Benih Sang Pewaris
/0/17021/coverbig.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
ah pintu rumahku itu terdengar begitu keras hingga m
ertengger di atas meja rias, m
alam bertamu,
" Mas Danu langsung turun dari tempat
rjalan mengikuti Mas Danu sambil me
arah luar rumah itu ter
suara Mbak Lin
Danu buru-buru
dengan penampilan yang tak biasa. Ia membawa tas besar di
u lalu memelukku dengan erat. Ia menangis ters
apa malam-malam kes
ahu harus pergi ke mana. Tolon
, Mbak? Mbak Li
zinkan Mbak tinggal di sini sementara
nang dulu. Jangan diintrogasi
a pundak Mbak Lina dan membantun
ok. Kami nggak keberatan. Iya, kan,
mungkin tega membiarkan Mbak Lina teromban
i kenapa Mbak tiba-tiba di usir gini. S
ang. Biarin Mbak Lina isti
membiarkan siapapun dalam kesulitan. Tak peduli pada dirinya sen
, aku antar ke
ng. Biar aku yang antar M
s besar milik Mbak Lina dan berjal
uang santai. Sementara aku dan Mas Danu lebih suka memilih ka
Mas Danu langsung kembali ke
gimana, Mas
bak Lina serius, Sayang
Aku mengangguk
-tiba. Orang bilang karena serangan jantung. Tapi anehnya, Mas Yanto adalah orang yang
tuanya sendiri. Kami tak menyangka, Mas Yanto yang usi
nya. Kami memang yatim piatu. Meskipun aku dan dia adalah sau
.
ekerja. Mas Danu adalah laki-laki pengertian, ia selalu mem
ak Lina dong. Udah siap,
ebentar, ya
h membantuku memasak, lalu segera p
kembali ke kamar untu
g makan. Aku pikir Mas Danu dan Mbak Lina sudah menu
ari ujung tangga paling bawah k
nggil Mbak Lina
beresin lemari," ucap Mas Danu sam
ak Lina
an
udah siang. Nanti biar Mbak
akhirnya sarapan bersama lebih du
nya. Jika diperhatikan lebih dekat, kakakku itu kini semakin
ersenandung pelan menyanyikan sebuah lagu,
elah hilang, pagi ini Mbak Lin
berangkat?
sarapan pagi sama makan siang. Kalau
hati di jalan." Mbak Lina terse
k, menyusul Mas Danu yang sudah
cerita sesuatu n
pa, Dek?
nangis-nangis sedih, p
gnya kamu lebih suka kalau M
enuju kantor, pikirank
edua mertuanya, padahal rumah yang ia te
.