Menghamili Istri sang Pewaris
aromaterapi dinyalakan untuk menambah harum. Semua fasilitas mewah disediakan keluarga Wicaksono peraduan makan malam romantis sebagai hadiah pertunangan. Bramasta Adijaya bar
k dengan Fayre, calon tunangan yang baru saja mengikatnya pergi entah ke mana. Meninggalkan Fayre seorang diri menyambut tamu, ha
nya. Fayre tidak peduli, dia tuli dan buta akan hal sekitar. Fokus hanya pada rasa membelenggu dalam atma. Berpikir jika suatu hari nanti Bramasta berpindah hati, menerima setelah menikah. Sayang dia tidak tahu bencana
g disediakan kedua orang tuanya. Ruangan luas, bercat putih, kontras dengan ranjang juga gorden berwarna gold. Fayre melepa
habatnya masuk ke dalam kamar. Awalnya dia mengira calon suami yang masu
mi brengsekmu yang datang?" cebik
menatap sang sahabat yang b
nya," ejek Ludwig, lelaki berhidung mancung dan bertubuh tinggi itu na
mengerutkan kening hendak
amar mereka tidak tahu malu berciuman panas. Dada Fayre bergemuruh, sesak seketika sulit bernapas menyaksikan adegan dalam tayangan ponsel tersebut. Mata be
mua ini?"
ini sangat menggoda, kuatkan imanku,' keluh Ludwig dalam hati. Susah payah dia menelan saliva, menetralisir pikiran agar tetap waras. "Oh, ayolah, Sayang jang
tubuh sahabatnya dengan mantel ling
atau kita kejar si gila Bramasta i
asih Bramasta," jawab
a pun yang kau lakukan, De
ar untuk membuat perhitun
anda berakhir musim panas. Mereka memutuskan perg
mbiarkan Fayre masuk ke dalam sendiri. Terdengar kegaduhan juga teriakan membuat Ludwig, Mariane saling pandang, mereka gegas masuk melewati pintu yang sediki
gh
Adinda melihat
s, Fayre luruh terduduk lemas. Mariane berlari mendekat lalu mem
ok?" tanya Mariane melihat gadis dalam pelukannya terbatuk-batuk. "H
ikirkan? Membunuh wanita yang mencintaimu
cecar Bramasta, terhuyung dia bangkit berdiri
, bisa dibayangkan adegan panas berpeluh keduanya sebelum mereka datang. "Dasar pasangan mesum menjijikkan!" umpat Lud
udah berdiri dengan dipapah Mariane. Gadis itu meraih jemari
sanya Ludwig benar-benar ikut hancur, "Ok," j
dengar suara mirip kaca pecah, mereka
ne mau pun Ludwig tidak ada yang mereka berbicara, mereka memberikan waktu untuk Fayre meluapkan rasa sedih. Pa
irian sebentar di kota ini," keluh Fayre mulai tenang, air mata
Apa yang akan kau lakukan, menemui
odorkan ponsel ke arah kedua sahabatnya. Tertera di sana chat Fayre dengan or
dwig mengang
a Mariane, tahu benar Fay
mbuat kursi berderit. "Aku akan jalan-jalan sebentar di kota ini. Kali
ni kau," pi
tuk saat ini. Aku janji tidak akan menemui B
e," kata Ludwing menggandeng sahaba
isa melanjutkan kalimat lant
ing. Kami pergi," ucap Ludw
mau meninggalkan sa
kit hati atas pengkhianatan dan perlakuan tidak manusiawi Bramasta me
sang calon suami. "Kau sungguh bajingan, Bramasta. Akan ak
ambu