Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Isaknya membuat ibunya mengelus rambutnya dengan lembut. Reina tak bisa berkata-kata karena akhirnya dia melahirkan bayi yang tak bernyawa.
"Rein, jangan sedih terus! Minumlah, biarkan bayimu kembali menghadap ke Sang Pencipta dengan tenang,"
Ibunya mencoba menenangkan, membuat Reina menitikkan air mata lagi. Dia lelah telah menjaga hati dan perasaan. Pikirannya tak tenang dan harus berjuang sendiri tanpa suami yang mendukungnya.
Ia hampir tidak percaya jika apa yang dirasakannya ternyata dirasakan juga oleh bayinya.
Saat mengandung bayi itu, dia selalu mendapatkan tekanan karena ulah suami yang tidak bertanggung jawab. Reina tidak bisa tidur dengan tenang. Ada yang mengganjal dalam hatinya dan ternyata saat datang ke seorang bidan, bayinya sudah tidak ada detak jantungnya.
"Bu ... aku mau mati saja kalau begini,"
Tangisnya pecah saat melihat bayinya meninggal dalam kandungan. Ia menangis tak terima kenyataan yang ada. Terlebih suaminya menggugat cerai dan belakangan ia baru mengetahuinya, gugatan yang dilakukan sang suami karena dia berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
"Bu, Reina benar-benar tidak bisa menerima ini. Kenapa Mas Hans harus selingkuh, dengan sahabatku lagi!"
Ibunya mengusap rambutnya, "Bu, lebih baik ikut bayiku dan tidak harus melihat orang-orang seperti mereka bahagia,"
"Jangan bilang begitu, pamali, minumlah dulu. Kita akan mengubur bayimu setelah ashar nanti!"
"Aku nggak mau ikut, Bu. Nggak tega melihatnya, dia masih sangat kecil, Bu, hiks ..."
"Nak Reina, sudah jangan sedih terus. Jangan ditangisi lagi, biarkan bayimu tenang di alam sana, bisa jadi tabungan di akhirat kelak," tetangganya yang menjenguk mencoba menenangkannya.
Reina, baru saja melahirkan bayinya tapi dalam keadaan meninggal dunia. Karena tekanan batin dan pikiran, membuat kehamilannya terganggu dan mengakibatkan kematian pada bayinya.
Reina makin terpuruk dan tak memiliki pegangan bahkan untuk tempat bersandar pun tidak ada. Betapa tidak, merasakan semua beban hidupnya yang makin hari makin membuat dirinya jadi tak menentu.
Bayi yang dilahirkannya saat masih berada di dalam perutnya yang telah berusia delapan bulan tak bisa diselamatkan. Itulah mengapa setiap ibu hamil wajib menjaga ketenangan hati dan pikiran.
Karena tekanan pikiran yang dirasakannya itulah, membuatnya harus banyak mengalami stress yang berimbas pada kandungannya.
Pagi tadi, ia merasakan sakit yang begitu hebat saat baru selesai memasak di dapur. Ibunya baru saja pulang dari jualan berkeliling. Ia terpaksa dilarikan ke bidan terdekat dan disana di rujuk ke rumah sakit yang kata dokter bayi dalam kandungannya tak lagi memiliki detak jantung hingga akhirnya harus melahirkan
Untungnya kelahiran itu dilakukannya secara normal tapi saat bayinya keluar sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Satu minggu setelah pemakaman itu, ia selalu melamun. Tagihan demi tagihan datang silih berganti. Ibunya hanya bisa memberikan janji pada si pemberi hutang untuk membayar hutang-hutangnya saat melahirkan bayinya dan proses pemakaman yang membutuhkan uang cukup banyak kemarin.
Suami yang seharusnya membantunya serta memberinya perlindungan, atau pun mengurus pemakaman bayi mereka ternyata tak datang bahkan tak memberi keterangan apapun saat pihak keluarganya menghubungi suaminya.
Sungguh keji hingga ibunya minta dia melupakannya dan tak lagi berhubungan dalam bentuk apapun juga. Sampai sekarang ketuk palu perceraian pun belum dilakukan tapi tahu-tahu terdengar kabar kalau mantan suaminya telah menikah siri dengan wanita lain yang jadi selingkuhannya.
"Sebaiknya kamu sehatkan tubuhmu biar nanti bisa kerja. Hutangmu banyak apalagi suamimu lepas tangan dan main gugat cerai saja!"
Reina hanya diam saja, tidak ada dalam pikirannya memikirkan suami durjana itu, seorang pria busuk yang berselingkuh di belakangnya. Yang dipikirkannya sekarang bagaimana dia bisa membayar hutang-hutangnya.
"Bu ... " panggilnya.
"Ada apa?"