Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menghamili Istri sang Pewaris

Menghamili Istri sang Pewaris

Aklesh

5.0
Komentar
7.7K
Penayangan
31
Bab

"Haruskah aku menghilang agar kau peduli?" Fayre terobsesi pada cinta pertama dengan Bramasta, dia menjebak lelaki itu hingga mau menikah dengannya. Namun, bukan kebahagiaan yang dia dapat melainkan kebencian, Bramasta jijik pada perbuatannya. Sakit hati dan nelangsa mengharapkan cinta, mempertemukan pada Aliando Xavier, lelaki yang merenggut kesucian Fayre. Bagaimana Fayre akan mempertahankan hubungan rumah tangga, saat sang suami mencintai wanita lain, juga dirinya bukan lagi perawan?

Bab 1 1. Salah Masuk Kamar

Satu kesalahan yang diperbuat Fayre adalah mencintai Bramasta terlalu dalam. Hingga dia menginginkan pernikahan yang tidak seharusnya terjadi. Yah, mungkin benar demikian betapa pun Fayre ingin menyalahkan Bramasta, berkaca pada diri sendiri membuat nyali menciut. Kembali pada kenyataan, Fayre masih melihat diri pada pantulan cermin, mata bengkak, wajah kusut serta rambut acak-acakan, diikat asal ke belakang, menyedihkan.

"Aku kuat," gumam Fayre menepuk pipi, dia menghela napas panjang kemudian membasuh wajahnya sekali lagi. "Aku harus segera ke luar teman-temanku pasti menunggu," ujar Fayre bergegas keluar.

Mengejar sang tunangan dari kota Sun Flower hingga kini dia berada di sebuah hotel kota Amarillys. Sekonyol itu cinta membuat Fayre tidak dapat berdiam diri menanti lelaki itu kembali. Fayre menoleh kanan-kiri saat berada di luar toilet. Tidak dia dapati baik Ludwig mau pun Mariane di sana.

'Ah, mungkin mereka sudah ada di kamar itu,' pikirnya.

Sapuan angin dingin menyambut, menyapa pipi Fayre ketika dia melewati lorong. Aroma tanah basah menguar mengusik indra penciuman, hujan di akhir musim kemarau rasa yang sama namun di kota berbeda. Gadis tersebut melangkah masuk ke dalam lift, beberapa pasang mata lelaki menatap dengan tatapan mesum. Seperti menguliti Fayre yang ibarat bak gitar spanyol, lekuk indah tubuh tercetak jelas di balik lingerie. Sexy, kesan pertama bagi yang memandang.

'Oh, astaga aku salah kostum, mereka pasti mengira aku wanita murahan,' keluh Fayre menarik tas selempang ke arah depan. Tring! Pintu lift terbuka, Fayre menerobos kerumunan untuk keluar lebih dahulu. 'Ini memalukan,' lanjut berkeluh.

Fayre mengedarkan pandang, menoleh kanan-kiri memperhatikan papan nomor di depan pintu kamar hotel yang berjajar. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Tadi kata Ludwig kamar berapa ya?" Fayre menoleh samping. "443," katanya melihat papan angka di depan sebuah kamar. "Ah ini," lanjutnya berbinar.

Dia mengatur napas mendadak terasa berat dia bertindak sampai sejauh ini. Apa yang hendak dia ucap kala bersua Bramasta, Fayre tidak memikirkan sejauh itu sebelumnya. Hati menggebu ingin menemui sang suami, itu saja yang ada dalam pikiran kalutnya. Ragu tangan terulur ke arah pintu dan akhirnya.

Cklek!

Pintu berhasil terbuka, Fayre menelan saliva berat. Keringat dingin terasa pada telapak tangan. Pelan dia mendorong pintu, dan berhasil membukanya. Tenggorokan mendadak kesulitan walau hanya menelan saliva, dia gugup bukan main.

Oh my God! Mata Fayre melotot melihat pemandangan di depan mata. Sungguh di luar ekspektasi, berharap memergoki sang suami selingkuh. Namun, apa yang terjadi. Fayre malah disuguhi pahatan sempurna mahakarya Sang Pencipta. Dalam sorot lampu kamar hotel seorang lelaki telanjang. Tubuhnya atletis, terlihat jelas otot-otot perut menawan.

'Oh Tuhan, apakah aku bertemu malaikat? Otot-otot perutnya itu, sungguh aku ingin menyentuhnya,' cicit Fayre dalam angan.

Seperti tersihir gadis itu bergeming, tidak mengalihkan pandang. Dia sibuk mencermati setiap lekuk indah dari ujung rambut dan bahkan oh, astaga. Mulut Fayre menganga lebar membentuk huruf O besar. Ketika menundukkan kepala, netranya tanpa sengaja melihat bagian intim sang lelaki setengah tertidur. Otaknya berpikir keras sejenak, dirinya pernah menyaksikan hal sama pada video dewasa yang tidak sengaja dia tonton. Akan tetapi, melihat langsung seperti itu terlebih pria asing, rasanya Fayre ingin pingsan mendadak. Malu, wajahnya merona panas, dia mengalihkan pandang, menoleh ke arah gorden warna putih menari tersapu angin yang masuk lewat jendela tak tertutup.

"Apa yang kau lihat, mendekatlah dan lakukan tugasmu! Seorang Aliando Xavier tidak suka menunggu." Suara dingin lelaki itu mengejutkan Fayre.

Sontak gadis tersebut kembali menoleh ke arah lelaki bernama Aliando itu, dia tercekat menatap lurus tidak berani menundukkan kepala. Kedua insan saling bertemu pandang. Sang lelaki menatap dalam, dia mengibaskan, menyapu rambut basahnya. Meleleh, hati wanita mana tidak melebur menyaksikan pemandangan eksotis secara langsung. Jantung Fayre semakin berdentum kencang, tubuh panas dingin.

"Berani sekali mengenakan pakaian seperti itu, sepertinya kau sudah tidak sabar untuk mengerang di bawah kungkunganku," sindir Aliando mulai jengah melihat gadis di hadapannya masih mematung.

'Tunggu apa katanya?' Fayre menaikkan sebelah alis, memutar otak berpikir. Dia menunduk memperhatikan penampilan sendiri, di mana lingerie sepanjang lutut masih melekat. 'Ok, aku tergoda, tubuh lelaki maskulin itu mempesona hingga membuat liurku hampir menetes. Akan tetapi, akan sangat bahaya jika aku tidak pergi. Tatapan lelaki itu menyeramkan,' berontak dalam hati. Fayre pelan-pelan mundur ke belakang.

"Mohon maaf Paman, sepertinya saya salah masuk kamar, permisi," ujar Fayre, tersenyum nyengir. Gadis tersebut membalikkan badan, melangkah kaki panjangnya lalu gegas membuka pintu.

Brak! Pintu yang tadi sempat terbuka kini menutup kembali. Aliando sudah berada di belakangnya, mengenakan satu lengan menahan pintu. Mampus! Hanya umpatan dalam benak yang mampu Fayre lakukan. Rasanya lidah kelu mendadak untuk berucap, tubuhnya gemetaran bukan main.

"Ampun, Paman. Saya benar-benar salah kamar, bisakah saya keluar sekarang?" pinta Fayre memelas.

Bukan tidak melihat ketakutan, hanya saja lelaki bernama Aliando merasa gadis dalam pelukannya itu berbeda. Aroma tubuhnya menenangkan, Aliando menghirup dalam-dalam rambut Fayre, bau shampo tercium bercampur entah bau keringat atau parfum, sangat menyenangkan bagi Aliando. Lelaki itu menarik tubuh gadis tersebut dan membalikkan tubuhnya. Kini mereka saling berhadapan, dengan jarak wajah tinggal beberapa inci saja.

"Apa aku terlihat seperti lelaki tua?" Suara Aliando datar, sapuan napas hangat menyentuh wajah Fayre, gadis itu tetap terdiam takut bersuara.

Wajah Aliando masih masam, dan tanpa ekspresi. Ingin Fayre memukulkan kepala lelaki tersebut ke tembok. Sungguh pertanyaan aneh luar biasa. Fayre membuka mulut hendak menjawab tetapi urung. Aliando bergerak cepat menyambar mulut Fayre, mengatupkan mulut keduanya. Bibir sensual Aliando membelit bibir Fayre, lembut di awal lalu semakin menekan dan mengecap.

'Bibirnya sangat manis, oh ini membuat aku senang?' pikir Aliando.

Mendapatkan perlakuan tidak senonoh, Fayre mencoba melawan. 'Sial, rasanya aku ingin mencekik lehermu pak tua!' bisik Fayre. Dia menggeliatkan tubuh.

Tubuh telajanjang Aliando semakin menekan erat. Bibir lelaki itu bertambah menuntut, mengecap rakus. Fayre tidak tinggal diam, dia mencakar dada lelaki itu. Serangan Fayre tidak berarti bagi Aliando, hanya saja oksigen telah menipis. Ciuman terlepas, Fayre menahan tubuhnya yang hampir luruh di dinding.

"Apa kau ini serigala? Hah?" cicit Aliando menyipitkan mata. Membuat tubuh Fayre gemetar ketakutan. Aliando menatap gadis itu, merasa sedikit iba saat melihatnya melonjak kaget. 'Apa aku terlalu keras padanya?' gumam Aliando dalam hati.

Suara ketukan pintu terdengar, Fayre mengambil kesempatan saat lelaki itu lengah. "Aw!" pekik Aliando.

Gadis itu berhasil menendang bagian intim lelaki tersebut kemudian berlari ke arah pintu dan kabur. Tawa Fayre terdengar menggelegar di luar sana, meninggalkan Aliando meringkuk kesakitan memegangi bagian intinya.

"Dasar serigala liar!" umpat Aliando terduduk lemas.

Saat bersamaan seorang lelaki dan wanita berjalan masuk ke dalam kamar hotel. Aliando mengernyit, mengingat ucapan gadis itu mengatakan salah kamar. Baru dirinya sadar ketika melihat sekretarisnya datang bersama seorang wanita bertubuh sintal. Menatap bingung ke arah Aliando yang duduk di lantai.

"Bos tadi itu ...." Lelaki yang merupakan sekretaris Aliando mengacung ke arah pintu. Mengingat wanita muda baru saja berlari keluar dari kamar hotel yang ditempati sang atasan.

"Dia calon buruanku setelah ini, Romeo," kata Aliando menatap sinis ke arah wanita yang berdiri di hadapannya. "Katakan pada wanita itu aku tidak membutuhkannya, tetap berikan uang sesuai kesepakatan awal!" perintah Aliando kepada Romeo sang sekretaris.

"Tapi, Tuan." Suara manja wanita itu terdengar.

"Mendengar suaramu saja aku sudah muak, pergilah!"

"Silakan ikut saya Nona,' ajak Romeo. Dengan kesal wanita itu berjalan mengekor Romeo untuk keluar.

Aliando tersenyum smirk kemudian bangkit berdiri, entah apa yang dia pikirkan kini yang pasti, Aliando mendapatkan sebuah kesenangan bertemu wanita semacam serigala liar. Satu hal yang dia sayangkan, tidak menanyakan nama gadis tersebut. Sejenak tadi Aliando terpesona akan sosok bertubuh sempurna, seakan tiada cacat. Cantik, lincah, dan sexy. Tiga kata yang Aliando yakini.

Aliando berkacak pinggang melihat ke arah jendela, hujan masih mengguyur deras di luar sana dia lalu bergumam, "Kau bisa kabur sekarang, tetapi jika kita bertemu lagi. Jangan harap aku melepaskanmu!"

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku