Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Dadakan Presdir

Istri Dadakan Presdir

Mira Ocha

5.0
Komentar
15.9K
Penayangan
48
Bab

Salsabila Ayu Hanifa seorang gadis desa yang merantau ke Jakarta, berniat untuk melupakan masa lalu dan mencoba merubah nasib. Namun keadaan membuat dia harus menikah dengan seseorang yang tidak dia kenal dan menjalani pernikahan tanpa cinta. Salsa harus menikah dengan Raditya Wijaya seorang pengusaha yang berhati dingin, cuek, dan memperlakukannya bagai seorang pembantu. Bisakah Salsa meluluhkan hati Radit dan menjadi Istri seutuhnya? Ataukah pernikahan mereka akan kandas di tengah jalan?

Bab 1 Pernikahan

"Saya terima nikah dan kawinnya Salsabila Ayu Hanifa binti Bapak Hariyadi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 27.110.900 rupiah dibayar tunai," ucap Raditya sangat lancar dan dengan satu tarikan nafas.

"Bagaimana? Sah?" tanya Pak Penghulu.

"Sah!" ucap seluruh orang yang ada di ruangan ini.

Senyum bahagia terbesit di wajah Bu Risma. Tapi tidak dengan kedua mempelai. Raut kesedihan juga terlihat jelas di wajah Pak Hari dan Bu Sari orang tua Salsa.

Air mata terus mengalir dari netra Salsa, bukan tangis bahagia namun tangis kesedihan akan nasib hidup dia ke depan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenal tanpa adanya cinta membuat dia ragu.

"Kamu kenapa Salsa? Sedih karena bapak sama Ibu tidak bisa ke sana?" tanya Pak Hari lewat sambungan telepon yang membuat Bu Risma, Pak Wijaya dan juga Radit menoleh ke arah Salsa.

Tatapan sinis langsung diberikan Radit ke Salsa, sambil bergumam "lebay." Mendengar ucapan sang putra, Bu Risma langsung menatap tajam pada Radit.

"Iya Pak, maaf Pak, Buk. Jika aku sudah membuat kalian sedih dan kecewa. Doa dan restu kalian yang aku butuhkan!" jawab Salsa dengan suara lirih dan mengusap air matanya.

"Bu Risma, Pak Wijaya dan Nak Radit saya nitip Salsa. Tolong jaga dan sayangi dia seperti kami menyayangi dia. Dan kami berharap kalian bisa segera datang ke rumah!" ujar Pak Heri dengan tenang dan tegas.

"Bapak tidak usah khawatir, kami akan menyayangi Salsa dan akan membuat dia bahagia. Dan nanti setelah Salsa sembuh kami akan segera datang menemui kalian!" sahut Bu Risma. "Benar kan Pah, Dit?" tambah Bu Risma ke suami dan juga anaknya.

Pak Wijaya, dan Radit hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka juga tersenyum dengan terpaksa karena sejatinya Pak Wijaya tidak begitu suka dengan keinginan Istrinya.

Salsa orang yang terlalu sensitif, dia tau orang yang benar tulus atau hanya pura-pura. Apalagi dari tatapan sinis yang diberikan Pak Wijaya dan juga Radit, dia sudah bisa mengerti jika mereka tidak suka pada dirinya.

'Andai waktu itu aku tidak menolong beliau, pasti aku tidak akan menikah dengan cara seperti ini' batin Salsa dan mengingat kejadian sebelum kecelakaan.

*** (Satu minggu yang lalu)

"Selamat pagi Jakarta," ucap Salsa saat dia baru saja membuka pintu kost yang semalam dia sewa.

Jam menunjukkan pukul 07.00 saat Salsa sudah rapi dan bersiap untuk melamar kerja. Akan ada lima tempat yang akan didatangi untuk hari ini salah satunya di kantor Wijaya Bakery sebuah perusahaan roti yang terkenal. Berbekal dari alamat yang ada di internet, dia menuju tempat tersebut.

Seorang gadis berparas cantik, manis dan berkulit sawo matang baru saja turun dari angkutan umum. Dia memakai setelan hitam, putih dan juga jilbab putih layaknya orang yang mau melamar kerja.

"Bismilah, semoga aku bisa diterima!" ucap Salsa lirih saat dia menunggu jalanan sepi untuk menyebrang jalan menuju kantor Wijaya Bakery.

"Ahhh, woy... kalau bawa mobil lihat lihat dong!" teriak Salsa saatnya bajunya kotor dan basah karena terciprat air yang ada di genangan.

Mobil itu tidak peduli bahkan pura-pura tidak mendengar teriakan Salsa. Mobil yang dikendarai Raditya Wijaya berhenti sebentar sebelum berbelok menuju gedung yang akan dituju Salsa.

"Dasar gadis gila, teriak teriak di pinggir jalan!" ucap Radit sendiri saat melihat ke arah Salsa.

Salsa yang melihat jalanan sudah lenggang segera menyebrang dan menuju tempat interview. Tatapan cemooh dari peserta lain karena melihat baju yang dia pakai kotor.

"Maaf Mbak, anda kami tolak. Coba lihat pakaian anda!" ucap seorang cowok yang sedang melakukan interview.

"Tapi Pak," sahut Salsa menggantung.

"Tidak ada tapi tapian. Kami mencari orang yang profesional. Masak baru melamar kerja baju anda seperti ini. Silahkan keluar dan cari tempat lain!" kata Andi orang yang sedang melakukan interview.

Dengan marah, dia meninggalkan ruangan itu dan menutup pintu dengan kasar.

Brakkk...

Salsa berjalan menuju kantin, untuk membeli minum dan roti untuk dia makan siang nanti. Tapi siapa sangka orang yang tadi membuat dia menjadi seperti ini juga sedang duduk dan menikmati secangkir kopi.

Byuuur...

Satu gelas jus jeruk yang baru saja Salsa terima dari penjual kantin disiramkan ke wajah tampan Raditya. Semua orang yang ada di kantin melihat ke arah Salsa dan Radit.

"Ini balasan karena gara-gara anda saja gagal interview!" ucap Salsa dan berlalu meninggalkan kantin.

"Hai... dasar cewek gila!" teriak Radit tapi tidak digubris Salsa.

Langkah Salsa semakin cepat untuk menuju keluar kantor Wijaya. Salsa terlihat bingung,arah jalan mana yang harus diambil untuk kembali ke kost. Salsa ingin mengganti baju sebelum melanjutkan mencari pekerjaan lain.

"Pak, maaf mau tanya. Untuk ke alamat ini harus naik angkutan apa ya?" tanya Salsa pada security serta menunjukkan alamat kost yang sekarang ditempati.

"Ini mah deket Mbak, jalan kaki saja. Kalau naik angkot nanti muter. Kamu jalan aja kesamping nanti lurus saja nggak jauh kok!" ucap security itu memberitahu Salsa.

"Makasih Pak, saya permisi dulu!" pamit Salsa dengan sopan.

Berbekal dari informasi Security tadi Salsa berjalan menuju arah yang dimaksud. Dia berjalan sambil marah marah dan menendang batu-batu kecil yang ada di jalan. Tapi betapa terkejutnya dia saat melihat wanita paruh baya yang terlihat cantik, dan elegan sedang menyebrang jalan. Tapi dari sisi lain ada mobil yang melaju kencang mengarah beliau.

"Ibu awas ada mobil..." teriak Salsa sambil berlari menuju orang itu. Dia dengan cepat mendorong wanita tersebut dan berhasil menyelamatkannya. Namun naas dia tidak sempat mengelak dan tumbuhnya melayang dan jatuh terbentur trotoar.

Cittt.... Brakkk...

Mobil itu pergi begitu saja saat tubuh Salsa telah tertabrak. Suara histeris dan minta tolong samar samar masih terdengar di telinga Salsa sebelum dia benar-benar tidak sadarkan diri.

"Sayang... Mama sama Papa pulang dulu, kamu di sini sama Radit dulu. Nanti mama balik lagi!" ucap Bu Risma membuyarkan lamunan Salsa. Hanya anggukkan yang dia berikan. Sebelum mertuanya pergi Salsa mencium tangan mereka dengan penuh takzim, tapi di saat dia mencium tangan Pak Wijaya, beliau memalingkan muka tanda dia tidak suka.

Hanya berdua dengan Radit, membuat dia takut. Apalagi tatapan tajam dari Radit yang membuat Salsa merasa terintimidasi.

"Kenapa kamu harus menerima permintaan Mama? Kamu pasti hanya ingin mengincar harta kami kan? Dasar cewek matre!" kata Radit dengan sinis.

"Jaga bicara anda! Jangan asal nuduh, kenapa juga anda mau? Kalau boleh memilih aku juga tidak mau menikah dengan orang seperti anda!" sahut Salsa dengan nada tak kalah sinis.

"Anda, anda! Aku ini suami kamu! Jangan asal jeplak kalau ngomong. Mau jadi istri durhaka?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Mira Ocha

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku