Dendam Cinta Sang Mafia

Dendam Cinta Sang Mafia

Callista Ivan

5.0
Komentar
6.4K
Penayangan
11
Bab

Milea memutuskan untuk kabur ke kota besar, karena sang ayah memaksanya menikah dengan seorang mafia tua untuk melunasi hutang judi. Keluarga mafia itu marah besar, saat tahu bahwa Milea kabur. Sebab sebenarnya Milea hendak dinikahkan dengan putra sulung mereka yang mengalami gangguan mental. Elvan, putra bungsu keluarga mafia itu tak terima karena Milea sudah membuat kakaknya semakin frustasi. Ia pun bertekad untuk mencari Milea dan membalaskan dendam keluarganya. Hingga akhirnya Elvan benar-benar bertemu dengan Milea dan membuat gadis itu berada dalam genggamannya. Elvan bersumpah untuk menghancurkan kehidupan dan masa depan Milea. Lalu bagaimanakah nasib Milea selanjutnya? Akankah ia bisa melepaskan diri dari cengkeraman Elvan, atau justru Elvan sendiri yang akan melepaskannya?

Bab 1 Desakan Sang Ayah

Sang mentari nampak sudah menyembunyikan diri di kaki langit sebelah barat. Sinarnya yang keemasan, membuat setiap orang akan meresapi kedamaian dalam hidup.

Namun, tidak dengan Milea. Dengan langkah gontai, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumah kecilnya, kemudian berlalu meraih pintu kamarnya.

"Milea, Ayah mempunyai satu permintaan."

Seorang pria berusia sekitar 50 tahun, berkata dengan lantang kepada seorang gadis muda di hadapannya.

Milea yang masih membawa tas di bahunya itu segera menoleh ke arah sang ayah. Gadis cantik berkulit putih itu bahkan belum berganti pakaian karena baru saja pulang dari bekerja.

"Aku capek, Yah. Besok aja," sahut Milea sembari memutar knop pintu kamarnya.

Ia berniat untuk membersihkan diri dan segera beristirahat.

"Milea, besok kamu harus menikah."

Duarrr.

Mata Milea terbelalak lebar. Perkataan sang ayah membuat tubuhnya gemetar ketakutan. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh ayahnya itu. Sadarkah ia dengan perkataanya barusan?

Milea segera membalikkan badan dan menatap tajam ke arah ayahnya.

"Apa maksud Ayah? Aku harus menikah dengan siapa? Enggak, aku belum siap untuk menikah, Yah."

Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkannya kepada sang ayah yang suka semena-mena terhadapnya.

"Ayah kalah main judi, dan Ayah sudah nggak punya uang lagi untuk membayar hutang-hutang ke Tuan Alexander. Jadi, ayah terpaksa menerima tawarannya ini." Ayahnya Milea yang bernama Hendra itu berkata dengan entengnya.

Kali ini Milea terkejut bukan main mendengar pengakuan dari ayahnya.

"Apa, Yah? Jadi Ayah menjualku? Ayah ingin menikahkanku dengan Tuan Alexander?" tanya Milea histeris.

"Tidak. Ayah tidak menjual kamu, Nak. Ayah hanya ingin membuat kehidupanmu menjadi lebih baik. Jika kamu menjadi istrinya, maka hidupmu akan terjamin. Selain itu, hutang-hutang Ayah juga akan lunas. Jadi, ini adalah kesempatan yang bagus, Milea." Hendra berusaha untuk mempengaruhi pikiran putrinya.

"Enggak, Yah. Tuan Alexander tu sudah punya dua istri. Aku nggak sudi jadi istri ketiga dari pria tua itu. Lagipula dia itu lebih pantas menjadi ayahku daripada menjadi suamiku." Milea bersikeras untuk menolak permintaan gila dari ayahnya.

Plakk.

Sebuah pukulan melayang di wajah gadis cantik berambut panjang itu, hingga membuatnya jatuh tersungkur.

Milea memegangi sudut bibirnya yang tampak mengalirkan darah segar. Ia meringis karena merasakan sakitnya pukulan dari sang ayah, sosok yang selama ini membesarkannya seorang diri.

Ya, selama ini Milea hanya hidup berdua saja dengan ayahnya. Ibunya pergi meninggalkan mereka berdua sejak Milea masih berusia dua tahun. Mungkin ibunya memang sudah tak tahan dengan tabiat buruk Hendra yang suka berjudi dan mabuk-mabukan.

"Ayah tidak mau tahu. Pokoknya besok kamu harus menikah dengan Tuan Alexander. Titik."

Milea lalu berusaha untuk berdiri. Sembari memegangi wajahnya yang lebam, ia menatap tajam kepada sang ayah yang berdiri berkacak pinggang.

"Aku nggak mau menikah, Yah. Aku nggak ingin terlibat dengan perjudian dan hutang-hutang Ayah itu. Selama ini aku sudah berusaha keras untuk mencukupi semua kebutuhan kita. Aku kerja jadi buruh pabrik, tapi Ayah? Setiap hari Ayah hanya menghabiskan waktu untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Ayah sama sekali nggak mau berusaha untuk mencari pekerjaan. Aku lelah dengan semua ini, Yah," papar Milea dengan mata berkaca-kaca.

"Hah?"

Hendra menatap putrinya itu dengan murka. Dia tidak menyangka bahwa Milea bisa berkata lancang kepadanya.

Plakk, plakk.

Berkali-kali dihujaninya wajah Milea dengan tamparan. Kini wajah cantik itu telah membiru dan berlumuran darah.

Namun, hati ayahnya itu tampaknya memang sudah sekeras batu. Ia sama sekali tak berbelas kasih kepada sang putri.

"Ayah tidak mau tahu. Pokoknya besok kamu harus menikah, atau kamu akan mengalami hal yang lebih menyakitkan daripada ini," ancam ayahnya dengan nada kasar.

Hendra tak mempedulikan lagi keadaan Milea. Ia segera menuju ke kamar dan membanting pintu sekeras-kerasnya.

Brakk.

"Ayah!"

Milea memekik keras. Hatinya merasa sangat merana karena permintaan ayahnya yang tak masuk akal itu.

Tak dapat ditahannya lagi, air mata yang sedari tadi ditahannya kini telah meleleh membasahi wajah yang penuh luka.

"Huhuhu. Aku belum siap menikah, Ayah," isak Milea, seraya menelungkupkan wajah diantara kedua telapak tangannya.

Malam itu berlalu dengan ratap tangis dari sang gadis bermata indah.

"Kenapa ayah tega? Apa salahku?"

Karena merasa kelelahan dan kesakitan, akhirnya Milea pun mulai terlelap dengan kedua matanya yang tampak sembab.

Keesokan harinya ....

Tok, tok, tok.

"Milea, buka pintunya!"

Suara Hendra membangunkan Milea dari mimpi. Dia buru-buru membukakan pintu karena takut ayahnya itu akan mengamuk lagi seperti tadi malam.

Krekk.

Pintu pun terbuka. Dengan takut-takut, Milea menatap ayahnya yang sedang berdiri di balik pintu dengan berkacak pinggang.

Namun, bukan itu yang membuat ia tercengang. Melainkan beberapa wanita yang berada di balik tubuh ayahnya. Mereka terlihat sedang membawa barang-barang di tangannya.

"Cepat mandi dan bersiap-siap. Mereka semua akan segera meriasmu," titah Hendra dengan kasar.

Mata Milea terbuka lebar-lebar. Tubuhnya menjadi gemetar, dan jantungnya berdegup sangat kencang.

Benarkah apa yang didengarnya barusan?

"Apa, Yah? Apa maksudnya ini?"

Hendra tampak mendengus kesal. Segera didekatinya sang putri yang masih tampak kebingungan.

"Hari ini kamu akan menikah. Jadi para wanita ini yang akan merias kamu," terang Hendra menjelaskan.

"Apa, Yah? Ayah pasti bercanda kan? Ayah nggak sungguh-sungguh menjualku kan? Huhuhu," tangis Milea pecah seketika.

Dia terduduk di ambang pintu sambil menutup wajahnya yang telah berurai air mata.

Hendra berjongkok dan membantu putrinya itu untuk berdiri.

"Maafkan Ayah, tapi ini semua demi kebaikan kamu. Sebenarnya Ayah sangat menyayangimu. Sekarang pergilah bersiap-siap. Cup." Herman memeluk Milea dan memberikan satu kecupan di pucuk kepala putrinya.

Setelah itu, ia pun berlalu meninggalkan Milea bersama para MUA.

"Ayah, jangan tinggalkan aku!"

Namun, ayahnya itu tak menggubris perkataanya. Milea berusaha untuk berlari dan mengejar sang ayah, tetapi tubuhnya telah lebih dulu dihadang oleh beberapa wanita perias itu.

"Ayo bersiap-siap dulu, Nona," ajak salah seorang wanita.

"Tapi, Bu.... Aku nggak ingin menikah," sahut Milea dengan wajah memelas.

"Sudahlah. Ini kan permintaan ayah kamu dan juga Tuan Alexander. Kami ditugaskan oleh beliau untuk merias kamu. Jadi, kamu harus menuruti perkataan kami."

"Tapi, Bu ...."

Para wanita itu menarik Milea dengan paksa. Mereka melucuti pakaian gadis malang itu dan segera membersihkan tubuhnya.

Mereka lalu memakaian gaun pengantin berwarna putih di tubuh Milea. Serta memoles wajah gadis cantik itu dengan riasan yang natural, tapi tetap elegan.

Milea terlihat begitu cantik, terlebih ketika rambut hitamnya itu dibentuk sanggul, dan hanya menyisakan sedikit helai yang menjuntai di samping telinganya.

Untuk menyempurnakan penampilan Milea, para MUA itu memasangkan sebuah mahkota di kepalanya. Tak lupa mereka juga memasangkan perhiasan pada tubuh gadis itu.

Setelah itu, mereka pun memakaikan sepasang sepatu berwarna emas di kakinya.

Perfect. Milea bak seorang putri raja yang akan dijemput oleh pangerannya.

Para perias lalu memeluk Milea dan menciumi gadis jelita itu.

"Sekarang kamu sudah siap untuk menikah."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Callista Ivan

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku