Pendekar Kembara Semesta Seri 2

Pendekar Kembara Semesta Seri 2

Tageyu Taranggana

5.0
Komentar
356
Penayangan
120
Bab

Suro Joyo melanjutkan pengembaraannya. Setelah berhasil menundukkan Putri Siluman Alas Waru, terjebak arus konflik di Kerajaan Karangtirta. Ada pemberontakan di kerajaan tersebut yang mesti diselesaikan. Suro Joyo juga mesti menghadapi bajak laut Selat Utara yang mengacaukan para pelintas di lautan luas. Ada lagi persoalan yang tidak bisa dihindari sang Pendekar Kembara Semesta, yakni permasalahan yang dihadapi Ayumanis di Penginapan Melati Jingga. Menyusul, ada tantangan dari Sanggariwut, pendekar hebat yang punya jurus andalan Jurus Ular Api Neraka.

Bab 1 Soka Pratanda

Suro Joyo menyusuri perbukitan dengan langkah pasti. Baru saja dia menyelesaikan tugas yang diberikan oleh ayahandanya untuk menumpas Riris Manik. Ayahandanya, Agung Paramarta, penguasa di Kerajaan Krendobumi. Riris Manik pernah melakukan perbuatan yang meresahkan Kerajaan Krendobumi, sehingga Agung Paramarta menugaskan Suro Joyo agar menangkap dan membawanya ke Istana Krendobumi untuk diadili.

Namun Riris Manik malah melarikan diri dan bersembunyi di Pesanggrahan Alas Waru milik Keksi Anjani. Suro Joyo melacak buron sampai ke pesanggrahan milik Keksi Anjani. Dalam upaya menangkap Riris Manik, Suro Joyo bertarung habis-habisan melawan Keksi Anjani dan anak buahnya.

Saat bertarung, Suro Joyo hampir tewas di tangan lawan. Banaswarih, putra mahkota Kerajaan Karangtirta menyelamatkan nyawa Suro Joyo. Kebaikan hati Banaswarih kini akan dia balas dengan kebaikan pula. Suro Joyo yang kini mengenakan pakaian berwarna serba kuning berjalan tegap menuju Karangtirta.

"Aku ingin balas budi pada Pangeran Banaswarih," gumam Suro Joyo dalam perjalanannya melewati bukit bebatuan. "Kemarin, sebelum kami berpisah, Pangeran Banaswarih minta diriku untuk datang ke Kerajaan Karangtirta. Sepertinya ada bahaya tersembunyi yang mengancam Karangtirta."

Dugaan Suro Joyo memang tepat. Saat ini kerajaan yang dipimpin Raja Tiyasa sedang berada dalam masa kelam. Masa kelam bukan karena ketidakmampuan sang raja menyejahterakan rakyatnya, tapi karena adanya desas-desus yang membuat rasa cemas.

Rakyat Kerajaan Karangtirta dirundung kecemasan. Kabar tentang pergerakan bawah tanah yang dilakukan orang-orang yang ingin melakuan pemberontakan, membuat rakyat semakin cemas. Para telik sandi, prajurit rahasia Kerajaan Karangtirta telah mengendus adanya pemberontak yang semakin banyak jumlahnya mulai melakukan gerakan-gerakan yang lebih berani. Ada yang berani memaksa penduduk perbatasan mengikuti mereka. Kalau tidak mau mengikuti, dibunuh atau dibantai secara keji!

"Putraku Banaswarih, lakukan apa saja yang perlu kamu lakukan untuk meredam gerak para pemberontak yang mulai berani ngelunjak!" perintah Raja Tiyasa suatu malam. "Kamu ambil tindakan yang tegas. Kalau perlu keras! Siapa saja yang ketahuan mendukung atau malah menjadi pelaku pemberontakan, habisi tanpa perlu diadili!"

"Siap, Ayahanda!" kata Banaswarih.

Malam makin larut. Hanya ada anak dan bapak di pendapa kerajaan yang semakin lengang.

"Bawalah Soka Pratanda ini!" kata Tiyasa sambil menyerahkan logam berbentuk segi empat bergambar simbol Kerajaan Karangtirta. "Simpanlah dengan rapat! Gunakan kalau benar-benar dibutuhkan."

Banaswarih menerima Soka Pratanda dari Tiyasa. Pemegang logam segi empat itu mendapatkan kepercayaan mutlak dari sang raja. Soka Pratanda hanya satu. Benda berfungsi sebagai 'pengganti raja' itu hanya diberikan kepada orang yang dipercaya ketika situasi benar-benar darurat!

"Ayahanda," kata Banaswarih, "Ananda ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin bisa membuat Ayahanda lebih tenang menghadapi situasi sekarang ini."

"Tentang apa, Banaswarih?" tanya Tiyasa dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Ananda telah menyampaikan permintaan bantuan kepada Pangeran Suro Joyo dari Krendobumi. Semoga Pangeran Suro Joyo bisa membantu kita menyelesaikan kemelut yang terjadi di Karangtirta."

***

Senapati Tunggulsaka bersama puluhan prajuritnya menyusuri perbatasan wilayah Kerajaan Karangtirta dengan Kerajaan Parangbawana. Mereka berjalan dari arah selatan menuju ke utara. Menjelang matahari tegak di atas kepala, Senapati dan para prajurit tersebut sampai di pantai utara.

Menurut kabar dari beberapa telik sandi atau prajurit rahasia yang ditugaskan Tunggulsaka ke seluruh wilayah Karangtirta, ada gerombolan perampok yang bersarang di perbatasan. Gerombolan itu dipimpin Olengpati. Cukup lama mereka bersarang di perbatasan Karangtirta dengan Parangbawana. Kerajaan Karangtirta dan Parangbawana bertetangga baik sejak lama, sejak ratusan tahu silam. Dua kerajaan yang saling membantu bila satu dari keduanya membutuhkan bantuan.

"Apa benar kabar dari telik sandi itu, Senapati?" tanya seorang prajurit kepada Tunggulsaka. Karangtirta

"Aku yakin, benar," jawab Tunggulsaka yakin. "Memangnya kenapa? Kamu tidak yakin bahwa laporan telik sandi itu benar?"

"Bukan begitu, Senapati. Bisa saja telik sandi salah menyerap kabar, sehingga kurang tepat ketika memberikan laporan."

Benar juga ya kata prajuritku ini. Kata Tunggulsaka dalam hati. Namanya saja manusia, bisa saja dia salah dalam menyerap warta yang beredar di masyarakat. Wah, kalau prajurit telik sandi salah memberikan laporan, bisa membahayakan Karangtirta."

Saat ini Tunggulsaka dan para prajuritnya merasakan bahwa keadaan tenang. Kawasan Hutan Ugeran termasuk wilayah Kerajaan Karangtirta dan Hutan Rukem kelihatannya aman-aman saja. Tak ada sesuatu yang mencurigakan. Senapati andalan Karangtirta itu sejenak bertanya-tanya dalam hati. Salahkah berita yang disampaikan para para telik sandi itu? Semoga laporan mereka tidak ada yang salah.

Selama ini para prajurit telik sandi selalu memberikan kabar yang tepat. Mereka memberi laporan padanya setelah melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh. Dalam laporan itu disebutkan bahwa mereka mengetahui tentang kebeadaan gerombolan perampok pimpinan Olengpati bersembunyi di Hutan Rukem, wilayah Parangbawana, dekat perbatasan dengan wilayah Karangtirta.

"Para perampok pimpinan Olengpati itu diduga kuat ada hubugan erat dengan pemberontak yang saat ini sedang menyusun kekuatan. Mereka menyusun kekuatan fisik berupa jumlah pasukan. Mereka juga mengumpulkan uang dan harta untuk membiayai para pemberontak," kata Tunggulsaka.

"Dengar-dengar, ada anggota pemberontak berani mengancam penduduk perbatasan sini," kata seorang prajurit yang lain. "Apa benar, Senapati?"

"Ehm..., ya, begitulah laporan yang kuterima. Sebentar..., sebenarnya mereka belum bisa disebut pemberontak," Tunggulsaka meluruskan kata-kata anak buahnya. "Mereka sekumpulan orang yang sedang menggalang kekuatan. Mereka diduga kuat akan melakukan pemberontakan. Kapan melakukan pemberontakan? Kita tidak tahu."

"Walau mereka belum melakukan pemberontakan, mereka sudah layak disebut pemberontak. Mereka suka membangkang terhadap semua peraturan yang ada di Kerajaan Karangtirta. Masyarakat Karangtirta yang tidak suka pada kelakuan mereka, sampai ada yang beramai-ramai mengusir orang-orang yang mendukung pemberontak."

"Mengapa sampai bertindak sepertti itu?"

"Mereka kesal, Senapati. Masyarakat yang tidak suka kepada pendukung pemberontak itu punya alasan yang masuk akal, Senapati."

"Apa alasannya?"

"Alasannya, para pendukung pemberontak itu cari makan dan menikmati segala hal diberikan pihak Kerajaan Karangtirta, tapi malah suka menjelek-jelekkan Raja Tiyasa dengan alasan ngawur. Alasan yang tidak masuk akal. Mereka hanya asal mangap saja. Asal membuka mulut, tanpa menggunakan otaknya."

Senapati Tunggulsaka bisa memahami perkataan anak buahnya. Gerombolan Olengpati yang dicurigai ada hubungan dengan para pemberontak bawah tanah, sering membuat keonaran. Mereka membuat keonaran di desa-desa wilayah Karangtirta. Akibat ulah Olengpati dan anak buahnya, desa-desa tersebut tidak aman.

Penduduknya sering berjaga siang malam. Mereka berjaga-jaga dari segala kemungkinan yang bisa menimpa penduduk desa. Para penduduk sering berjaga semalam suntuk, sehingga paginya mengantuk. Akibatnya mereka bekerja secara malas-malasan pada siang harinya. Hal ini menimbulkan perasaan penduduk tidak tenang, penghasilan mereka dalam bertani juga berkurang.

"Agaknya itulah tujuan Olengpati dan gerombolannya," kata Tunggulsaka. "Mereka menebar keonaran yang membuat penduduk desa di seluruh wilayah Kerajaan Karangtirta resah. Karena resah, para penduduk menjadi lemah. Baik lemah badannya, juga lemah semangat hidupnya. Hal ini tidak akan kubiarkan terjadi berlarut-larut. Maka aku segera mengambil tidakan. Aku ingin segera menumpas Olengpati dan gerombolannya. Tentu saja yang kulakukan ini atas sepengetahuan Paduka Raja Tiyasa."

Tunggulsaka tidak ingin penduduk desa atau rakyat jelata dalam keadaan tidak tentram, rasah, dan selalu khawatir sepanjang masa. Kalau rakyat dalam keadaan tidak aman, maka akan meruntuhkan kewibawan Karangtirta.

Maka dari itu, Tunggulsaka mohon ijin Raja Tiyasa yang menjadi orang paling berkuasa di Karangtirta. Tunggulsaka minta ijin untuk menumpas gerombolan Olengpati. Raja Tiyasa mengijinkan. Sehingga saat ini Tunggulsaka dan empat puluhan prajuritnya telah berada di perbatasan.

"Prajurit, berhenti di sini!" kata Tunggulsaka. "Kita istirahat sebentar."

"Baiklah, Senapati...," sahut para prajurit serentak.

Para prajurit segera duduk-duduk di berbagai tempat. Ada yang duduk di bawah pohon besar, ada pula yang duduk di balik batu besar. Mereka duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa dari kerajaan.

"Lunjak, apa pendapatmu tentang situasi di perbatasan ini?" tanya Tunggulsaka setelah makan siang.

"Maaf, Senapati, saya belum punya pendapat," kata Lunjak.

"Kalau kamu bagaimana, Bandem?" Tunggulsaka bertanya kepada Bandem.

"Menurut saya, ini barangkali cuma jebakan, Senapati," jawab Bandem.

"Maksudmu?"

"Maksudnya begini, Senapati, Olengpati membuat daerah perbatasan ini seolah-olah aman. Padahal siapa tahu dia dan anak buahnya bersembunyi di sekitar sini. Pada saat rakyat lengah, dia keluar dari persembunyiannya. Mereka lalu merampok harta rakyat secara tiba-tiba dan tak terduga."

"Ya..., aku juga berpikiran demikian. Cuma sekarang kita bingung mau bertindak apa? Karena kita belum menemukan persis di mana persembunyian mereka." kata Tunggulsaka sambil menghela napas.

Ketika Tunggulsaka dan kedua anak buahnya sedang bercakap-cakap, tiba-tiba terdengar teriak kematian dari seorang prajurit yang sedang duduk di bawah pohon besar. Leher prajurit itu tertembus anak panah!

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tageyu Taranggana

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Pendekar Kembara Semesta Seri 2
1

Bab 1 Soka Pratanda

25/01/2024

2

Bab 2 Jebakan Maut Gerombolan Olengpati

25/01/2024

3

Bab 3 Pengkhianat di Dekat Istana

25/01/2024

4

Bab 4 Gagal Menumpas Pengacau

25/01/2024

5

Bab 5 Senapati Tunggulsaka Meninggalkan Pertemuan di Istana

25/01/2024

6

Bab 6 Senapati Tunggulsaka Harus Ditumpas

25/01/2024

7

Bab 7 Pertarungan Menggunakan Senjata Sakti

25/01/2024

8

Bab 8 Pendekar Berpakaian Serba Kuning

25/01/2024

9

Bab 9 Malam Mencekam di Kota Kerajaan Karangtirta

25/01/2024

10

Bab 10 Pertemuan Sejoli di Kota Kerajaan Karangtirta

25/01/2024

11

Bab 11 Menghindari Serangan Prajurit Karangtirta

25/01/2024

12

Bab 12 Siap Bangkit Melawan Pemberontak

25/01/2024

13

Bab 13 Ancaman Maut dari Para Pengacau di Karangtirta

25/01/2024

14

Bab 14 Menggali Uang Emas

25/01/2024

15

Bab 15 Bertempur Melawan Gerombolan Jegonglopo

25/01/2024

16

Bab 16 Terlempar ke Dasar Jurang

25/01/2024

17

Bab 17 Pengakuan Dalang Kekacauan

25/01/2024

18

Bab 18 Siap Menghadapi Pemberontak

25/01/2024

19

Bab 19 Penyerbuan Istana Karangtirta

25/01/2024

20

Bab 20 Pertempuran Semakin Ganas

25/01/2024

21

Bab 21 Gugur Membela Karangtirta

09/02/2024

22

Bab 22 Mundur Sebelum Lebur

09/02/2024

23

Bab 23 Bahaya Mengancam Raja Tiyasa

10/02/2024

24

Bab 24 Serangan Balik yang Mengejutkan

10/02/2024

25

Bab 25 Memburu Gerombolan Pemberontak

11/02/2024

26

Bab 26 Pertempuran di Tengah Belantara

11/02/2024

27

Bab 27 Bertempur untuk Memusnahkan Lawan

13/02/2024

28

Bab 28 Melawan Tujuh Ganggayuda

13/02/2024

29

Bab 29 Tidak Mudah Mengalahkan Pemberontak

13/02/2024

30

Bab 30 Mencari Kelemahan Lawan

13/02/2024

31

Bab 31 Ditekuk Senyum Nilawangi yang Menawan

14/02/2024

32

Bab 32 Serangan dari Kapal Hitam

14/02/2024

33

Bab 33 Berhadapan dengan Bajak Laut

15/02/2024

34

Bab 34 Pertarungan Melawan Bajak Laut

15/02/2024

35

Bab 35 Kekasih Pimpinan Bajak Laut

16/02/2024

36

Bab 36 Menuju Perguruan Tepaswaja

16/02/2024

37

Bab 37 Sergapan Empat Pendekar

17/02/2024

38

Bab 38 Bertemu Lakseta

17/02/2024

39

Bab 39 Kedatangan Kowara di Pelabuhan Atri

18/02/2024

40

Bab 40 Percobaan Pembunuhan di Penginapan Latri

18/02/2024