Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TRAUMA  YANG BERUJUNG PADA KEHANCURAN KU

TRAUMA YANG BERUJUNG PADA KEHANCURAN KU

maretsya

5.0
Komentar
518
Penayangan
11
Bab

Gimana sih kamu yang berusaha untuk tidak balas dendam dengan semua orang namun tidak bisa karena amarah dan dendam yang sudah menumpuk membuat mu hilang kendali " Maretsya, hentikan elo bisa bunuh dia!." Ucap Roger. "Diam! dia udah kelewatan gue bakal buat dia mati" Bentak Maretsya "Jangan Maretsya ingat tujuan elo sekolah buat apa bunuh orang."Pinta roger

Bab 1 TRAUMA YANG TERUS MEMBEKAS DIHATI DAN MEMORY

Flesback

"Ampun , Tante." Maretsya sambil menangis saat dia dicambuk dengan rotan.

"Diam! dasar anak gak tau diri kalian udah orang tua gak kasih biaya masih ajah mau sekolahkan kalian semua didepan gw dan mama gw." Bentak Tantenya

Maretsya adalah anak dari keluarga Janson ia disekolahkan didepan neneknya karena takut anaknya telat masuk sekolah.

"Ma, Maretsya dipukuli, kepala maretsya dibenturkan diseret dan dipukuli." Tangis Maretsya pecah

Tidak sampai disitu adik nya juga kena sasaran atas penyiksaan itu dia juga disiksa dan dipukuli namun mereka tak berani melapor karena mereka diancam oleh tante nya.

"Dasar anak gatau diri kalo elo mau sekolah disini elo harus cari duit buat hidupin gue sama nyokap gue paham elo!."bentak tante Maretsya.

"I-ya Tante , Maretsya bakal cari duit tante , tapi jangan siksa Maretsya sama April tante."Mohon Maretsya sambil bersujud dikaki Tantenya.

"Awas elo gak usah sentuh kaki gue!."Bentak Tantenya sambil menendang Maretsya.

Maretsya mulai dari sekolah dasar sudah mencari duit untuk keluarga itu untuk makan dan juga sekolah dia dan juga tantenya bahkan maretya sering bangun subuh dikarenakan dia harus mencuci baju mereka semua memasak dan juga membersihkan rumah begitu la hingga 3 tahun lamanya.

Penyiksaan selama 3 tahun itu meninggalkan bekas teramat besar buat maretsya ya dimana fisik yang sudah berbiru karena bekas cambukan pukulan tamparan bahkan tendangan itu membuat emosionalnya sangat buruk namun maretsya tidak pernah mau melampiaskannya dengan 2 adiknya terkecuali emosi nya sudah membara tak kala adiknya pasti kena pukulan namun pukulan ringan

Dan masa lalu itu selalu datang dipikiran maretsya hingga membuatnya depresi dan harus ke psikologi dan itu juga menjadi penyelesan yang teramat besar untuk kedua orang tuanya

Tak kala maretsya sudah berkali kali ingin mengakhiri hidupnya yang begitu suram namun selalu selamat karena orang tuanya selalu menemukannya dan bahkan menguatkan dia tak luput juga maretsya harus chek ke dokter psikologi dan juga keluar masuk rumah sakit karena luka yang dia buat

Maretsya yang terbiasa mengurungkan diri seharian dengan lampu padam dan juga sunyi membuat orang tua nya panik nya hingga suatu Ketika.....

"Maretsya?."Panggil Ibu nya Maretsya.

Namun tidak ada sautan dari anaknya ditambah ibu itu sudah gedor gedor pintu namun tidak kujung dibuka oleh anaknya

"Nak kamu gak papa kan?." Tanyak Ibu Maretsya dengan nada khawatir tapi tidak kunjung dijawab oleh anaknya

"Pakkk!." Panggil Ibunya Maretsya ke Suaminya

"Kenapa sih bu?." Jawab Papa Maretsya

"Maretsya gak nyaut Ibu khawatir." jawab Ibu Maretsya dengan khawatir.

"Palingan juga tidur ibu." jawab Papa Maretsya.

"Gak dobrak pak buruan ibu khawatir perasaan ibu gak enak pak!." Perintah Ibu Maretsya.

Dan alangkah terkejutnya mereka melihat anak mereka sudah pingsan dengan tangan penuh luka dan juga kepala yang sudah berdarah

Yah maretsya melakukan shalfarm karena kenangan itu menghantui nya.

"Dok gimana keadaan putri saya?." Tanyak Ibu Maretsya dengan sedih.

"Begini ibu sakit mental anak ibu ini sudah tahap melukai diri jadi saya harap Ibu lebih perhatikan benda – benda sekelilingnya ditambah anak Ibu ada riwayat penyakit asam lambung yang parah dan juga darah rendah jangan sampai stress ya Ibu anaknya." Tutur penjelasan dokter.

"Baik dok kami akan lebih ketat dalam pengawasan kami kepada Maretsya." Tutur Ibu Maretsya.

"Oh ya ibu sepertinya obat maretsya tidak dikonsumsi dengan baik ya?." Tanyak dokter

"Saya tidak tau Dokter setahu saya obat dimakan dengan benar karena saya selalu memantau." Tutur Ibu Maretsya.

"Tidak Ibu obat Maretsya tidak dimakan." Jawab Dokter dengan lembut.

Setelah beberapa hari maretsya dirawat dirumah sakit iapun diperbolehkan pulang.

"Maretsya dimakan ya obatnya jangan sampai tidak ok." Pinta dokter

"Baik dokter terimakasih dokter sudah merawat saya." Jawab Maretsya.

Maretsya beserta Ibu dan Ayahnya sudah sampai rumah dan Maretsyapun istirahat.

"Nak ayah tau kamu pasti menderita ayah ada lagu kamu mau gak dengar." Ucap Ayah Maretsya.

"Boleh kok yah." Jawab Maretsya.

"Kamu cari lah di Youtube judulnya saat kau telah mengerti." Ucap Ayah Maretsya sambil mengelus surai rambut maretsya dengan lembut.

"Lagu ap aitu ya kenapa bokap gue pengen gue denger." Ujar Maretsya

Maretsyapun mendengar lagu itu dan ia menangis sambil ikut bernyaanyi

Nak, bila suatu saat kau dengarkan lagu ini

Dan aku sudah tak ada lagi di sampingmu

Kau akan mengerti

Mengapa begitu menyebalkannya ku di matamu

Nak, jika saat nanti kau telah hidup sendiri

Dan dunia ternyata tak seperti harapanmu

Ku ada di sini

Menjadi rumah yang s'lalu menanti kepulanganmu

Kelak kau 'kan jadi orang tua seperti aku

Yang ingin anakmu bahagia dengan hidupnya

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Nak, 'kan tiba waktu kau harus tentukan jalanmu

Yang mungkin tak searah dan indah di mataku

'Pabila terjadi

Berjanjilah kau akan s'lalu menjadi dirimu sendiri

Kelak kau 'kan jadi orang tua seperti aku

Yang ingin anakmu berkuasa atas hidupnya

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Aku adalah jemari dan ibumu penanya

Dan kaulah puisi terindah yang pernah tercipta

Semoga belaian kasihku lembutkan hatimu

Kau harus megah, kau harus indah

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Maretsya terus menangis dikala mendengar lagu itu ia tau ayah nya sangat menayayangi nya, itu lah sebabnya Maretsya begitu tenang

Setelah beberapa bulan berlalu Maretsya sekarang tidak terlalu mengingat masa lalunya ia sudah bisa menerima pelan – pelan semua karena dia tau tidak baik dia menyulitkan kedua orang tua nya terus.

"Ibu Ayah!." Teriak Maretsya dari kamar

Kedua orang tua Maretsyapun khawatir Maretsya melakukan hal seperti dulu, mereka langsung kekamar maretsya dan melihat anaknya ternyata berada diatas kursi

"Kenapa nak ada apa." Ucap Ibu Maretsya dengan khawatir karena melihat putrinya begitu pucat

"Ada tikus Ibu, Maretsya takut." Ucap Matretsya sambil menangis

"Astaga ayah kira ada apa nak, dimana tikusnya." Jawab Ayahnya sambil menahan senyum.

Ibu Maretsyapun menyuruh Maretsya turun karena jujur Ibunya tersebut takut ia Jatuh

"Diawah Kasur ayah." Sahut Maretsya sambil menangis dipelukan Ibunya

"Nih udah ayah tangkap ya, Ibu putri kita takut tikus tapi berani bermain dengan pisau." Ejek Ayahnya

"Ih ayah bodo ah Maretsya ngambek." Gerutu Maretsya

Melihat tingkah putrinya tersebut membuat Kedua orang tua Maretsya hanya tertawa.

Setelah beberapa hari maretsya dirawat dirumah sakit iapun diperbolehkan pulang.

"Maretsya dimakan ya obatnya jangan sampai tidak ok." Pinta dokter

"Baik dokter terimakasih dokter sudah merawat saya." Jawab Maretsya.

Maretsya beserta Ibu dan Ayahnya sudah sampai rumah dan Maretsyapun istirahat.

"Nak ayah tau kamu pasti menderita ayah ada lagu kamu mau gak dengar." Ucap Ayah Maretsya.

"Boleh kok yah." Jawab Maretsya.

"Kamu cari lah di Youtube judulnya saat kau telah mengerti." Ucap Ayah Maretsya sambil mengelus surai rambut maretsya dengan lembut.

"Lagu ap aitu ya kenapa bokap gue pengen gue denger." Ujar Maretsya

Maretsyapun mendengar lagu itu dan ia menangis sambil ikut bernyaanyi

Nak, bila suatu saat kau dengarkan lagu ini

Dan aku sudah tak ada lagi di sampingmu

Kau akan mengerti

Mengapa begitu menyebalkannya ku di matamu

Nak, jika saat nanti kau telah hidup sendiri

Dan dunia ternyata tak seperti harapanmu

Ku ada di sini

Menjadi rumah yang s'lalu menanti kepulanganmu

Kelak kau 'kan jadi orang tua seperti aku

Yang ingin anakmu bahagia dengan hidupnya

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Nak, 'kan tiba waktu kau harus tentukan jalanmu

Yang mungkin tak searah dan indah di mataku

'Pabila terjadi

Berjanjilah kau akan s'lalu menjadi dirimu sendiri

Kelak kau 'kan jadi orang tua seperti aku

Yang ingin anakmu berkuasa atas hidupnya

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Bila bentakan kecilku patahkan hatimu

Lebih keras dari itu, dunia 'kan menghakimimu

Kubentuk dirimu menjadi engkau hari ini

Kau harus kuat, kau harus hebat

Aku adalah jemari dan ibumu penanya

Dan kaulah puisi terindah yang pernah tercipta

Semoga belaian kasihku lembutkan hatimu

Kau harus megah, kau harus indah

Kau harus kuat, kau harus hebat

Permata hatiku

Maretsya terus menangis dikala mendengar lagu itu ia tau ayah nya sangat menayayangi nya, itu lah sebabnya Maretsya begitu tenang

Setelah beberapa bulan berlalu Maretsya sekarang tidak terlalu mengingat masa lalunya ia sudah bisa menerima pelan – pelan semua karena dia tau tidak baik dia menyulitkan kedua orang tua nya terus.

"Ibu Ayah!." Teriak Maretsya dari kamar

Kedua orang tua Maretsyapun khawatir Maretsya melakukan hal seperti dulu, mereka langsung kekamar maretsya dan melihat anaknya ternyata berada diatas kursi

"Kenapa nak ada apa." Ucap Ibu Maretsya dengan khawatir karena melihat putrinya begitu pucat

"Ada tikus Ibu, Maretsya takut." Ucap Matretsya sambil menangis

"Astaga ayah kira ada apa nak, dimana tikusnya." Jawab Ayahnya sambil menahan senyum.

Ibu Maretsyapun menyuruh Maretsya turun karena jujur Ibunya tersebut takut ia Jatuh

"Diawah Kasur ayah." Sahut Maretsya sambil menangis dipelukan Ibunya

"Nih udah ayah tangkap ya, Ibu putri kita takut tikus tapi berani bermain dengan pisau." Ejek Ayahnya

"Ih ayah bodo ah Maretsya ngambek." Gerutu Maretsya

Melihat tingkah putrinya tersebut membuat Kedua orang tua Maretsya hanya tertawa.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh maretsya

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku