/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
"Bu, Savana tidak mau dijual sama pria tua itu. Savana akan lakukan apapun untuk Ibu yang penting Ibu tidak menjual Savana. Savana takut, Bu."
Savana terus memohon pada Ibunya. Tapi, Inggrid tetap mengabaikan permohonan putri sulungnya itu sekalipun Savana sudah bersimpuh di hadapannya, memeluk kakinya, bahkan sampai mencium kakinya.
"Bu, Savana akan bekerja keras untuk menghidupi keluarga kita. Savana yakin Lucau Savana bisa membayar seluruh hutang Ibu pada rentenir itu dan juga membayar biaya pengobatan Bapak di Rumah Sakit."
"Savana!" Inggrid membentak putrinya sambil menghentakkan kakinya yang dipeluk oleh Savana hingga membuat Savana langsung terdorong kasar dan tersungkur di atas lantai.
"Memangnya kamu pikir mudah mencari pekerjaan dengan gaji besar hanya dari lulusan SMA saja? Ibu yang seorang Sarjana saja kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan kita selama ini. Saking kekurangannya uang, Ibu sampai harus pinjam uang sana sini demi menutupi kebutuhan harian kita. Lalu, dengan mudahnya kamu bicara akan bekerja keras, sedangkan kamu belum punya pengalaman bekerja dan waktu tenggat untuk bayar semua hutang keluarga kita pada rentenir kurang dari satu bulan lagi!"
"Jadi, Ibu akan tetap menjual Savana? Ibu tega mau jual anak Ibu sendiri? Padahal, anak Ibu ini sudah berusaha menjadi anak yang berbakti selama ini."
"Ibu tidak punya pilihan lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk bisa keluar dari kehidupan kita yang sangat suram selama ini."
"Lebih baik Ibu bunuh saja Savana daripada Ibu menjual Savana dengan pria tua yang tidak Savana kenal."
"Lucau Ibu sampai membunuh kamu, itu sama saja Ibu menambah masalah di dalam hidup Ibu! Lagipula, Ibu tidak benar-benar menjual kamu, Ibu hanya akan menikahkan kamu dengan pemilik uang yang selama ini telah bersedia meminjami kita uang."
"Apa bedanya, Bu? Bahkan Ibu sendiri belum melihat siapa orangnya."
"Sudahlah, Savana. Kamu jangan terlalu bersedih seperti itu. Ibu yakin Lucau pria itu adalah pria yang baik. Hidup kita juga akan berubah menjadi lebih baik setelah kamu menikah dengannya nanti."
"Memangnya Ibu tahu Savana akan dijadikan istrinya yang ke berapa? Kedua? Ketiga? Keempat? Atau, lebih? Apa Ibu juga tahu pria itu akan memperlakukan Savana seperti apa nanti?"
"BERHENTI, SAVANA!!" Inggrid menghentak dengan kencang. "Ibu pusing mendengar ocehan kamu itu. Pokoknya, Ibu tidak akan mengubah keputusan Ibu untuk menikahkan kamu dengan pria itu!"
Inggrid pun berjalan masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu. Dia sendiri tidak kuasa menahan kepedihannya yang amat dalam karena harus menyerahkan putri kandungnya sendiri pada pria yang belum dia ketahui sosoknya seperti apa.
Hanya air mata dan penyesalan yang luar biasa yang kini terbelenggu di dalam dirinya. Namun, apapun alasannya, Inggrid tetap akan menikahkan putri sulungnya itu dengan si rentenir karena hal itu sudah menjadi perjanjiannya dengan rentenir itu untuk menjadikan Savana jaminan ketika dia tidak mampu membayar hutangnya kelak. Dan kini, waktu itu akhirnya tiba. Waktu yang paling ditakuti oleh Inggrid dan waktu yang paling tidak pernah ditunggu oleh Inggrid.
**
Malam harinya, dua orang pria berjas hitam lengkap dengan kacamata hitam dan bertubuh tinggi besar mendatangi rumah Savana. Tanpa ada basa-basi dua pria itu langsung meminta Savana ikut bersama mereka ke suatu tempat.
Savana pergi tanpa pendampingan dari Ibunya. Saat ini, dia sudah pasrah akan diperlakukan seperti apa oleh dua pria itu nantinya. Yang Savana lakukan sepanjan perjalanan menuju tempat yang tidak dia ketahui hanyalah menangis dan terus menangis.
Suara dari isakan tangisan Savana yang terdengar cukup kencang membuat kesal dua pria yang tengah duduk mengapitnya. Mereka pun meminta Savana untuk berhenti menangis, tapi Savana malah semakin mengencangkan suara tangisannya, hingga akhirnya salah satu dari pria itu mengambil jalan cepat untuk menghentikan tangisan Savana, yaitu dengan membius Savana menggunakan sapu tangan yang telah disemprotkan cairan untuk membuat Savana langsung tertidur seketika.
Beberapa jam kemudian setelah Savana tidak sadarkan diri, akhirnya Savana pun terbangun.
/0/23009/coverorgin.jpg?v=cec8733e53fa02909fb2287c0859722f&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=20250123144703&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=948f50f3180d2a821bc99b2cbb166d2b&imageMogr2/format/webp)
/0/16737/coverorgin.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=fc8287d3786d28766edec978a5d2641f&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/16954/coverorgin.jpg?v=20240311102209&imageMogr2/format/webp)
/0/6227/coverorgin.jpg?v=6257df0cd226ea93f64be54d97ea15cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5137/coverorgin.jpg?v=3e12bdfe33eb1540a0e762dd56d321e1&imageMogr2/format/webp)
/0/8074/coverorgin.jpg?v=9ed9f0f8922d4de2e0e7ac5d9024b6ab&imageMogr2/format/webp)
/0/16603/coverorgin.jpg?v=03af8b8a1b527879ff43f0ab4f63620d&imageMogr2/format/webp)
/0/7539/coverorgin.jpg?v=ed8fe97d5a9ca68a26b7170cd08632de&imageMogr2/format/webp)
/0/3455/coverorgin.jpg?v=261d52468b469710fc3e8e55d0684dbd&imageMogr2/format/webp)
/0/15074/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/16899/coverorgin.jpg?v=fca4d450081232d9cc9b483d83197345&imageMogr2/format/webp)
/0/6203/coverorgin.jpg?v=d26d6f009b6420b5575efcecf3b85d7a&imageMogr2/format/webp)
/0/14910/coverorgin.jpg?v=6464e001c2234a6bcb30acfa204a7d8c&imageMogr2/format/webp)