Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Bunga, menurutmu apakah sistem perpustakaan saat ini sudah baik atau masih kurang. Berikan alasanmu."
Hening. Mahasiswa yang berada di kelas saling berpandang, seolah memberikan kode untuk menyadarkan seorang gadis yang sedang melamun.
"Lil, lo ditanyai dosen, tuh," bisik Nabila, berusaha menyadarkan sahabatnya yang terhanyut dalam lamunan. "Lil, bisa-bisa kita dihukum sekelas, nih!" bisik gadis itu. "Kalau mau ngelamun nanti aja, deh. Yang ngajar sekarang 'tuh dosen galak. Aduh, mampus gue." Nabila semakin gusar karna sahabatnya tidak kunjung sadar.
"BUNGA LILY, KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!"
"Hah, Kok saya dikekuarin?!" refleks Lily menyahut dosen yang sedang menatapnya tajam. Lily menoleh ke kanan-kiri, berusaha memahami situasi. Ia menatap Nabila, sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala, memberi kode bahwa Lily tidak ada harapan lagi.
"Salah saya apa, ya, bu?" tanya Lily yang masih tidak mengerti apa yang terjadi. Sedangkan Nabila merutuki Lily yang lemot. Bisa-bisa, satu kelas kena hukuman karena Prilli yang tidak menyadari kesalahannya. Kalau satu kelas benar-benar dihukum, Nabila bersumpah tidak akan mendengarkan curhat Lily tentang pacar online-nya lagi!
"Keluar dari kelas saya sekarang!" Perintah Bu Dosen menahan amarahnya. "Kalau kamu tidak mau keluar, satu kelas ini akan saya hukum!"
"Lil, lebih baik lo keluar, deh. Bukannya gue gak setia kawan, tapi Bu Rina kalau kasih hukuman gak nanggung-nanggung," bisik Nabila, "kalau lo keluar sekarang, gue traktik soto, deh."
Mata Lily berbinar-binar. Anak kost mana yang mau menolak traktiran makan? Apalagi ini sudah tanggal tua. "Oke, gue keluar sekarang," jawab Lily bersemangat tanpa menghiraukan tatapan teman sekelas dan Bu Rina, dosen yang menatapnya dengan garang seolah ingin melempar meja ke arahnya. Dengan cepat gadis itu membereskan laptop dan buku. Setelahnya ia berjalan keluar kelas. "Saya pamit, ya, Bu."
"Cepat keluar!"
"Iya, Bu. Inikan saya mau keluar. Permisi, Bu," jawab Lily seraya keluar dari kelas.
"Semua mahasiswa sama saja, bikin sakit kepala," ujar Bu Rina memijit pelipisnya yang menegang, "Kelas hari ini, sampai di sini saja. Nilai satu kelas ini tidak akan lebih dari B." Setelah mengatakan itu, Bu Rina keluar dari kelas yang disusul dengan hela-an napas mahasiswa. Syukurlah, setidaknya mereka tidak dihukum. Mau dihukum atau tidak pun, memang tidak ada mahasiswa yang dapat nilai lebih dari B+ pada mata kuliah Bu Rina.
"Gila, tuh Dosen. Masa Lily dimarahin depan gue," ujar Nathan, mahasiswa yang dikenal bucin akut kepada Lily yang menganggapnya sebatas teman. "Lily-ku yang manis, malang banget nasibmu, sayangku-cintaku." Bukannya mengkhawatirkan nilai, ia malah mengkhawatirkan Lily yang sedang duduk tenang di kantin.
***
"Lily," panggil Nabila, "Lo kenapa, sih, sebenernya?" tanya Nabila. Mereka sedang berada di kantin. Nabila menepati janjinya yang mentraktir Lily soto.
"Aku lagi makan soto," jawab Lily.
Nabila menghela napas. "Gue nanya lo kenapa, bukan ngapain. Gak kaya biasanya lo gak fokus sama pelajaran."
"Gapapa," jawab Lily disela-sela ia menyantap soto.
"Lo lagi datang bulan?"
"Enggak."