Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Fuck!"
Desahan itu lolos begitu saja dari bibir Leo.
Sungguh menyebalkan!
Baru saja lima belas menit dirinya mengumuli tubuh polos Tessa, istrinya. Namun miliknya sudah meledak begitu saja. Hal itu yang sering membuat Tessa kecewa setiap kali mereka selesai bercinta.
Tentu saja!
Tessa Willson, istrinya yang baru berusia 23 tahun itu pasti menginginkan lebih dari percintaan mereka. Namun apa daya, akhir-akhir ini Leo sangat sibuk dengan perusahaan, sampai-sampai dirinya mulai jarang berolahraga dan staminanya mulai menurun.
Padahal dirinya baru berulang tahun yang ke 25 pekan lalu. Tapi kenapa tenaganya di atas ranjang sudah seperti kakek-kakek!
"Aku mau mandi," ucap Tessa segera mendorong dada polos Leo dari tubuhnya.
Wajahnya terlihat sangat kecewa. Namun ini bukan yang pertama kalinya. Suaminya itu memang menyebalkan! Leo yang tampan dengan tubuh atletisnya itu, sudah tidak becus membuatnya terpuaskan seperti dulu.
"Darling, bagaimana kalau kita mandi bersama?" tawaran Leo seolah menunjukkan rasa sesalnya atas percintaan mereka yang buruk tadi.
"Tidak, aku mau berendam di bathub. Kamu bisa mandi di kamar mandi tamu saja." Tessa segera beringsut dari ranjang. Dia segera meraih pakaian tidurnya, lantas berlalu meninggalkan Leo.
Menyebalkan!
Tessa mendorong pintu kamar mandi dengan penuh emosi. Hasratnya masih sangat membara, namun Leo sudah selesai begitu saja. Hh, sepertinya dia harus menuntaskannya di dalam bathub.
Leo mengusap kasar pada wajahnya. Sial! Pasti Tessa marah padanya. Leo menarik napas dan segera turun dari ranjangnya. Ia mengenakan boxernya dan segera meninggalkan kamar.
"Darling, pagi ini Daddy Arnold akan tiba di New York." Leo memulai percakapan saat dirinya dan Tessa sedang duduk berhadapan di meja makan. Waktu menujukkan pukul tujuh pagi. Keduanya sedang menikmati sarapan.
"Oh, iya. Lantas, apa kamu mau menjemputnya?" tanya Tessa sembari mengoleskan selai cokelat pada roti yang sedang dipegangnya. Wajahnya masih tampak kesal.
Leo mengerti, rasa kesal Tessa takkan mudah hilang setiap kali mereka habis berhubungan intim. Seperti pekan lalu, Leo membelikan sebuah kalung berlian untuk mengembalikan mood istrinya lagi.
Tapi sekarang, apa lagi yang harus Leo lakukan untuk membuat istrinya itu kembali senang. Tessa sudah memilki banyak perhiasan. Mungkin satu unit mobil sport? Leo mulai berpikir.
Sepasang mata Tessa terangkat pada Leo.
Pria itu tidak menjawab pertanyaannya tadi.
Dia malah terlihat sedang memikirkan sesuatu. Pasti urusan pekerjaan. Menyebalkan! Tessa semakin kesal saja pada Leo.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi, Leo. Apakah kamu akan menjemput Daddy Arnold?" akhirnya Tessa mengulang pertanyaannya yang tadi. Namun kali ini suaranya lebih cetar.
Leo sampai tersentak mendengarnya.
"Ah, iya, Sayang. Aku akan menjemput Daddy Arnold. Bahkan Daddy akan tinggal sementara dengan kita. Kau tidak keberatan, kan?"
Leo meraih jemari Tessa yang ada pada meja. Sepasang pupilnya menatap penuh harap pada istrinya itu.
"Boleh saja. Asalkan dia bisa menjaga kebersihan di rumah ini," cetus Tessa seraya menarik paksa tangannya dari Leo. Dia kembali melahap rotinya dengan santai dan acuh pada pria di hadapannya itu.
"Aku sangat mencintaimu, Darling." wajah Leo berbinar mendengar jawaban Tessa. Dia segera meraih kedua pipi Tessa, lantas mengecup bibir istrinya itu.
"Leo ... Umh!" pekik Tessa kaget.
Waktu menunjukkan pukul sebelas siang.
Tessa sedang duduk bersantai di taman samping mansion Leo. Jemari lentik dengan nail warna silver begitu lincah memainkan tombol navigasi game pada layar ponselnya. Hanya itu yang bisa Tessa lakukan kala mengisi kesepiannya saat Leo tak ada di rumah.
Sedangkan beberapa pelayan tampak sedang sibuk dengan pekerjaan mereka mengurus mansion besar Leo. Mansion peninggalan ayahnya itu memang terlalu besar kalau hanya ditempati olehnya dan Tessa saja. Namun Leo tak ingin meninggalkan mansion warisan ayahnya itu. Dia ingin membentuk keluarga kecilnya di sana.