Dipaksa oleh keadaan, Anggita, anak kuliahan yang baru berumur 20 tahun, memberanikan diri untuk mendaftar menjadi Sugar Baby dalam sebuah aplikasi demi uang. Sayang karena berbadan gemuk dan berkulit gelap, tidak ada yang tertarik padanya. Hingga seorang pengacara sukses bernama Devano Abimanyu menemukan bahwa Anggita tepat seperti wanita yang dicarinya. Tanpa keraguan, Devano menghubungi Anggita dan bersedia membayar semua kebutuhan Anggita selama hubungan mereka berjalan. Sebelum dia menyetujui apa pun, dia menetapkan aturannya: Dia yang memegang kendali. Dia akan memberinya lebih banyak kenikmatan daripada yang pernah dia rasakan. Dalam keadaan apa pun, Anggita dilarang untuk jatuh cinta padanya. Bisakah Anggita mengikuti aturannya? Akankah Anggita akhirnya jatuh cinta? Dan apakah Anggita akan pergi dengan hati yang hancur? Ini aturan Devano, tapi seperti yang dikatakan pria itu, aturan ada untuk dilanggar.
Anggita-atau dipanggil Gigi oleh semua temannya- menarik ponselnya dan menyalakan lahar. Ketika tidak melihat ada notifikasi apapun, ia menghela napas dan memasukkannya kembali ke saku.
Memaksakan senyuman di wajah, ia berjalan ke belakang kasir sebelum mulai melayani antrian panjang yang ada di depannya.
Bekerja di sebuah cafe kopi bukanlah ide menyenangkan baginya, tetapi tempat itu dekat dengan kampus dan memberinya cukup uang untuk bertahan hidup. Masalahnya, belakangan ini ia mengalami serangkaian kesialan, dan jika ia tidak segera mendapatkan uang, ia benar-benar akan berada dalam masalah besar.
Ibu kosnya sudah mendatanginya berkali-kali akan biaya sewa yang menunggak. Ditambah hutang paylater yang ia pakai untuk biaya rumah sakit dan kuliah. Semakin memikirkan hutangnya, semakin keringatnya bercucuran.
Hidup seharusnya tidak serumit ini. Masa kuliah seharusnya menjadi waktu terbaik dalam hidupnya. Namun kenyataan sering berbeda dari rencana. Dan ia tidak punya pilihan selain mencoba aplikasi itu.
Ia mendengar tentang aplikasi itu dari beberapa teman kampusnya. Aplikasi dengan nama Luxy itu dirancang khusus untuk pria kaya yang mencari hubungan dengan wanita lebih muda. Temannya mengatakan aplikasi itu seperti forum kencan online. Ia bisa memilih pria yang akan diterimanya sebagai Sugar Daddy dan membatalkan kapan saja ia merasa tidak nyaman. Benar pada akhirnya semua akan mengarah ke seks, tapi setidaknya ia memiliki pilihan.
Jujur, Anggita sebenarnya tidak yakin akan ada pria yang mengklik fotonya. Ia adalah satu-satunya wanita berisi di aplikasi tersebut, dan ia sudah memeriksa. Pria-pria tidak menginginkan wanita yang lebih berisi dan montok sepertinya. Mereka ingin gadis ramping dengan kulit putih seperti artis Korea.
Mungkin ada bagusnya tidak ada yang memilihnya. Meski sebagian dari dirinya menginginkan bantuan, sementara sebagian lainnya mengatakan bahwa hal ini sama saja dengan menjadi pelacur.
Anggita tersenyum saat seorang wanita datang ke konter.
"Mau pesan apa?"
"Latte. Tanpa gula, cepat."
Anggita dengan cepat melayani wanita itu. Ia meletakkan cangkir kopi di depan wanita itu yang langsung membayar dan membawa pergi tanpa berkata apa-apa.
Ada orang-orang yang kadang sangat kasar, tetapi Anggita tetap tersenyum sebelum menghela napas dan memasukkan uang receh kembalian wanita itu ke dalam kotak TIP.
Setidaknya ia tidak menjual keperawanannya. Kesuciannya sudah lama hilang saat ia menyerahkannya pada kekasih masa SMA nya.
Teman-teman yang pernah mencoba aplikasi mengatakan bahwa hanya dalam beberapa kali kencan, mereka bisa membeli tas mewah dan barang bermerk. Ia tidak butuh tas mewah atau barang bermerk, ia hanya perlu jalan keluar untuk bisa membayar hutang dan mungkin menabung.
Namun, bisakah ia melakukannya?
Menjelang akhir shift-nya, Anggita sudah hampir menghapus namanya dari situs itu sebelum memutuskan untuk membiarkannya karena toh belum tentu akan ada yang memilihnya.
Keluar dari kedai kopi, ia mengambil tas selempang yang penuh dengan buku-buku, dan berjalan menuju kosan.
Ia tidak melihat ponselnya, menolak melihat apakah ada seseorang yang mungkin menginginkannya. Menempatkan dirinya dalam situasi seperti ini hanya membuatnya merasa makin minder.
Sudah satu minggu berlalu sejak ia mendaftar, dan tidak ada satupun kabar dari aplikasi itu.
Semua ini hanya membuktikan bahwa orang tuanya benar. Ia tidak berharga, dan tidak ada yang bisa menginginkannya.
Sampai di pintu kos, ia melihat selembar kertas melekat di pintunya dengan tulisan:
"Anggita, ini bulan terakhir ibu bisa beri kamu kelonggaran. Kalau sewa kos belum dibayar sampai akhir bulan, ibu terpaksa harus mengusir kamu keluar kos, ya. Ttd: Ibu Tuti."
Anggita membenturkan kepalanya ke pintu.
Pada tahun pertama, ia merasa terbang tinggi karena kebahagiaan. Beasiswa penuh, jauh dari keluarga yang tidak pernah berhenti mengkritiknya, dan pekerjaan. Bisa dibilang, ia berhasil. Satu tahun sukses diikuti oleh tahun kedua yang penuh kesialan. Beasiswa penuh itu diturunkan menjadi hanya sebagian, sehingga ia harus mulai menggunakan semua tabungannya untuk membayar kuliahnya. Belum lagi sakit yang membuatnya harus bolak-balik ke rumah sakit.
Sekarang, di tahun ketiga, ia benar-benar tenggelam dalam hutang.
Membuka pintu kos, Anggita menyalakan lampu, dan berjalan menuju kompor kecil yang ada di sudut kamar.
Mungkin makan akan membantunya berpikir. Ia mengambil sebuah panci dan mengisinya dengan air sebelum meraih sebungkus mie instan dari lemari. Ia benci mie instan. Rasanya tidak enak dan membuatnya kembung, tetapi mie murah, dan ia bisa menghemat banyak uang dengan cara ini.
Saat mie sedang dimasak, ponselnya berbunyi. Mengambilnya dari saku, ia melihat ada notifikasi dari aplikasi Luxy yang di downloadnya seminggu yang lalu.
Seseorang menghubunginya!
Mematikan kompor dan memindahkan mi ke mangkuk, Gigi duduk di atas lantai sebelum membuka pesan yang masuk.
Daddy D: "Halo, aku suka fotomu, dan ingin tahu apakah kamu ingin bertemu."
Gigi menatap pesan itu, tidak yakin harus berkata apa. Tidak ada foto di profil pria itu, hanya nama, "Daddy D."
Menggigit bibirnya, Gigi memutuskan untuk membalas pesan.
Anggita: "Kapan dan di mana?"
Jantung Gigi berdegup kencang saat menunggu balasan. Untung, ia tidak perlu menunggu lama sebelum ponselnya berdenting lagi.
Daddy D: "Bagaimana kalau di cafe Solare dekat kampus? Besok pukul 12 siang?"
Gigi mengusap wajahnya. Cafe Solare adalah cafe tempatnya bekerja.
Ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Bagaimana jika pria ini adalah orang aneh yang mencari korban berikutnya dan ia adalah korbannya?
Waktu berlalu, dan pesan lain masuk.
Mengklik tombol, Gigi membaca.
Daddy D: "Mereka memiliki kopi yang enak. Dan lokasinya juga cukup ramai untuk pertemuan kita, jadi kau tidak perlu khawatir."
Diakui Anggita pria itu tidak salah. Tempat itu memang ramai di siang hari. Dan ia mengenal semua orang yang akan bekerja di sana besok. Ia akan berada di tempat paling aman yang bisa dipikirkannya untuk pertemuan pertama dengan orang asing.
Menghela napas, Gigi memberanikan diri dan membalas.
Anggita: "Baiklah. Sampai jumpa besok."
Bab 1 Aplikasi Luxy
18/10/2024
Bab 2 Pertemuan Pertama
18/10/2024
Bab 3 Siap
18/10/2024
Buku lain oleh DFE
Selebihnya