/0/17021/coverbig.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
Seorang pelayan hotel bernasib sial tiba-tiba diperkosa oleh lelaki yang tidak ia kenal. Gadis itu mendapatkan penawaran berbagai imbalan besar sebagai ganti rugi, namun ia menolaknya. Naas, pelayan tersebut telah mengandung benih dari lelaki yang tak dikenalnya. Bagaimana kisah gadis pelayan itu melewati penderitaannya agar bisa bahagia? Ikuti cerita Isabella, gadis yang mengandung benih sang pewaris.
"Mirah! Mirah! Buka pintunya!" Suara gedoran dari arah pintu rumahku itu terdengar begitu keras hingga membuat aku dan Mas Danu terkejut dan bangun tiba-tiba.
Aku melirik jam dinding yang bertengger di atas meja rias, menunjukkan pukul sebelas malam.
"Siapa malam-malam bertamu, Mas?" tanyaku.
"Nggak tahu, aku cek dulu, ya, Sayang." Mas Danu langsung turun dari tempat tidur dan berjalan cepat keluar kamar.
Perasaanku tidak tenang, aku pun berjalan mengikuti Mas Danu sambil menutupi tubuhku dengan selimut tebal.
Semakin lama, suara dari arah luar rumah itu terdengar semakin familiar.
"Sepertinya itu suara Mbak Lina, Mas," ucapku.
"Benarkah?" Mas Danu buru-buru membuka pintu.
Benar saja, Mbak Lina tengah berdiri di depan rumah kami dengan penampilan yang tak biasa. Ia membawa tas besar di tangannya, sementara rambutnya tampak sangat berantakan.
"Mirah!" Mbak Lina berjalan cepat menghampiriku lalu memelukku dengan erat. Ia menangis tersedu-sedu hingga kedua bahunya berguncang hebat.
"Ada apa, Mbak? Kenapa malam-malam kesini?" tanyaku heran.
"Aku di usir, Mir. Aku nggak tahu harus pergi ke mana. Tolongin Mbak Lina, Mir," jawabnya.
"Kenapa di usir, Mbak? Mbak Lina salah apa?"
Mbak Lina menggeleng cepat. "Tolong izinkan Mbak tinggal di sini sementara, Mir. Tolong, ya," pintanya memohon.
"Sayang, biarkan Mbak Lina tenang dulu. Jangan diintrogasi gitu, kasihan," sela Mas Danu.
Suamiku itu lantas memegang kedua pundak Mbak Lina dan membantunya duduk di kursi ruang tamu kami.
"Mbak Lina boleh tinggal di sini, kok. Kami nggak keberatan. Iya, kan, Sayang?" Mas Danu menoleh ke arahku.
Aku tak kuasa menolak, namun aku juga tidak mungkin tega membiarkan Mbak Lina terombang ambing di jalanan di tengah malam begini.
"Baiklah, tapi tolong jelaskan pada kami kenapa Mbak tiba-tiba di usir gini. Siapa tahu kami bisa bantu, Mbak," ujarku.
"Kita bahas besok aja, Sayang. Biarin Mbak Lina istirahat dulu," pinta Mas Danu.
Suamiku itu memang laki-laki yang baik hati. Ia tak pernah tega membiarkan siapapun dalam kesulitan. Tak peduli pada dirinya sendiri, Mas Danu selalu membantu orang lain dengan tulus dan ikhlas.
"Ya sudah! Sini, aku antar ke kamar," ajakku.
"Kamu istirahat aja, Sayang. Biar aku yang antar Mbak Lina," sela Mas Danu.
Laki-laki itu lantas membawakan tas besar milik Mbak Lina dan berjalan lebih dulu menaiki anak tangga.
Di lantai kedua rumah kami, hanya ada satu kamar kosong dan ruang santai. Sementara aku dan Mas Danu lebih suka memilih kamar di lantai dasar karena tak perlu repot naik turun tangga.
Hanya berselang lima menit, Mas Danu langsung kembali ke kamar kami untuk menyusulku.
"Mbak Lina gimana, Mas?" tanyaku.
"Kelihatannya masalah Mbak Lina serius, Sayang. Kasihan dia," gumamnya.
"Iya, kasihan." Aku menganggukkan kepala pelan.
Baru satu tahun yang lalu Mbak Lina menjada. Mas Yanto, suaminya meninggal secara tiba-tiba. Orang bilang karena serangan jantung. Tapi anehnya, Mas Yanto adalah orang yang sangat sehat. Selama menjadi suami Mbak Lina, aku tak pernah mendengar Mas Yanto sakit.
Kabar kematiannya mengejutkan semua orang, bahkan orang tuanya sendiri. Kami tak menyangka, Mas Yanto yang usianya masih tiga puluhan itu meninggal secara tiba-tiba.
Mbak Lina tampak tegar dan sabar saat ditinggalkan oleh suaminya. Kami memang yatim piatu. Meskipun aku dan dia adalah saudara dari ibu yang berbeda, kami tak tetap saling menyayangi.
...
Pagi-pagi sekali aku menyiapkan sarapan sebelum berangkat bekerja. Mas Danu adalah laki-laki pengertian, ia selalu membantuku melakukan semua pekerjaan rumah tanpa rasa canggung.
"Mas, tolong panggilin Mbak Lina dong. Udah siap, nih, sarapannya!" pintaku.
"Ah, iya. Sebentar, ya, Sayang."
Laki-laki itu mencuci tangan setelah membantuku memasak, lalu segera pergi menyusul Mbak Lina ke kamarnya.
Sambil menunggu, aku kembali ke kamar untuk mengganti pakaianku.
Setelah berganti pakaian, aku lantas kembali ke ruang makan. Aku pikir Mas Danu dan Mbak Lina sudah menunggu, nyatanya mereka tak terlihat batang hidungnya.
"Mas!" Aku memanggil Mas Danu dari ujung tangga paling bawah karena enggan naik ke lantai atas.
Katanya cuma panggil Mbak Lina, tapi kok lama?
"Maaf, Sayang. Tadi bantu Mbak Lina beresin lemari," ucap Mas Danu sambil berjalan menuruni anak tangga.
"Oh, Mbak Lina mana?"
"Mandi."
"Ya sudah, kita sarapan dulu, udah siang. Nanti biar Mbak Lina sarapan sendiri, " ajakku.
Mas Danu mengangguk setuju, kami akhirnya sarapan bersama lebih dulu karena khawatir telat ke kantor.
Saat kami berdua hendak berangkat, Mbak Lina turun dari kamarnya. Jika diperhatikan lebih dekat, kakakku itu kini semakin gemuk, tubuhnya lebih berisi dari terakhir kali kami bertemu.
Ia menuruni anak tangga sambil tersenyum, bersenandung pelan menyanyikan sebuah lagu, rambutnya basah digerai panjang sepinggang.
Wajah sedih dan pilu semalam telah hilang, pagi ini Mbak Lina tampak sangat segar dan ceria.
"Kalian mau berangkat?" tanyanya.
"Ah, iya, Mbak. Aku udah masak buat sarapan pagi sama makan siang. Kalau butuh apa-apa, telepon aja," jawabku.
"Terima kasih, ya, Mirah. Hati-hati di jalan." Mbak Lina tersenyum sambil melambaikan tangan.
Aku hanya mengangguk dan berbalik, menyusul Mas Danu yang sudah masuk ke dalam mobil lebih dulu.
"Mas, Mbak Lina cerita sesuatu nggak sama kamu?"
"Cerita apa, Dek? Nggak tuh!"
"Aneh deh, masa semalam nangis-nangis sedih, pagi ini udah biasa aja."
"Apanya yang aneh sih, memangnya kamu lebih suka kalau Mbak Lina sedih kayak semalem?"
Sepanjang perjalanan menuju kantor, pikiranku begitu tidak tenang.
Apa yang membuat Mbak Lina diusir oleh kedua mertuanya, padahal rumah yang ia tempati itu seharusnya telah menjadi haknya?
....
Bab 1 Insiden Mengerikan
14/02/2024
Bab 2 Tidak Sedang Menjual Diri
14/02/2024
Bab 3 Elizabeth
14/02/2024
Bab 4 Kesepakatan
14/02/2024
Bab 5 Hal Yang Mengejutkan
14/02/2024
Bab 6 Kehilangan Pekerjaan
14/02/2024
Bab 7 Sebuah Pertemuan
14/02/2024
Bab 8 Membuat Keputusan
14/02/2024
Bab 9 Wanita Keras Kepala
14/02/2024
Bab 10 Dia Wanita Baik
14/02/2024
Bab 11 Sebuah Rencana Licik
14/02/2024
Bab 12 Kembali Menemukannya
14/02/2024
Bab 13 Anak Nakal
14/02/2024
Bab 14 Sebuah Isyarat
14/02/2024
Bab 15 Kau!
14/02/2024
Bab 16 Anakku
14/02/2024
Bab 17 Jadilah Lelaki Sejati
14/02/2024
Bab 18 Izinkan Aku
14/02/2024
Bab 19 Tidak Boleh!
14/02/2024
Bab 20 Sumber Kebahagiaan
14/02/2024
Bab 21 Bayi Kita
05/03/2024
Bab 22 Ingin Kesempatan
06/03/2024
Bab 23 Sebuah Kisah
07/03/2024
Bab 24 Sebuah Masalah
08/03/2024
Bab 25 Berita Buruk
09/03/2024
Bab 26 Masalah Serius
10/03/2024
Bab 27 Si Gila Yang Memalukan
11/03/2024
Bab 28 Berbagi Ranjang
12/03/2024
Bab 29 Sebuah Ungkapan
13/03/2024
Bab 30 Mencintai Dan Dicintai
14/03/2024
Bab 31 Menembus Pertahanan
15/03/2024
Bab 32 Akhirnya ....
16/03/2024
Bab 33 Kelahiran Sang Pewaris
17/03/2024
Bab 34 Kendrick
18/03/2024
Bab 35 Jatuh Cinta
19/03/2024
Bab 36 Mari Menikah!
20/03/2024
Bab 37 Keanu Yang Sesungguhnya
21/03/2024
Bab 38 The Wedding
22/03/2024
Bab 39 Honeymoon
24/03/2024
Bab 40 Akhir Bahagia
26/03/2024