Cinta tidak pernah mengira jika kehidupannya akan berubah menjadi 180° setelah bertemu dengan pria yang selama ini dibencinya. "Jadi selama ini, kamu yang selalu menolongku?" Tanya Cinta menatap wajah pria bermata sendu yang ada di depannya. "Menurutmu?" Jawab pria itu tersenyum manis. "Maafkan aku, Tiano. Selama ini, aku tidak tahu." "Sekarang kamu sudah tahu semuanya. Tapi maaf Cinta, aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi untuk selalu dekat denganmu. Aku harus pergi dari sini." "Apa maksudmu?" Tanya Cinta tidak mengerti. "Jika kita berjodoh, Tuhan pasti akan mempertemukan kita kembali. Jagalah dirimu baik-baik. Maafkan aku, karena harus pergi meninggalkanmu." Setelah hari itu, Akankah Cinta Arlina bertemu kembali dengan Tiano Albastia? Akankah kekuatan cinta bisa mempersatukan kembali, dua hati yang telah terpisah? Note : (18+) Karya ini murni hasil dari imajinasi author sendiri tanpa bermaksud untuk menyinggung siapapun atau unsur apapun.
Suara petir yang saling bersahutan disertai kilatan cahaya di langit telah menghentikan langkah seorang gadis yang terburu-buru ingin pulang. Satu tangannya memegang daun talas yang cukup lebar untuk menutupi tubuhnya dari guyuran hujan yang semakin deras dan satu tangannya lagi memegang sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu.
"Sebaiknya aku berteduh dulu di gubuk itu, ini hujannya malah semakin deras," gumamnya sendiri dengan kaki yang sudah tidak beralas sandal karena sengaja dilepas untuk menghindari terpeleset dari tanah yang licin.
Sebuah gubuk tua yang berdinding anyaman bambu yang sudah terlihat bolong di beberapa tempat, gadis itu pakai sementara untuk berteduh dari guyuran hujan yang tidak bersahabat.
Pintu tua yang telah usang perlahan gadis itu buka. Daun talas yang dipakai untuk melindungi dirinya tadi dari guyuran hujan, diletakan begitu saja di atas meja yang telah tua dimakan waktu.
"Lebih baik aku berteduh sebentar di sini, sangat bahaya bagiku jika melanjutkan perjalanan," gumam gadis itu melihat isi gubuk yang tidak terlalu besar.
Sebuah kursi tua satu-satunya yang ada di dalam gubuk, gadis itu pakai untuk meletakan wadah yang dari tadi tidak dilepas dari tangannya untuk meletakan wadah.
"Rokku basah dan kotor," gumamnya melihat ujung roknya yang selutut terlihat basah dan sedikit kotor terkena cipratan tanah.
Tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar membuat gadis itu langsung berjongkok dan menutup telinganya disertai jeritan yang ke luar dari bibir kecilnya. "Aaaa!"
Belum habis dari rasa terkejut karena suara petir yang begitu kencang disertai kilatan cahaya, tiba-tiba pintu didorong seseorang dari luar dengan kencang.
"Ya Tuhan, aku sangat takut," terdengar suara seorang wanita.
Gadis itu langsung melihat siapa yang datang dengan posisi masih berjongkok serta tangan yang masih menutup telinganya.
"Rupanya ada orang di sini," wanita itu melihat gadis yang sedang berjongkok sehingga mata mereka beradu. "Syukurlah ternyata aku tidak sendirian."
Gadis itu berdiri. "Aku sedang berteduh di sini."
"Aku boleh ikut berteduh di sini?" Tanya wanita itu. "Aku baru dari kebun habis petik sayuran, tapi di jalan mau pulang hujan begitu deras dan petirnya sangat menyeramkan. Aku sangat takut."
"Silahkan saja kalau mau berteduh di sini. Gubuk ini juga bukan punyaku," jawab gadis itu. "Kita sama-sama numpang berteduh."
Tiba-tiba terdengar suara petir diluar begitu kencang disertai kilatan cahaya sehingga membuat kedua orang yang sedang berteduh di dalam gubuk berteriak kencang karena kaget. "Aaa!"
Keduanya langsung berjongkok dengan kedua tangan menutup telinga serta mata yang terpejam.
"Aku paling takut dengan petir," ucap wanita itu.
"Aku juga takut dengan petir," gadis itu melihat ke arah jendela yang terbuka sedikit dan terlihat hujan masih begitu deras.
"Apa tidak berbahaya kita berteduh di sini?" Tanya wanita itu.
"Mudah-mudahan tidak, kita mau berteduh di mana lagi? Hanya gubuk ini tempat yang paling aman. Jarak dari sini ke rumah penduduk sangat jauh."
"Iya," jawab wanita itu. "Ngomong-ngomong kita belum berkenalan. Aku Asih. Panggil saja aku Asih, walau sepertinya kamu lebih muda dariku."
"Aku Cinta," jawab gadis itu kembali berdiri.
"Nama yang cantik, secantik yang punya nama," puji Asih.
"Terima kasih," jawab Cinta melihat sebuah wadah dari bambu yang tidak jauh berbeda dari miliknya di atas meja berisikan sayuran segar dan cabe merah.
"Itu sayuran yang aku petik tadi dari kebun," Asih seperti tahu dengan apa yang sedang dipikirkan Cinta.
"Sayurannya segar-segar."
"Aku sendiri yang menanam sayurannya. Kalau kamu mau, boleh kamu ambil. Kita bagi dua," Asih mengambil wadah miliknya.
"Eh, tidak usah. Itu punyamu, pasti kamu sangat membutuhkannya sampai hujan-hujan kamu memetiknya," Cinta menolaknya.
"Tidak apa-apa. Ini juga terlalu banyak buatku. Di rumah aku hanya tinggal berdua dengan Nenek." Asih mengambil beberapa sayuran dalam wadah miliknya dan dimasukkan ke dalam wadah milik Cinta yang terlihat kosong.
"Benar ini tidak apa-apa?" Tanya Cinta untuk lebih memastikan.
"Iya, ini untukmu. Masak dengan enak sayurannya di rumahmu."
"Terima kasih," jawab Cinta senang melihat wadahnya sekarang terisi sayuran.
"Kamu sendiri darimana?" Tanya Asih. "Sampai bisa berada di tempat seperti ini."
"Aku tadi dari kebun. Niatnya mau mencabut singkong, tapi belum juga dapat singkongnya sudah hujan, turun begitu deras," jawab Cinta.
Selagi mereka asik bicara, tiba-tiba pintu didorong dari luar kemudian masuk tiga orang pria dengan tubuh setengah basah serta tangan yang memegang daun pisang yang lebar.
Cinta dan Asih serta tiga pria itu saling berpandangan dalam beberapa saat.
"Maaf, kami kira tidak ada orang," ucap salah satu pria yang tubuhnya lebih pendek dari kedua temannya.
"Biasanya kami kalau lewat gubuk ini tidak pernah ada orang," sambung pria yang kulitnya lebih putih melihat Cinta dan Asih dari atas sampai bawah.
Sementara pria yang satunya lagi tidak bicara, tapi sorot dari kedua bola matanya terlihat tidak bersahabat.
Cinta dan Asih tanpa sadar saling berpegangan tangan, karena melihat gerak-gerik dan mata ketiga orang tersebut sangat tidak bersahabat.
"Kalian berdua dari kebun?" Tanya pria berkulit putih melihat wadah yang ada di atas meja penuh dengan sayuran segar.
"Iya," jawab Asih mencoba bersikap sewajarnya agar tidak terlihat ketakutan.
Salah satu dari ketiga pria tersebut yang bertubuh pendek melangkah mendekati Asih dan Cinta. "Kalian hanya berdua di sini?"
"Iya," jawab Cinta semakin erat memegang tangan Asih. "Kami kehujanan."
"Rumahmu di mana?" Tanyanya lagi.
"Tidak jauh dari sini," jawab Asih tetap bersikap biasa saja.
"Setahuku kampung yang terdekat dari sini cukup jauh," ucap pria berkulit putih. "Kami sering melewati tempat ini, jadi kami tahu jarak setiap kampung ke kampung yang lainnya."
"Kalian bukan penduduk sini?" Tanya Cinta.
"Bukan, kami hanya sedang melewati tempat ini saja," jawabnya.
Tiba-tiba terdengar petir yang menggelegar sehingga membuat Cinta dan Asih menutup kedua telinganya karena terkejut, tapi berbeda dengan ketiga pria tersebut yang sama sekali tidak terpengaruh dengan suara petir.
Salah satu pria yang dari tadi tidak bicara, tiba-tiba datang mendekati Cinta dan Asih. "Kalian berdua sangat cantik."
Cinta dengan cepat memegang tangan Asih karena takut. "Terima kasih."
"Aku tidak bohong," ucapnya lagi sambil melihat Cinta dari atas sampai bawah. "Bukankah begitu teman-teman, gadis ini sangat cantik?"
"Iya betul. Sepertinya mereka kembang Desa," jawab pria berkulit putih.
Asih melihat pria yang ada di depannya sudah penuh dengan kecurigaan. Digenggamnya tangan Cinta jika sewaktu-waktu mereka berdua harus lari karena tindak tanduk ketiga pria tersebut sudah tidak wajar.
"Jangan takut, kami tidak berbahaya. Ha-ha-ha," pria yang bertubuh pendek tertawa.
Asih melihat ke arah jendela, hujan terlihat masih deras tapi tidak sederas tadi. "Hujan sudah mulai reda, kami akan pulang."
"Kenapa terburu-buru?" Tanya pria berkulit putih sambil menutup pintu rapat-rapat untuk mencegah kedua gadis itu ke luar.
Bab 1 GUBUK TUA
02/06/2023
Bab 2 DISEKAP PRIA ASING
02/06/2023
Bab 3 MELOLOSKAN DIRI
02/06/2023
Bab 4 KAKI TERLUKA
02/06/2023
Bab 5 ULAR PENOLONG
02/06/2023
Bab 6 BINATANG BERBULU
08/06/2023
Bab 7 SUNGAI
08/06/2023
Bab 8 KEMBALI KE HUTAN
08/06/2023
Bab 9 BUAH PISANG
08/06/2023
Bab 10 PEMUDA SOMBONG
08/06/2023
Bab 11 PENGAGUM TERSEMBUNYI
08/06/2023
Bab 12 PEMUDA ITU NAMANYA TIANO
08/06/2023
Bab 13 JARVIS TAHU RAHASIA AYANA
08/06/2023
Bab 14 AKU AKAN MENAKLUKAN KAMU
08/06/2023
Bab 15 RASA PENASARAN AYANA
08/06/2023
Bab 16 KERIBUTAN
08/06/2023
Bab 17 PRIA ITU MUNCUL KEMBALI
08/06/2023
Bab 18 HATI YANG MENDESIR
08/06/2023
Bab 19 ASIH TERTABRAK
08/06/2023
Bab 20 PINGSAN PANJANG
08/06/2023
Bab 21 AYANA CEMBURU
18/06/2023
Bab 22 JARVIS SUKA CINTA
18/06/2023
Bab 23 MANCING KEKESALAN
18/06/2023
Bab 24 TERTIMPA TUBUH CINTA
18/06/2023
Bab 25 PENJELASAN AMBIGU
18/06/2023
Bab 26 MANCING IKAN DI PASAR
18/06/2023
Bab 27 JADI INI RUMAHNYA
18/06/2023
Bab 28 DINGIN DAN BEKU
18/06/2023
Bab 29 SEPEDA UNTA
18/06/2023
Bab 30 RENCANA JAHAT
06/07/2023
Bab 31 SEMAKIN DEKAT
16/07/2023
Bab 32 CINTA BERUBAH ULAR
21/07/2023
Bab 33 ULANG TAHUN AYANA
05/08/2023
Bab 34 MAKSUD TERSELUBUNG AYANA
06/08/2023
Bab 35 LICIKNYA AYANA
03/09/2023
Bab 36 ADA ORANG LAIN YANG TAHU
06/10/2023
Bab 37 IBU SAKIT KEPALA
06/10/2023
Bab 38 LIBURAN TELAH USAI
09/11/2023
Bab 39 CINTA, AKU JATUH CINTA PADAMU
11/11/2023
Bab 40 KEMBALINYA TIANO
13/11/2023
Buku lain oleh lyns_marlyn
Selebihnya