Pembalasan Sang Feniks

Pembalasan Sang Feniks

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
23
Bab

Sebagai mahasiswi seni naif dari Salatiga, aku jatuh cinta setengah mati pada Baskara Aditama, seorang konglomerat Jakarta yang berkuasa. Hubungan rahasia kami begitu membara, dan dia dengan cermat mengabadikan setiap momen intim kami, sambil berbisik, "Hanya untuk kita." Tapi kemudian kebenaran menghancurkan duniaku: Aku tak sengaja mendengar Baskara mengakui bahwa seluruh hubungan kami adalah kebohongan yang diperhitungkan, dirancang untuk memanfaatkanku-dan foto-foto itu-sebagai "konten" untuk menghancurkan kerajaan teknologi rintisan kakak angkatku. Dia bahkan merekayasa sebuah penjambretan untuk memenangkan kepercayaanku. Setiap sentuhan lembut, setiap tindakan protektif, adalah pertunjukan yang kejam. Penthouse mewahnya menjadi sangkar emasku, dan rencana jahatnya semakin menjadi-jadi, bahkan melibatkan kekerasan fisik, hanya untuk mengendalikanku. Aku adalah pion dalam permainan yang bahkan tidak kusadari sedang kumainkan. Bagaimana aku bisa begitu buta? Rasa malu ini membakar, tetapi juga menyulut kemarahan dingin yang melahapku saat monster ini memangsa kepercayaanku, mengubah cintaku menjadi senjata melawan satu-satunya keluarga yang kumiliki. Tapi Baskara meremehkanku; aku bukan lagi korban; aku adalah api yang tak terkendali. Dengan cermat, aku menghapus setiap rahasia yang memberatkan, lalu merencanakan pelarianku. Dia mengejarku ke seluruh negeri, seorang pria hancur yang memohon belas kasihan, hanya untuk menemukanku berjalan menuju altar, menghampiri pria yang benar-benar mencintaiku. Menyaksikan dunianya hancur, mengetahui bahwa akulah yang merekayasa kejatuhannya, adalah balas dendam termanis.

Bab 1

Sebagai mahasiswi seni naif dari Salatiga, aku jatuh cinta setengah mati pada Baskara Aditama, seorang konglomerat Jakarta yang berkuasa.

Hubungan rahasia kami begitu membara, dan dia dengan cermat mengabadikan setiap momen intim kami, sambil berbisik, "Hanya untuk kita."

Tapi kemudian kebenaran menghancurkan duniaku: Aku tak sengaja mendengar Baskara mengakui bahwa seluruh hubungan kami adalah kebohongan yang diperhitungkan, dirancang untuk memanfaatkanku-dan foto-foto itu-sebagai "konten" untuk menghancurkan kerajaan teknologi rintisan kakak angkatku.

Dia bahkan merekayasa sebuah penjambretan untuk memenangkan kepercayaanku.

Setiap sentuhan lembut, setiap tindakan protektif, adalah pertunjukan yang kejam.

Penthouse mewahnya menjadi sangkar emasku, dan rencana jahatnya semakin menjadi-jadi, bahkan melibatkan kekerasan fisik, hanya untuk mengendalikanku.

Aku adalah pion dalam permainan yang bahkan tidak kusadari sedang kumainkan.

Bagaimana aku bisa begitu buta?

Rasa malu ini membakar, tetapi juga menyulut kemarahan dingin yang melahapku saat monster ini memangsa kepercayaanku, mengubah cintaku menjadi senjata melawan satu-satunya keluarga yang kumiliki.

Tapi Baskara meremehkanku; aku bukan lagi korban; aku adalah api yang tak terkendali.

Dengan cermat, aku menghapus setiap rahasia yang memberatkan, lalu merencanakan pelarianku.

Dia mengejarku ke seluruh negeri, seorang pria hancur yang memohon belas kasihan, hanya untuk menemukanku berjalan menuju altar, menghampiri pria yang benar-benar mencintaiku.

Menyaksikan dunianya hancur, mengetahui bahwa akulah yang merekayasa kejatuhannya, adalah balas dendam termanis.

Bab 1

Ava Larasati menatap langit-langit apartemen mewah di Jakarta, seprai sutra terasa sejuk di kulitnya.

Baskara Aditama, lebih tua, berkuasa, dan segalanya yang tidak pernah disiapkan oleh latar belakangku di Salatiga, menyesuaikan sudut ponselnya.

"Satu lagi, Api Liarku," gumamnya, suaranya yang rendah biasanya selalu meluluhkanku. "Untuk kita."

"Kita" versinya adalah dunia rahasia, yang sudah berjalan selama delapan belas bulan, tersembunyi karena Baskara adalah saingan bisnis sengit kakakku, Bima. Bima, sang pengusaha teknologi di BSD City, anak laki-laki yang diadopsi dan dicintai orang tuaku seperti anak mereka sendiri, orang yang selalu melindungiku. Dia akan membenci ini. Dia akan membenci Baskara.

Ava tahu itu. Baskara tahu itu. Itulah sisi mendebarkan dan berbahaya dari hubungan mereka.

Bunyi klik kamera ponsel terdengar lembut, tetapi menggema dalam keheningan yang mewah.

Ava bergeser, sebersit kegelisahan di matanya. "Baskara, apa kita benar-benar butuh foto sebanyak ini?"

Dia adalah mahasiswi seni di IKJ dengan beasiswa bergengsi. "Elemen spesial"-nya, begitu Baskara menyebutnya, adalah bakatnya, cara dia melihat dunia. Dia mengaku mengaguminya, mengagumi Ava.

Tapi sesi foto ini, yang selalu intim, selalu atas desakannya, terasa bukan lagi tentang seni, melainkan tentang... sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak bisa dia sebutkan tapi membuat perutnya mulas.

Baskara menurunkan ponselnya, senyum karismatiknya langsung melucuti pertahanan Ava.

"Ini adalah bukti cinta kita, Ava. Tanpa filter. Penuh gairah. Hanya untuk mataku."

Dia mencondongkan tubuh, mencium keningnya. "Musa-ku yang cantik dan penuh percaya."

Kata-katanya, sehalus wiski tua, biasanya berhasil. Ava ingin memercayainya, butuh untuk memercayainya. Cinta ini, rahasia ini, adalah hal paling intens yang pernah dia alami.

Dia sering memanggilnya "Api Liarku," julukan yang membuatnya merasa disayangi sekaligus sedikit nekat.

Dia melirik jam tangan mahalnya. "Aku harus pergi. Gala amal menyebalkan itu."

Dia berpakaian dengan cepat, berubah dari seorang kekasih kembali menjadi Baskara Aditama, taipan real estat.

"Sopir akan menunggumu di bawah tiga puluh menit lagi, oke?" katanya, mengecup bibirnya. "Nanti aku telepon. Kita akan rencanakan sesuatu untuk akhir pekan."

Dia sudah setengah jalan keluar pintu, pikirannya jelas sudah beralih ke bisnis, ke wajah publik yang dia tunjukkan pada kota Jakarta.

Ava berbaring sejenak, aroma parfumnya masih tertinggal.

Merasa gamang, dia duduk. Matanya tertuju pada kancing manset platinum milik Baskara di meja nakas, yang berinisial "A" kecil yang nyaris tak terlihat. Dia pasti akan mencarinya.

Secara impulsif, dia memutuskan untuk mengantarkannya. Sebuah gestur kecil. Mungkin itu akan membuatnya merasa tidak terlalu seperti rahasia dan lebih seperti bagian dari kehidupan nyata Baskara, bahkan untuk sesaat.

Dia tahu Baskara akan berada di klub eksklusif di pusat kota itu sebelum gala, tempat yang sering dia gunakan untuk pertemuan informal.

"Nusantara Executive Club" didominasi kayu gelap dan suasana hening. Ava, merasa salah kostum dengan pakaian mahasiswi seninya, berhasil menyelinap melewati lounge utama, menuju ruang-ruang pribadi yang dia tahu kadang-kadang digunakan Baskara.

Dia mendengar suara-suara dari pintu yang sedikit terbuka. Tawa khas Baskara.

Lalu, Rian, salah satu rekan terdekat Baskara, berbicara, suaranya licin penuh geli. "Serius, Bas, caramu membuat anak Larasati itu bertekuk lutut. Benar-benar sebuah mahakarya."

Dodi, kroni lainnya, menimpali. "Dan si 'cewek seni' itu tambang emas. Konten itu? Tak ternilai harganya saat IPO Bima Prakasa meluncur. Dia akan terlalu sibuk menangani dampaknya untuk bisa fokus."

Ava membeku. Konten? IPO Bima?

Suara Baskara, kini lebih dingin, diwarnai kepuasan mengerikan yang belum pernah Ava dengar ditujukan padanya.

"Dia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Menghancurkan Bima Prakasa akan sangat indah. Foto-foto, video-video itu... akan melukiskan gambaran yang jelas. Jika diatur waktunya dengan sempurna, itu akan menenggelamkan perusahaannya bahkan sebelum diluncurkan. Dia tidak akan tahu apa yang menimpanya."

Dia terkekeh. "Dan 'penyelamatan' kecil yang kurekayasa beberapa bulan lalu? Penjambretan itu? Menyegel kesepakatan. Dia benar-benar percaya padaku sekarang. Mengira aku penyelamatnya."

"Penyelamatnya." Kata itu melilit perut Ava seperti pisau.

Napas Ava tercekat. Tangannya terbang ke mulut untuk menahan pekikan.

Lantai berderit sedikit saat dia mundur.

"Apa itu?" tanya Rian, suaranya tajam.

Langkah kaki Baskara mendekati pintu. "Mungkin hanya staf."

Ava terhuyung mundur, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Dia berbalik dan lari, air mata mengaburkan pandangannya. Lorong mewah itu seolah membentang tanpa akhir.

Telinganya berdengung. Tubuhnya gemetar. Dia menerobos keluar ke udara malam yang sejuk, terengah-engah, lampu kota berputar-putar mengejek.

Dalam perjalanan taksi yang panik kembali ke apartemen mahasiswinya yang kecil, kepingan-kepingan itu menyatu dengan kejelasan yang brutal.

"Penjambretan rekayasa" di mana Baskara muncul seperti pahlawan, menangkis penyerang yang sekarang tampak sangat palsu.

"Insiden pameran seni publik" yang dia selesaikan dengan begitu mulus, membuatnya merasa berutang budi.

Setiap kata-kata mesra, setiap malam yang penuh gairah, setiap foto yang dia bujuk untuk diambil-semuanya bohong. Sebuah pertunjukan yang diperhitungkan dan kejam.

Dia adalah pion. Senjata yang ditujukan pada Bima.

Dia ingat saat tiba di Jakarta, penuh mimpi, bertekad untuk menorehkan jejaknya. Dia adalah seorang seniman, mandiri, penuh gairah.

Lalu Baskara Aditama masuk ke dalam hidupnya di sebuah pembukaan galeri, menawan, canggih, tampak terpikat olehnya dan karyanya. Dia tampak seperti penyelamat di kota yang luar biasa besar ini, seorang pelindung.

Dia memuji sketsanya, visinya. Dia membuatnya merasa dilihat.

Betapa bodohnya dia. Seorang gadis naif dari Salatiga, mudah terpesona, mudah ditipu.

Dia mengejarnya tanpa henti, menghujaninya dengan perhatian, membisikkan janji-janji masa depan.

"Kau berbeda, Ava," katanya, matanya tulus. "Kau nyata. Hubungan kita ini? Ini nyata."

Dia telah memercayainya. Dia telah jatuh cinta pada hantu, ilusi yang dibangun dengan cermat untuk menghancurkan kakaknya.

Kota ini terasa seperti akan menelannya, cakrawala yang gemerlap kini menjadi monumen kebodohannya sendiri. Api liarnya telah padam, hanya menyisakan debu dingin yang pahit.

Kembali di kamar mungilnya, gemetaran, dia meraba-raba ponselnya. Naluri pertamanya adalah Bima. Selalu Bima.

Seolah merasakan kesusahannya dari seberang pulau, ponselnya bergetar hampir seketika. Itu Bima.

"Ava? Suaramu... aneh. Ada apa?" Suara Bima, yang biasanya begitu tenang dan mantap, terdengar tegang karena khawatir.

Air mata mengalir di wajahnya. "Bima," isaknya, "Aku... aku dalam masalah. Aku harus keluar dari Jakarta. Aku membuat kesalahan besar."

Dia tidak sanggup menceritakan seluruh kebenarannya, belum. Rasa malunya terlalu mentah.

"Jangan katakan apa-apa lagi," kata Bima, suaranya tegas namun lembut. "Aku pesankan tiket pesawat ke Bali. Penerbangan pertama besok. Aku punya yayasan seni baru yang sedang kudana. Aku butuh seseorang yang kupercaya untuk mengelolanya. Pekerjaan itu milikmu jika kau mau. Awal yang baru, Ava."

Awal yang baru. Kedengarannya seperti keselamatan.

"Ya," bisiknya. "Ya, tolong."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

xuanhuan

5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Romantis

5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku