/0/26688/coverorgin.jpg?v=c4b3c2c782fc14e4cf02f18cc7392d82&imageMogr2/format/webp)
Hujan mengguyur hutan sepanjang malam. Petir menggelegar sesekali, menyambar udara yang sudah pengap oleh aroma lumpur dan akar-akaran yang membusuk. Sungai yang biasanya tenang, kini meluap liar, menghantam batu-batu besar dan merobohkan dahan-dahan tua.
Dan di antara arus deras yang tak bersahabat itu, tubuh seorang pria hanyut, tenggelam dan muncul kembali, wajahnya pucat, luka terbuka di bahunya terus mengucurkan darah yang mulai bercampur dengan air sungai. Namanya Damian Verano, kepala mafia dari keluarga Verano yang paling ditakuti di selatan.
Tiga hari lalu, dia adalah raja. Hari ini, dia hanyalah bangkai yang belum mati.
Peluru bersarang di bahunya, menghantam dekat tulang selangka. Dia tertembak oleh orang kepercayaannya sendiri. Di pengkhianatan itu, Damian kehilangan segalanya. Kendalinya. Kekuatannya. Bahkan harga dirinya.
Mentari pagi muncul malu-malu dari balik kabut pegunungan. Di sebuah desa terpencil yang nyaris tak terjamah peradaban, seorang gadis muda sedang berjalan menyusuri pinggiran sungai dengan keranjang anyaman bambu di tangannya. Namanya Alira. Usianya baru delapan belas tahun, tetapi sorot matanya menyimpan kedewasaan yang dibentuk oleh kerasnya hidup.
Ia hendak mencuci beberapa lembar pakaian, seperti yang biasa dilakukan setiap pagi. Tapi langkahnya terhenti mendadak saat melihat sesuatu di tepi sungai. Lebih tepatnya, seseorang.
Seorang pria tergeletak, setengah tubuhnya di dalam air, bajunya compang-camping, darah mengering menodai bagian dada dan lengan. Wajahnya asing, tak seperti warga desa mana pun yang pernah ia lihat.
Alira mendekat pelan-pelan, degup jantungnya makin cepat. Apakah dia sudah mati? pikirnya panik. Tapi saat hendak menyentuh tubuh itu dengan sebatang kayu, pria itu mengerang pelan. Kepalanya bergerak sedikit.
Dia hidup.
"Ya Allah..." bisik Alira, segera meletakkan keranjangnya dan mendekat lebih hati-hati. "Pak? Halo? Anda bisa dengar saya?"
Tak ada jawaban. Pria itu hanya menggertakkan gigi, matanya sedikit terbuka. Pandangannya buram, tapi cukup untuk menangkap sosok perempuan muda di hadapannya.
Wajah itu... berbeda dari yang pernah ia lihat. Mata yang tulus. Suara yang tak bergetar oleh rasa takut, tapi oleh kepanikan yang jujur.
"Jangan bergerak. Saya akan panggil Pak Rasim... Anda butuh pertolongan," gumam Alira sambil mencoba menopang tubuh besar pria itu, meski jelas tubuhnya sendiri terlalu kecil untuk itu.
Damian hanya sempat berbisik pelan, suaranya nyaris hilang, "Jangan... polisi..."
Kalimat itu membuat Alira terpaku. Siapa pria ini sampai begitu takut pada aparat?
Tapi kemudian ia sadar-entah siapa dia, ia tetap manusia yang hampir mati.
Dan Alira bukan tipe yang tega meninggalkan orang seperti itu.
Butuh dua orang laki-laki dewasa untuk mengangkat tubuh Damian ke pondok pengobatan milik Pak Rasim, satu-satunya mantri yang tinggal di desa. Butuh empat jam dan tiga jahitan besar untuk menutup luka tembaknya. Selama itu, Damian terus setengah sadar, hanya sesekali menggeram menahan sakit.
"Ini luka tembak," kata Pak Rasim pelan sambil menyeka keringatnya. "Kita harus lapor aparat."
"Tidak, Pak..." Alira buru-buru menolak, entah kenapa hatinya terasa berat. "Dia... takut polisi. Mungkin ada alasan."
Rasim memandangnya dengan dahi berkerut. "Alira, kita enggak bisa sembunyiin orang kayak gini. Kita enggak tahu siapa dia."
"Saya yang akan jaga dia, Pak," jawabnya mantap. "Sampai dia bisa bicara, kita jangan ambil kesimpulan."
Dan dengan itu, Alira pun mulai merawat Damian secara diam-diam.
/0/24530/coverorgin.jpg?v=b5a24a122497a045d676b8dbecba4170&imageMogr2/format/webp)
/0/29587/coverorgin.jpg?v=40f82194c75834104df5839c131f6d97&imageMogr2/format/webp)
/0/23438/coverorgin.jpg?v=b0fa4dd1a63ded9a9391a81cd651be16&imageMogr2/format/webp)
/0/8536/coverorgin.jpg?v=92c4ec56ea963e8582e65efa39e8f979&imageMogr2/format/webp)
/0/20634/coverorgin.jpg?v=dd7df1d1178f46eda006a4fcfb9eae4c&imageMogr2/format/webp)
/0/19556/coverorgin.jpg?v=9a9eb52edc520ea5cbec2871ef3d874d&imageMogr2/format/webp)
/0/8546/coverorgin.jpg?v=fbf9b0193808dfbf370ab42642e71e9f&imageMogr2/format/webp)
/0/22488/coverorgin.jpg?v=bd3b089dd86c22ff56b497ba74e18b3f&imageMogr2/format/webp)
/0/23320/coverorgin.jpg?v=db39491a6426560917d4935f2f493578&imageMogr2/format/webp)
/0/28848/coverorgin.jpg?v=9ff5f54c52ecac9586d2d0e9bb5d3f1a&imageMogr2/format/webp)
/0/15554/coverorgin.jpg?v=9c5a6e41fd1bb968ece8fe51063b3c4d&imageMogr2/format/webp)
/0/27682/coverorgin.jpg?v=20251106165622&imageMogr2/format/webp)
/0/12633/coverorgin.jpg?v=c9de61e739fa9a08b6c85b4a7aeb29cd&imageMogr2/format/webp)
/0/20517/coverorgin.jpg?v=a2c14ecbe5fb5f7f825daf0e34b0b72b&imageMogr2/format/webp)
/0/2130/coverorgin.jpg?v=0898bc8b430b58c8088e6d499bb8e0ec&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=8e204fb0ca9f9e6f9f9e11ff6d15da84&imageMogr2/format/webp)
/0/3842/coverorgin.jpg?v=de09c53e8573901198012dbb4b7846b1&imageMogr2/format/webp)
/0/23122/coverorgin.jpg?v=e07f203525618a6f8d7e40b58e3f2b5b&imageMogr2/format/webp)
/0/12677/coverorgin.jpg?v=e82c6b76f94fe62037ceeb113eee688a&imageMogr2/format/webp)