjelaskan tentang orang tua Permana. "Dulu Prabasari adalah permaisuri di Kerajaan Pulungwarih. Sekarang beliau menjadi raja di Pulungwarih menggantikan mendiang Raja Jarabas yang telah mangkat. Baron Smith ahli obat. Dia datang dari suatu tempat yang sangat jauh. Orang menyebutnya Tanah Hijau. Untuk sampai di Tanah Jawa dibutuhkan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu naik kapal layar."

Permana merasa bangga dalam hati saat mendengar cerita Bendu tentang kedua orang tuanya. Bendu mengatakan bahwa ibunya sangat cantik dan ayahnya sangat tampan. Kini langkah kaki Permana lebih tegap dan tegar. Apalagi kini Permana menyandang Pedang Biru di punggungnya.

Pedang Biru pusaka berbentuk pedang. Pedang itu memancarkan sinar biru menyilaukan bila dicabut dari sarungnya. Sebuah pusaka sakti peninggalan dari kakek moyang Wacoko.

Wacoko, pewaris keenam dari Ki Angeb. Wacoko memberikan pesan terakhir yang tidak akan dilupakan Permana selama hidup. Permana harus menggunakan Pedang Biru untuk menumpas segala bentuk angkara murka di muka bumi, tanpa pandang bulu.

Tentu saja Permana merasa bangga mendapatkan kepercayaan itu. Dia merasa bangga, juga karena tahu bahwa Pedang Biru itu dulunya pemberian Mahapatih Gajah Mada kepada Ki Angeb. Ki Angeb merupakan salah satu prajurit setia andalan Gajah Mada di medan laga.

Dia menerima pedang pusaka itu juga dengan pesan yang sama, seperti yang dikatakan Ki Angeb kepada anak cucunya secara turun-temurun: Gunakan Pedang Biru untuk menumpas segala angkara murka di muka bumi!

Dengan demikian, secara tidak langsung, Permana mendapatkan pesan. Atau perintah. Perintah dari mendiang Sang Mahapatih Gajah Mada...!

Dengan pemikiran seperti itu membuat Permana tidak ingin mengkhianati si pemberi perintah. Dia selalu mengeraskan tekad. Membajakan keinginan untuk melaksanakan perintah itu.

Permana berjanji dalam hati untuk menggunakan Pedang Biru sebagaimana mestinya. Dia tidak ingin menyelewengkan kekuasaan atas pusaka sakti itu. Sebab kalau sampai dia selewengkan kekuasaannya atas pusaka itu, maka justru akan makin runyam dunia persilatan.

Mengapa bisa begitu? Karena Permana mempunyai ilmu silat tinggi dengan jurus-jurus aneh nan dahsyat dari Ki Sasmaya. Ki Sasmaya, sosok pendekar dari aliran putih yang mempunyai sepuluh jurus utama dari Sepuluh Syair Bumi Pertiwi. Satu dari kesepuluh jurus tersebut telah digunakan Permana pada saat menghadapi Bendu dan Ganggarati. Permana berhasil mengalahkan mereka tanpa mengalami kesulitan yang berarti.

"Tugas yang kamu sandang itu tidak ringan," terngiang pesan Ki Sasmaya dalam benak Permana. "Tugasmu berat, tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Saat ini angkara murka makin merajalela di dunia persilatan."

"Manusia-manusia jahat makin ganas dalam melakukan kejahatannya," kata Ki Sasmaya. "Manusia-manusia laknat makin menjadi-jadi dalam mengumbar tindakan keji. Permana... kamu harus memusnahkan semuanya! Apakah kamu sanggup melakukannya? Aku yakin kamu bisa melaksanakan tugasmu dengan sebaik-baiknya."

Pesan dan dorongan semangat dari Ki Sasmaya membuat Permana merasa lebih percaya diri. Dirinya bisa melangkah dengan pasti menapaki jalan menuju Pulungwarih.

Dalam perjalanannya menuju Kerajaan Pulungwarih, Permana menempuh waktu berhari-hari. Waktu pagi dan siang, Permana selalu berjalan menuju ke arah timur.

Malam harinya, menginap di desa yang dia lewati. Atau kadang-kadang tidur di sebuah gubuk tengah sawah yang biasa digunakan oleh petani untuk beristirahat waktu siang hari.

Suatu malam dia singgah di sebuah rumah penduduk Dukuh Genturan. Sebuah desa pelosok yang masih termasuk wilayah Kadipaten Moncer, masih berada dalam wilayah kekuasaan Pulungwarih.

Soma, nama pemilik rumah yang disinggahi Permana merasa beruntung. Karena ada orang yang bisa dia ajak bicara tentang keadaan Dukuh Genturan. Sebuah dukuh yang terletak di kaki sebuah perbukitan berbatu-batu terjal.

Dukuh itu semakin tidak aman sejak kedatangan Srenggoloyo, anak Adipati Ardalapa, penguasa Kadipaten Moncer.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tageyu Taranggana

Selebihnya

Buku serupa

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku