My Husband Is My CEO

My Husband Is My CEO

Rahmawati Pena

5.0
Komentar
133K
Penayangan
118
Bab

"Aku tidak rela kamu bertunangan dengan karyawan rendahan itu," ucap Aghata seraya mendekatiku. "Aku tak harus mendengarkanmu!" "Aku mencintaimu, dan tak ada orang lain yang boleh memilikinya selain aku," ucap Aghata sambil menjelajahi dadaku dengan jarinya yang nakal. "Kamu sakit?" "Aku sakit karena kau membuangku dan lebih memilih dia," tangisnya.

Bab 1 Kesan Pertama

Jakarta, Kota Megapolitan yang selalu jadi tujuan kaum urban bertaruh nasib. Mentari pagi ini bersinar dengan anggun menampakkan kuasanya sebagai Ratu Semesta.

Seorang wanita bertubuh mungil terlihat ikut berdesakan antre hendak memasuki bussway. Badannya yang mungil memudahkannya menyusup di antara para penumpang lain. Sial! tak ada kursi kosong. Dengan berat hati, dia berdiri dengan menenteng tas kerjanya. Yah, tak apalah daripada terlambat.

Perkenalkan, namaku Freeya Aqila Hasbie Rasyid. Kata teman- temanku, wajahku yang oriental ini sangat khas. Yah, tentu saja, aku keturunan campuran Tionghoa dan Turki.

Berwajah oriental, tapi tak bermata sipit. Perawakanku yang mungil kudapat dari ibuku yang Tionghoa. Sementara rambut cokelat dan mataku yang hijau kecoklatan, kudapat dari ayahku yang Turki.

Ini adalah hari pertamaku kerja di Jakarta. Sebelum ini, aku kerja di Bandung, di sebuah perusahaan kecil. hingga F. Company merekrutku.

"Presdir, bukankah ini sama artinya Anda menjualku?" protesku dua minggu yang lalu. Mengingat aku direkrut F. Company demi perusahaan yang aku tempati mendapat suntikan dana.

"Aya, F. Company adalah perusahaan besar, kau bisa mengasah kemampuanmu di sana," terang Presdir Antoni.

Aku hanya bisa mendengus kesal. Huft! Karena melamun, aku tak sadar kalau aku sudah sampai di halte depan gedung F. Company. Benar kata Arsyila, sahabatku, F. Company memang perusahaan besar dengan gedung yang begitu megah. Dengan langkah pasti, aku memasuki lobi perusahaan.

Seorang resepsionis cantik menyambutku dengan senyum ramah.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"

Kusodorkan surat panggilan kerja yang kudapat tiga hari yang lalu. Gadis itu sekilas melihatnya. Dia tampak berbincang dari intercom dan tersenyum.

"Mbak Freeya, sudah ditunggu HRD."

"Silakan naik ke lantai 8! Ruang HRD, tepat di depan lift."

"Terima kasih."

Aku berjalan buru-buru hendak memasuki lift, hingga tiba - tiba aku menabrak seseorang.

Bbbrruuukkkk!

Ceklek.

Tubuhku terhuyung membuat salah satu heelsku patah. Sial! Kupandangi punggung lelaki yang bertabrakan denganku berlalu tanpa sepatah katapun.

"Dia pergi tanpa mengucapkan maaf?" gumamku dalam hati. Sekalian kupatahkan heels yang satunya. Yah, walaupun aku jadi susah berjalan.

Tok tok tok.

Kuketuk pintu bertuliskan R. HRD.

"Masuk!"

Kkkrrreeekkkk.

Suara pintu berderit saat kubuka. Di belakang meja nampak sesosok lelaki tampan berpenampilan rapi, tersenyum kearahku. Tangannya terulur mengisyaratkan agar aku segera duduk.

"Terima kasih," ucapku sembari duduk.

"Freeya Aqila Hasbie Rasyid," baca lelaki yang namanya tertera di papan di meja bagian depan Anggara Samudra.

"Silakan tanda tangani kontaknya!" ucapnya seraya menyodorkan selembar kertas di atas map biru.

"Baca dulu!"

"Kamu terikat kontrak 5 tahun dengan perusahaan kami."

"Silakan ajukan keberatan, jika ada poin kontrak yang janggal!"

Setelah memastikan sekali lagi tak ada yang janggal, kububuhkan tanda tanganku di atas kertas putih itu.

Lelaki itu menyodorkan sebuah tanda pengenal. Ada fotoku di sana.

"Aku Anggara Samudra."

"Kamu bisa panggil aku, Gara!"

"Selamat bergabung di F. Company!"

Gara mengulurkan tangannya yang langsung kujabat dengan penuh semangat. Kusunggingkan senyum termanisku.

"Mari! Kutunjukan ruanganmu!"

"Iya."

Aku mengekori Gara yang melenggang sembari menunjukkan ruanganku.

Divisi Pengembsngan Proyek berada di lantai 40. Di ruangan ini, ada sekitar 12 orang.yang tampak berkutat dengan laptop masing-masing. Mereka serempak berdiri saat melihat Gara dan aku masuk.

"Selamat pagi."

"Pagi ... !"

"Perkenalkan, dia adalah Ketua Divisi Pengembangan Proyek yang baru, Freeya Aqila Hasbie Rasyid," kata Gara dengan suara tegasnya.

"Selamat datang dan selamat bergabung."

"Terima kasih."

"Mohon kerja samanya," ucapku dengan sedikit menunduk.

Mereka satu per satu menyalamiku dan memperkenalkan diri. Seorang gadis cantik menyalamiku dan memelukku.

"Aku Kinar. Kamu akan duduk bersebelahan denganku," ujarnya.

"Panggil saja aku, Aya!"

"Oke."

Kinar menatap ke arah bawahku saat dia menyadari jalanku yang aneh. Aku tersenyum kecut menyembunyikan rasa maluku.

"Kenapa?"

"Patah saat aku tabrakan sama orang tadi di depan lift. Daripada aneh, ya sekalian kupatahkan saja yang satunya," terangku.

"Tenang! Aku pesankan sebentar."

***

Di ruangan Direktur F. Company, ruangan yang sebagian besar bersekat kaca ini terlihat tenang. Di belakang meja, duduk seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi atletis tengah memainkan sebuah papan nama dari kayu berlapis kaca, bertuliskan CEO DEMAS FABIAN.

Aku berdiri mematung. Huh! Aku mendengus, bukankah dia lelaki yang menabrakku tadi? Dia CEO yang membeliku?

Terus kumainkan jemariku sembari menunggu dia selesai memeriksa CV milikku. Dia menatapku dengan tatapan yang tak kusukai. Dia bangkit dan ganti duduk di atas meja.

"Freeya Aqila Hasbie Rasyid, Ratu

Presentasi, benar?"

Aku hanya mengangguk.

"Berapa lama kerja di perusahaan sebelumnya?"

"Bukankah sudah tertera di CV? Ngapain nanya?" gumamku dalam hati.

"2 tahun," jawabku datar.

"Tahu kan, kenapa aku merekrutmu?"

"Tahu."

Aku masih ogah-ogahan menjawabnya. Entah kenapa, aku begitu kesal dengan lelaki di depanku ini.

Aku merasa seperti budak belian. Dia memicingkan mata ke arahku. Aku balas menatapnya. Disodorkannya setumpuk berkas kepadaku. Tanganku hampir saja kewalahan.

"Revisi! Sebelum jam 3 sudah harus ada di mejaku!" perintahnya dingin.

"Hah! Yang benar saja? Anda bercanda?" protesku geram.

"Oh! Protes? Akan aku tambah pekerjaanmu!" ancamnya.

"Tapi ini penindasan!"

"Anda menukarku dengan suntikan dana untuk perusahaan Tuan Antoni!"

"Tapi, bukan berarti Anda bisa memperlakukanku seperti budak belian!"

"Berlaku semena-mena!"

"Semena-mena? Aku tidak suka ada orang yang berani membalas tatapanku," semprotnya.

"Keluar! Dan kerjakan perintahku!" bentaknya.

Tanpa ba bi bu, aku langsung membalikkan badan. Dalam hati, aku mengumpat.

"DASAR TIDAK WARAS!" baru sampai di pintu, suara beratnya menghentikanku.

"Kenapa sepatumu?" Dia bertanya dengan nada dingin.

"Menurutmu?" tanyaku dengan sedikit menekan gigiku.

"Ada lelaki tidak bertanggung jawab menabrakku. Dia berlalu begitu saja tanpa ucapan maaf."

"Saya permisi!"

Aku meninggalkan ruangan itu tanpa memedulikan dia yang masih terpaku. Hah? Hari-hari berikutnya, pastilah akan seperti neraka bagiku.

***

Pada saat jam makan siang, Kinar menyodorkan sebuah bungkusan dan nasi kotak untukku. Dengan penuh semangat kubuka bungkusan itu. Heels warna hitam yang sama persis dengan punyaku. Aku langsung memakainya. Senyumku terkembang menatap Kinar.

"Akan aku ganti," ucapku.

"Jangan membuatku malu!"

"Anggap itu hadiah perkenalan kita!"

"Terima kasih."

"Ayo makan!" ajaknya.

"Hah? Kalau aku makan, yang ada pekerjaanku tidak kelar," keluhku.

"Presdir biasanya tak sekejam ini!"

"Huuh! Entahlah."

"Mungkin dia sensi padaku."

Kupegangi kepalaku yang mulai senut-senut. Layar komputerku tampak garis-garis efek mataku yang mulai pedih.

Sial! Hari pertama kerja, aku sudah tersiksa. Dan aku harus menjalani ini selama 5 tahun?

Tepat pukul 3 sudah, kusodorkan berkas revisi di atas meja presdir dingin itu. Dia menatapku tajam. Segera kualihkan pandanganku mengitari ruangan.

"Not bad!" ucapnya.

Hhuuuhhh! Aku mengerjakannya dengan maraton. Hampir membuat kepalaku pecah dan hanya terlontar kata "not bad" dari mulutnya. Ini batu saat pelajaran Bahasa Indonesia tentang kalimat pujian, dia absen kali ya?

"Keluarlah! Eh ... bawa ini! Pelajari! ini, bahan presentasi buat besok!"

Presdir Demas menyodorkan proposal.

"Baik."

"Kalau tidak ada hal lain, saya permisi," pamitku sambil mengangguk.

"Silakan!" sahutnya tanpa menoleh ke arah tempatku berdiri.

Sumpah! Kalau aku tidak butuh pekerjaan, sudah kulempar CEO songong itu pake heels. Ini hari pertama kerja dengan kesan pertama yang AMBYYAARRR.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rahmawati Pena

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
My Husband Is My CEO
1

Bab 1 Kesan Pertama

20/02/2022

2

Bab 2 Satu Gedung Apartemen

20/02/2022

3

Bab 3 Kejutan Manis

20/02/2022

4

Bab 4 Sakit

20/02/2022

5

Bab 5 Ini Perasaan Apa

20/02/2022

6

Bab 6 Kail atau Demas

20/02/2022

7

Bab 7 She's Belong To Me 1

21/02/2022

8

Bab 8 She Is Belong To Me 2

04/03/2022

9

Bab 9 Mengkhawatirkanmu 1

04/03/2022

10

Bab 10 Mengkhawatirkanmu 2

04/03/2022

11

Bab 11 Freeya Milikku 1

06/03/2022

12

Bab 12 Freeya Milikku 2

07/03/2022

13

Bab 13 Freeya Berulah

08/03/2022

14

Bab 14 Mengagumimu Dalam Hati

13/03/2022

15

Bab 15 Membencimu 1

14/04/2022

16

Bab 16 Membencimu 2

12/05/2022

17

Bab 17 Mr. Moody

13/05/2022

18

Bab 18 Golongan Darah yang Sama 1

15/05/2022

19

Bab 19 Golongan Darah yang Sama 2

16/05/2022

20

Bab 20 Golongan Darah yang Sama 3

17/05/2022

21

Bab 21 Merawatmu 1

17/05/2022

22

Bab 22 Merawatmu 2

17/05/2022

23

Bab 23 Ada Rindu

18/05/2022

24

Bab 24 Penolakan

25/05/2022

25

Bab 25 Pembalasan 1

27/05/2022

26

Bab 26 Pembalasan 2

29/05/2022

27

Bab 27 Ciuman Hambar

29/05/2022

28

Bab 28 Kembalinya Sang Pembangkang

29/05/2022

29

Bab 29 Menguak Tabir Masa Lalu 1

31/05/2022

30

Bab 30 Menguak Tabir Masa Lalu 2

31/05/2022

31

Bab 31 Terdampar di Negeri Antah Berantah 1

02/06/2022

32

Bab 32 Terdampar di Negeri Antah Berantah 2

02/06/2022

33

Bab 33 Merried Couple

05/06/2022

34

Bab 34 Penaklukan Sekutu

05/06/2022

35

Bab 35 F Company Anniversary

05/06/2022

36

Bab 36 Welcome Back, Freeya!

05/06/2022

37

Bab 37 Wisata Hati 1

05/06/2022

38

Bab 38 Wisata Hati 2

05/06/2022

39

Bab 39 Strong Woman, Freeya!

05/06/2022

40

Bab 40 Bimbang

05/06/2022