Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk meminta pria pucat itu menghamilinya. "Lo mau hamilin gue Ga?" Saga menoleh cepat, mendekatkan telinganya ke wajah Reres coba dengar kembali apa yang sahabatnya itu katakan. "Ulangin." "Hamilin gue Ga." Reres mengulangi dengan yakin buat Saga menatapnya. Permintaan gila tapi, itu yang ada dalam pikiran Reres. Tak ada laki-laki lain yang bisa ia mintai tolong selain Saga. Tujuh hari mereka habiskan di Bali menikmati malam bersama. Berhasilkah Saga menghamili sahabatnya itu? Bagaimana hubungan keduanya setelah menghabiskan malam di Bali?
Sebuah rumah mewah dengan pilar-pilar besar yang menunjukkan kemegahannya, gorden-gorden rumah panjang menambah kesan mewah, lampu kristal di ruang tengah mengukuhkan kalau pemiliknya jelas bukan orang sembarangan. Rumah milik keluarga Majendra, pemilik salah satu ekspedisi dan juga beberapa resort yang tersebar di seluruh Indonesia.
Reres dan Saga tengah duduk di taman belakang rumah Saga. Taman itu dihiasi bebungaan yang dirawat dengan baik oleh ibu Saga, di sisi kanan ada sebuah pendopo kecil dan ayunan besi yang lama tak digunakan. Dulu Saga senang bermain ayunan di saat hujan bersama Reres saat mereka masih kecil. Sebenarnya ayunan itu ingin disingkirkan oleh Nindi. Hanya saja, Saga melarang sang mami untuk membuang ayunan itu. Bukan hanya kenangannya bersama Reres, tapi juga karena ayunan itu adalah hadiah dari sang ayah dulu saat ia masih kecil.
Sudah pukul sebelas malam, keduanya belum tidur dan sibuk menghabiskan waktu dengan menikmati teh manis hangat dan mengobrol.
Sejak kecil gadis bertubuh tambun itu tinggal di rumah keluarga Saga bersama sang nenek. Terpaksa mengikuti jejak sang nenek menjadi pelayan di rumah itu karena kedua orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan buat Reres harus membantu sang nenek menjaga Saga dan mengatur semua kebutuhan anak dari majikan Mbok Yah, nenek Reres yang kini telah tiada.
"Gue bosan sendiri," ucap Reres buat Saga menoleh.
"Kan berdua sama gue," sahut Saga sambil cengengesan.
Reres menoleh, menatap pada Saga yang tunjukan senyum manis dengan susunan gigi rapi layaknya anak kucing. "Justru itu gue bosan sama kegiatan gue sama lo. Setiap hari lo lagi, lo lagi."
"Nikah, kalau gitu biar enggak sendiri. Kalau bobo ada yang nemenin." Saga berucap sambil menatap ke arah taman seraya menyeruput teh manis miliknya.
"Lo 'kan tau, gue enggak mau nikah. Apa sih untungnya sebuah pernikahan untuk perempuan? Enggak ada, punya anak urus ini itu, gue mau bebas." Reres terhenti meneguk tehnya hingga habis lalu meletakan gelas dengan sedikit keras. "Ya, kalau gue nikah dan urus ini dan itu sama aja kaya kerjaan gue di sini."
Saga terdiam sejujurnya ia sedikit merasa bersalah karena memang paham dan mengerti betul sejak kecil Reres hidup untuk menjaga dan merawatnya. Dan ia juga sudah bergantung pada gadis yang kini duduk sambil memejamkan mata.
"Lo ngantuk?" tanya Saga.
Reres gelengkan kepala, kembali membuka mata dan menatap Saga. "Gue cari inspirasi."
"Yaudah lanjut."
Saga diam menatap pada langit tanpa bintang. Ibu kota penuh dengan polusi nampaknya itu yang buat ia bahkan tak bisa melihat bintang malam. Sudah dua puluh delapan tahun usianya kini, hobinya masih sama bergonta-ganti kekasih hanya untuk kesenangannya di ranjang. Saga suka kenikmatan itu, buat ia puaskan hasrat dan luapkan lelah atas rutinitas kerja. Ya, meski jelas terdengar seperti sebuah alasan. Meski begitu Saga pantang melakukan hubungan dengan seorang gadis yang masih menjaga kesuciannya. Semua gadis yang ia tiduri diketahui bukan gadis yang polos lagi. Dan tentu saja ia selalu menggunakan pengaman dalam berhubungan karena tak ingin salah satu dari wanita itu tiba-tiba meminta pertanggungjawaban karena mengandung benihnya.
"Lo mau hamilin gue Ga?"
Saga menoleh cepat, mendekatkan telinganya ke wajah Reres coba dengar kembali apa yang sahabatnya itu katakan. "Ulangin."
"Hamilin gue Ga." Reres mengulangi dengan yakin buat Saga menatapnya.
"Gue sih oke-oke aja masalah hamil mengha-" Saga terhenti saat Reres meletakkan telunjuknya ke bibir.
Reres lalu berdiri ia mengajak Saga berjalan menuju kamarnya agar pembicaraan mereka lebih tenang. Keduanya berjalan seperti biasa menuju kamar Saga. Di rumah itu cukup banyak pengawal, penjaga juga pengawas yang mengawasi di ruang CCTV. Ada Saga dan Nindi ibu dari Saga yang tinggal di rumah itu. Hingga tak mungkin membicarakan hal ini di ruang terbuka seperti taman belakang. Reres takut jika ada yang mendengar karena tembok di rumah Saga pun punya telinga.
Mereka sampai di kamar Saga, kamar yang besar dengan desain minimalis di dominasi warna putih dan abu-abu. Reres duduk di tempat tidur di sampingnya Saga merebahkan tubuhnya.
"Lo serius mau gue hamilin?" tanya Saga.
Reres mengangguk. "Gue mau punya anak biar enggak bosan."
Saga kembali duduk lalu terkekeh. "Orang gabut itu jalan-jalan, makan atau apa gitu."
"Oiya, lo pasti enggak mau sama gue secara gue kan gembrot."
Reres sadar diri dirinya tak secantik Aira, Vinny atau Lauren atau gadis lain yang selama ini dekat dengan Saga. Mereka memang standar kecantikan yang jelas berbeda dengan Reres si gadis tambun. Kekasih Saga atau wanita yang pernah bergumul dengan sahabatnya itu memiliki tubuh dan wajah yang sempurna. Jelas Reres merasa jika ia tak pantas disandingkan dengan gadis-gadis itu.
"No, serius, bukan itu masalahnya. Buat gue yang penting burung gue bisa bersarang dengan baik sih," sahut Saga serius.
Dan apa yang dikatakan Saga buat Reres membuka matanya lebar-lebar karena cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Saga barusan. "Gimana, gimana?"
Saga melirik bagian intim tubuhnya. "Burung gue," katanya lagi menekankan.
Apa yang dilakukan Saga buat Reres ikut menatap apa yang tadi di perhatikan sahabatnya itu. Memerhatikan itu buat Saga terkekeh, lalu mendorong wajah Reres dengan tangannya.
"Mesum banget muka lo." Saga meledek Reres.
Reres gelengkan kepala coba tak memikirkan apapun. Termasuk bagaimana ia membayangkan bentuk-bentuk burung dalam pikirannya. "Jadi lo mau enggak?"
Saga menatap Reres serius, ia coba cari keseriusan dari permintaan sahabatnya barusan. Karena ia tau betul Reres belum pernah melakukan hubungan ranjang. Dan ia tak ingin merusak sahabatnya sendiri meski ia pernah menawarkan diri saat Reres mengatakan ia ingin memiliki anak.
"Lo harus yakin dulu, jujur sih ini new experience juga buat gue merawanin perempuan."
"Gue serius mau punya anak. Kalau lo enggak mau gue ijin ke Bali cari bule buat ONS."
"Anjir! Gue mau lah! Masa Saga enggak mau diajak bobo cantik. Kita ke Bali, gue bakal kasih pengalaman bulan madu yang menyenangkan buat lo. Ya, karena lo sahabat gue jadi .., gue bakal treatment sebaik mungkin." Saga kembali merebahkan tubuh tangannya menjulur, Reres segera menggenggam tangan sahabatnya itu Saga membawa genggaman tangan itu ke dekap dadanya. "Temenin gue sebentar sampai tidur."
Reres mengangguk meski Saga tak melihat. Hari ini pekerjaannya mendapatkan kabar buruk, ada kecelakaan truk di salah satu cabang ekspedisi di Bandung. Itu yang sebabkan perasaan Saga sedikit berantakan. Sejak dulu Reres yang bisa menenangkan Saga. Gadis itu bersenandung menemani Saga hingga pria pucat itu memejamkan mata.
Bab 1 Permintaan Reres
20/05/2023
Bab 2 Kegiatan Malam
25/05/2023
Bab 3 Proses Pembuatan Bayi
25/05/2023
Bab 4 Aira Yuma Hartanto
25/05/2023
Bab 5 Masih Aira
25/05/2023
Bab 6 Ritual
25/05/2023
Bab 7 Sekte
25/05/2023
Bab 8 Makan Malam
25/05/2023
Bab 9 Haris vs Saga
25/05/2023
Bab 10 Kalau Kamu
25/05/2023
Bab 11 Bersama Mas Haris
25/05/2023
Bab 12 Res Please
25/05/2023
Bab 13 Ibu Nindi
25/05/2023
Bab 14 Lauren Aira
25/05/2023
Bab 15 Perjanjian Rahasia
25/05/2023
Bab 16 Kiss Me
25/05/2023
Bab 17 Santap Pagi
25/05/2023
Bab 18 Reres-Haris Saga-Aira
25/05/2023
Bab 19 Berempat
25/05/2023
Bab 20 Horor
25/05/2023
Bab 21 I want you
05/06/2023
Bab 22 Saling kesal
05/06/2023
Bab 23 Posesif
05/06/2023
Bab 24 Terkurung
05/06/2023
Bab 25 Mau apa
05/06/2023
Buku lain oleh reistyaa
Selebihnya