Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang pria dengan pakaian jas tengah mengamati seorang wanita.
“Tuan, kami sudah menemukannya.”
“Bawah ke markas sekarang juga,” titah seorang pria di seberang telpon.
Setelah mendapatkan perintah dari suara di seberang telepon, mereka pun bergerak menculik wanita yang sejak tadi mereka intai.
“Nona Alika, kami tidak akan menyakiti Anda, jadi memberontak.”
Bagaimana Alika tidak berontak jika dia tiba-tiba diculik. “Kami hanya mengantarkanmu pada Tuan kami, dia ingin bertemu dengan Anda.”
“Aku tidak ingin bertemu dengan Tuan kalian,” bentak Alika. “Lepaskan, aku akan melaporkan kalian pada polisi.
Namun, perkataan Alika tidak didengarkan. Mereka hanya menahan Alika agar tidak memberontak. Sekitar lima belas menit, Alika di bawah kesuatu tempat.
“Lepaskan. Kenapa kalian tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Aku akan menuntut kalian, dan memenjarakan kalian,” ancam Alika tetapi perkataannya itu membuat seorang pria tertawa.
Suara itu mampu membuat Alika berhenti memberontak. “Lepaskan dia!”
“Baik Tuan.”
“Bajingan! Sialan! Kenapa kau menculikku?” Suara Alika meninggi hingga terdengar menggema. Mata Alika baru saja dibuka membuatnya kebingungan dengan pria yang ada di hadapannya saat ini.
“Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Dan, mereka juga tidak akan menyakitimu,” ucap pria itu.
Alika tidak tahu siapa pria di hadapannya saat ini, ia bahkan tidak pernah bertemu dengan pria itu. “Aku merasa tidak pernah membuat masalah tapi kenapa kau menculikku.”
Pria itu tersenyum membuat rahangnya terlihat mengeras. “Ya, ini memang pertama kali kita bertemu.”
“Kalau ini pertama kalinya kita berdua bertemu, kenapa kau menyuruh mereka menculikku?” Alika membentak.
“Karena aku ayahmu dan aku datang untuk menjemputmu pulang,” ucap pria itu membuat Alika tercengang.
Mata Alika mengerjap beberapa kali, mencoba untuk “A-ayah?”
Saat itu juga Alika tertawa, dia tidak percaya ada seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Padahal 23 tahun, ia tidak pernah sama sekali mengenai sosok orang tua kandungnya.
“Iya, aku ayahmu!”
“Tidak tidak mungkin!”
“Bagaimana tidak mungkin? Kau tidak percaya jika ayahmu?”
Alika tidak ingin percaya mengenai penjelasan pria itu, ia pikir itu adalah lelucon, ia pun beranjak pergi tetapi di tahan oleh para pengawal.
“Biarkan aku pergi, aku tidak punya urusan dengan kalian.”
Kali ini tidak ada lagi pencegahan membuat Alika segera pergi. Sepanjang perjalanan, ia memikirkana pa yangd ikatakan oleh pria itu. Sama sekali tidak masuk akal baginya.
Dia cucu tunggal keluarga Lysander? Apalagi saat pria itu mengatakan jika namanya bukanlah Alika tetapi Elektra. Apa itu mungkin? Dia telah hidup 23 tahun tanpa mengenai keluarganya. Ia pikir jika pria itu mengada-ngada tetapi saat pria itu mengeluarkan foto, ia tak bisa berkata-kata. Ia keluar dan memilih untuk menganggap jika perkataan itu hanyalah sebuah lelucon untuk menipunya.
Saat tiba di rumah, Alika merebahkan tubuhnya. Ia cukup lelah, tetapi bel pintu berbunyi sesaat kemudian Arsen menerobos masuk ke kamar membuatnya terkejut. Mengambil koper, mengisi semua pakaian tanpa mengatakan alasannya.
Sementara, Alika menatap laki-laki itu seraya mengernyitkan keningnya. “What are you doing, Arsen?” tanya Alika.
Namun, Arsen belum merespon pertanyaan sang kekasih. Tentu saja membuat Alika kesal dan langsung menarik tangannya. “Arsen!” bentak Alika.
Mereka berdua kini saling berhadapan. Arsen menghela napas panjang, lalu berkata, “Paspor, uang, dan semua berkas yang kau butuhkan, ada di dalam amplop ini.”
“Apa maksud semua ini? Kenapa ada paspor? Kau ingin aku pergi?” tanya Alika dengan raut memucat.
Arsen mengangguk singkat. “Pergilah ke Amerika. Kau bisa melanjutkan kuliah hukum dan melahirkan di sana. Aku akan menyusulmu minggu depan setelah mengurus beberapa hal di sini," ucapnya.
Tatapan Alika seketika sendu. Dia masih belum mengerti mengapa kekasihnya melakukan semua itu. Benar-benar sangat mendadak.
Perkataan pria itu kini terbukti, mengatakan jika Arsen akan mengirimkannya ke luar negeri.
"Ikuti apa yang aku perintah. Ya?" lirih Arsen mengiringi sentuhan lembut pada pipi Alika.
“Aku tidak mau," tolak sang kekasih.
“Al, please. Ini demi kebaikanmu, jika kamu tidak pergi ke Amerika—maka semua orang disini akan memandangmu hina karena hamil di luar nikah.” Arsen pun mengatakan alasannya.
“Bukankah kau akan bertanggung jawab?” tanya Alika dengan manik mata berkaca-kaca.
“Iya. Aku akan bertanggung jawab," sahut Arsen.
Terdengar meyakinkan memang, tapi Alika tidak yakin jika itu adalah jalan yang terbaik untuk mereka berdua. “Terus kenapa kau memintaku untuk pergi ke Amerika? Bukankah kamu berjanji untuk mengajakku pergi menemui orang tuamu?” tanyanya lagi.
“Aku akan membawa mereka ke Amerika. Ada masalah disini yang mengharuskanku tinggal sementara waktu, setelah masalah itu selesai aku pasti akan menyusulmu.” Sekali lagi, Arsen berusaha meyakinkan Alika mengenai keputusan sepihak yang dibuatnya.