Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dipaksa Menikahi Mafia Kejam

Dipaksa Menikahi Mafia Kejam

Liliza_Agatha

5.0
Komentar
16.1K
Penayangan
66
Bab

"Aku Tuhan bagimu! Ucapanku adalah perintah untukmu, El!"__Gabriel Leonard Mattew. "Kau bisa melakukan apapun pada tubuhku! Tapi tidak dengan hati, dan pikiranku! Sampai mati pun aku tidak akan pernah mencintaimu, Leon!"__Grazella Elnara Wesley. ••• Gabriel Leonard Mattew (29) seorang mafia berdarah dingin dari Italia. Pria itu memaksa seorang gadis, untuk menikah dengannya. Karna gadis itu sangat mirip dengan cinta pertamanya, yang sudah meninggal. ~ Grazella Elnara Wesley (20) seorang mahasiswi jurusan psikolog, yang sangat pintar. Hidupnya hanya memikirkan tentang kesembuhan adiknya. ••• Keputusan Grazella menyelamatkan seorang pria, yang tergeletak tak berdaya di jalan, menjadi awal segala kesialannya. Kebaikan hatinya membuat seorang Mafia terobsesi padanya.

Bab 1 Awal kesialan Grazella

JAKARTA | INDONESIA| JAM 11 MALAM.

Gadis bermanik amber mendengkus kesal. Pasalnya dia sedang terburu-buru pulang, tetapi taksi yang ditumpanginya justru mogok. Gadis itu takut dimarahi oleh sang paman, karna pulang terlalu malam.

Grazella Elnara Wesley itu namanya, gadis dengan wajah penuh jerawat, dan berkacamata bundar itu, baru saja pulang dari rumah sakit. Dia harus menjaga adik tunggalnya, Giorgino Austin Wesley. Sang adik masih berusia 7 tahun.

Gio mengalami kelainan jantung, dan harus senantiasa, dirawat di rumah sakit. Kedua orang tua mereka, sudah meninggal 5 tahun yang lalu, karena kecelakaan.

Grazella nekat mengambil jalur cepat, dan melewati gang sempit yang gelap. Gadis itu sudah tidak tahan, menahan nyeri di bagian payudaranya. Karena seharian ini dia lupa memompa asi. Alhasil dadanya sangat besar dan kram.

Yah ... gadis berusia 20 tahun tersebut mengidap 'Galaktorea' kondisi di mana, tubuhnya kelebihan hormon, yang membuatnya bisa menghasilkan ASI. Masa bodoh, dengan desas-desus ada penunggu di sana. Gadis itu terus melangkah masuk.

Baru juga beberapa langkah, sayup-sayup Grazella mendengar ada suara erangan, kakinya sudah bergetar tak menentu. Gadis itu ingin berbalik dan berlari, tetapi kakinya justru lancang melangkah maju mengikuti suara tersebut.

Grazella berusaha mengambil ponselnya, karena gang itu sangat gelap, ditambah suara rintik hujan, menambah kesan horor.

"Aakkhhh!" Gadis itu tersandung sesuatu, dan terjatuh cantik di aspal.

"Sial. Apa'an sih, tadi?" Grazella mencari ponselnya yang terjatuh.

DEG!

"Aarrgggh!" Mata Grazella membola sempurna, saat menyinari benda yang membuatnya terjatuh. Di sana seorang pria tergeletak dengan badan penuh darah, dan wajah yang sudah babak belur, tangan gadis itu terlihat bergetar.

Grazella mendekati pria itu, dan menjadikan pahanya sebagai bantalan. Dia berucap dengan nada bergetar. "Ak-u harus bagaimana?"

Beberapa detik kemudian, mata pria itu perlahan terbuka. Grazella langsung menyambutnya dengan berbagai pertanyaan. "Kamu kenapa? Siapa yang melakukan ini?" Gadis itu memegang wajah sang pria, dan meneliti setiap lukanya.

Pria itu hanya diam, memperhatikan manik gadis di depannya ini.

"Bellissimo," ucapnya lemah.

'cantik,'

Setelah mengatakan itu, sang pria menutup matanya kembali.

"Aku tidak bisa mendengarmu, bisa lebih keras lagi." Grazella menggoyangkan badan sang pria.

Gadis itu terlihat khawatir. "Aduh ... berpikirlah, El. Kenapa otakmu jadi bodoh begini, sih!"

"Aduh, Om, Paman, atau siapa pun dirimu, ayo bangun donk! Jangan mati dulu! Nanti aku yang kena imbasnya! Lagian, kenapa kamu malah meninggalkan jejak di tubuhnya, El?"

Grazella menoleh ke kanan dan kiri. "Tidak ada orang lagi. Aduh, bagaimana ini? Ah, ya, nomor darurat!" Gadis itu segera mendial nomor 112 di ponselnya.

• • •

Mobil ambulans melaju dengan cepat, pria itu terlihat membuka matanya kembali. Dia melihat lekat wajah Grazella yang sedang fokus menghadap ke depan. Ponsel gadis itu terlihat bergetar. Dengan cepat, Grazella segera menggeser tanda hijau.

"Iya, kak Dicky kenapa, ya? Apa? Bagaimana bisa kak? Bukankah tadi Gio, baik baik saja? I- iya, aku segera ke sana sekarang." Grazella segera mematikan ponsel itu.

"Pak, kit-a mau ke rumah sakit mana, ya?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Mutiara Kasih, dek," jawab supir ambulans dengan cepat.

"Pak, lebih cepat lagi, ya pak." Gadis itu sangat khawatir dengan sang adik.

Beberapa saat kemudian, ambulans telah sampai, di depan loby rumah sakit. Grazella segera turun, saat akan pergi tangannya dicekal, oleh pria yang ia tolong. Grazella langsung menghempaskan tangan itu, dan segera pergi ke ruang inap adiknya. Pria itu menggeram kesal.

"Kamu tidak bisa lari dariku, baby girl! Mulai sekarang, kamu milikku!" batinnya dengan senyum menyeringai.

• • •

Grazella memegang tangan Gio dengan erat, dia merasa bersalah telah meninggalkan adiknya sendirian.

Satu panggilan masuk terdengar di ponsel sang gadis.

Grazella menghela napas kasar, pasti sang Aunty akan marah besar, karena dia tidak pulang. Grazella memilih mengabaikan panggilan itu.

Sudah 3 hari Grazella tidak berangkat kuliah, dia fokus untuk mengurus Gio, dia juga bolak-balik ke rumah, dan rumah sakit. Seperti saat itu, Grazella sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga pamannya.

"Aunty, setelah ini aku akan ke rumah sakit, besok pagi aku datang lagi," ucap Grazella dengan lembah lembut.

"H'm!" jawab sang paruh baya dengan ketus. Grazella melangkah pergi, dan akan memakan makanannya di dapur.

Nyatanya selama hampir 5 tahun lalu, pasca kematian kedua orang tuanya, hidup Grazella bagaikan pembantu, di rumahnya sendiri. Beruntung pamannya sedikit mempunyai belas kasih. Saat Grazella menerima hukuman, karena tidak becus bekerja, pamannya diam-diam memberi Grazella makanan.

Perusahaan keluarganya, juga diambil alih oleh pamannya. Gadis itu tidak keberatan, karena dia juga tidak tau menahu masalah perusahaan. Grazella hanya fokus untuk menyembuhkan sang adik.

Saat akan makan, suara bagai mutiara kembali menyambut telinganya. "Grazella! Sini kamu! Dasar anak sialan!" teriak paruh baya tersebut.

Gadis itu dengan langkah cepat, segera melangkah menuju sang Aunty. "Iya, Aunty, kenapa?" tanya Grazella.

Bukannya dijawab, satu tamparan keras, mengenai wajahnya.

"Kamu mau meracuni kami, hah?" teriaknya dengan nada menggelegar.

"Maksud Aunty?" tanya Grazella kebingungan.

"Cicipi udang itu, cepat!" bentak paruh baya tersebut.

"Ma-af aunty, tapi aku aler–gi udang, makanya aku tidak mencicipinya tadi."

Satu tamparan, kembali mendarat di wajah penuh jerawatnya.

"Saya tidak peduli! Kamu mau alergi, atau tidak! Bella mau makan udang, dan kamu masaknya asin begini! Kamu mau meracuni anakku, hah! Dasar pembawa sial!"

Gadis itu menunduk, dan meremas bajunya, dia sangat lelah. Kenapa hidupnya sangat melelahkan, disaat semua gadis menikmati hidup, dan berkutik dengan make up, kenapa dirinya justru hidup melelahkan seperti ini.

Itulah satu alasan wajahnya jelek, Grazella tidak punya waktu untuk mengurus diri.

Jangankan untuk membeli skincare, untuk membeli baju saja dia harus berhemat, mungkin jika Bella sedang baik, dia bisa minta baju lengseran.

Dulu hidupnya bak putri ratu, tapi setelah orang tuanya meninggal, Grazella langsung berubah menjadi babu di rumahnya sendiri sungguh tragis.

RUMAH SAKIT MUTIARA KASIH

Pria dengan setelan serba hitam, terlihat menghampiri seseorang. Dia membungkukkan badannya, memberi hormat. "Tuan, Anda sudah diperbolehkan pulang. Apa kita terbang hari ini, saja?"

Pria yang sedang berbaring, di brangkar tersebut mendelik tajam. "Dimana gadisku! Jangan pernah berpikir kembali, sebelum menemukannya!" Anak buahnya, langsung memberikan sebuah map coklat.

Pria itu segera membukanya, dan terlihat sebuah lengkungan dibibir manisnya. "Grazella Elnara Wesley ... nama yang cantik. Apa ada lagi, yang mau kau sampaikan, Wil?" ucapnya dengan membuka berkas itu.

"Nona, mempunyai seorang adik, Tuan. Dia juga dirawat di rumah sakit ini, Tuan," jawab sang anak buah, yang membuat pria itu semakin bersemangat.

Bibirnya langsung tersenyum menyeringai. "Kerja bagus, Wiliam!"

Anak buahnya langsung menanggapi pujian sang, Tuan. "Nona juga bekerja di salah satu cafe dekat sini, Tuan. Apa anda ingin menemuinya?" Pria dengan pakaian pasien itu, langsung tersenyum lebar.

"Tentu! Dan lakukan sesuai arahanku!" Dia tersenyum miring, membayangkan rencananya.

"Baik, Tuan, Gabriel. Saya akan persiapkan semuanya," jawab sekertaris sekaligus sahabat, pria bernama Gabriel Leonard Mattew tersebut.

"Kamu akan segera menjadi milikku, sayang." Dengan bibir terangkat Gabriel berucap.

To be continued...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku