Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Liar Janda Muda

Hasrat Liar Janda Muda

Ayri1005

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
10
Bab

Karin adalah seorang janda muda kaya raya di Kota A, setelah kematian suaminya setahun lalu, ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki mana pun karena dirinya begitu angkuh dan tidak ingin berinteraksi dengan dunia luar. Selama ini, Karin hanya sibuk mengurus perusahaan yang ia rintis sejak ia masih gadis. Setelah menikah dengan suaminya bernama Edo, ia menyerahkan perusahaan tersebut pada sang suami. Karin sangat percaya pada Edo dalam mengurus perusahaannya, tanpa terasa menjelang satu tahun pernikahan, wanita cantik itu mengetahui suaminya selingkuh dan memutuskan untuk bercerai. Ketika Karin ingin mendaftarkan perceraiannya ke kantor pengadilan agama, ia mendapat kabar bahwa Edo kecelakaan dan meninggal di tempat. Semenjak kejadian ini, Karin menutup pintu hatinya untuk lelaki mana pun. Kira-kira Karin akan terus sendiri atau adakah seorang lelaki yang berhasil mengetuk pintu hati janda muda cantik ini??? Penasaran kan!!!!

Bab 1 1.pertemuan yang direncanakan

Jam menunjukkan angka 21:00 pada jam dinding dalam ruangan yang memiliki nuansa putih. Seorang gadis cantik dengan pakaian kerjanya yang masih utuh tanpa terlihat kusut sedikit pun beranjak dari kursi kerjanya. Karin adalah panggilan gadis cantik itu yang telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang fashion dan food pada usianya yang terbilang masih muda yakni 24 tahun. Akan tetapi pada umurnya yang sekian, dirinya belum memiliki seorang kekasih atau pun pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran layaknya anak muda lainnya.

Karin memanfaatkan masa mudanya hanya untuk bekerja dan bekerja, ia tidak pernah peduli tanggapan orang lain terhadapnya, walaupun kadang kala ia sakit hati mendengar cemoohan para tetangga yang julid pada dirinya. Karin berjalan menuju mobilnya yang berada di tempat parkir, kemudian masuk dan mengemudikan mobil tersebut hendak menuju tempat yang telah ia pikirkan.

Lima belas menit kemudian, Karin telah sampai di depan sebuah bangunan mewah dengan warna serba putih serta ukiran yang ada di setiap sudut bangunan itu menambah seni rumah tersebut. Gadis cantik itu membuka pintu dengan perlahan, ia melihat kedua orang tuanya masih setia menunggu kehadiran dirinya.

"Ma, Pa, belum tidur? Sampai kapan kalian akan seperti ini, aku sudah bukan anak kecil lagi yang harus ditunggu setiap malamnya" ucap Karin pada kedua orang tuanya.

"Seharusnya papa yang menyampaikan hal itu padamu, Karin. Usiamu sudah matang untuk berkeluarga, apalagi yang ingin kamu cari? Pendidikan dan karir sudah kamu dapatkan. Sebaiknya kamu menikah, Nak!"

"Papa kamu benar, Karin. Usia kami pun sudah tidak muda lagi, mama ingin di saat seperti ini memiliki seorang menantu dan cucu. Mama tidak ingin meminta apa pun darimu, hanya itu saja. Menikahlah!"

Karin menghela nafasnya, ia tidak tahu harus mengatakan apa pun lagi terhadap kedua orang tuanya. Sebenarnya sebagai seorang wanita normal, ia juga ingin memiliki seorang suami tetapi ia juga kebingungan untuk mencari seorang lelaki yang pantas dijadikan sebagai imamnya seumur hidup.

"Sudahlah Ma, Pa, besok saja kita lanjutkan pembahasan ini. Karin capek, mau tidur dulu" gadis cantik itu meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar.

Papa serta mama Karin hanya bisa menatap kepergian putri semata wayangnya dengan pasrah tanpa ingin memperpanjang masalah. Mereka sebenarnya kasihan serta ketakutan akan masa depan putrinya. Sejak Karin merintis usahanya, gadis cantik itu tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun kecuali karyawannya di kantor, itu pun hanya sebatas sapaan dari bawahan ke atasan.

Karin merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan padat itu, ia menatap langit-langit kamarnya seraya memikirkan ucapan kedua orang tuanya. Dalam lamunannya tersebut, gadis cantik itu pun tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

***

Mentari pagi menerpa wajah Karin yang masih terlelap, merasa silau oleh cahaya tersebut gadis cantik itu memutuskan membuka matanya dan bergegas menuju kamar mandi. Karin bukan tipikal wanita yang berlama-lama berada di kamar mandi, gadis cantik itu memilih pakaian yang akan ia kenakan hari ini. Setelah sekian menit bekerja di depan cermin, Karin tersenyum tipis menatap bayangan dirinya yang ada di dalam cermin.

"Cantik, hari ini kamu benar-benar sempurna!" puji Karin pada dirinya sendiri.

Karin selalu berpikir jika ia tidak mendapatkan pujian dari orang lain, maka ia sendiri yang akan memuji dirinya. Gadis cantik itu menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan, Karin beserta kedua orang tuanya memiliki rutinitas yang teratur, bagaimanapun sibuknya kegiatan di luar mereka tidak akan melewatkan sarapan bersama.

"Pagi, Ma, Pa! Enak banget sarapannya nih, mama yang masak ya?"

"Bukan mama yang masak, Nak. Tapi mbok Ijah, ayo sarapan dulu!"

Karin bersama kedua orang tuanya menyantap sarapan dengan lahap, mbok Ijah memang tidak pernah mengecewakan lidah keluarga Karin. Setelah rutinitas pagi selesai, Karin beranjak dari kursinya dan tidak lupa pamit kepada kedua orang tuanya.

"Karin, nanti jam istirahat temui papa di kafe dekat perusahaanmu! Papa ingin mengenalkanmu dengan seseorang," ucap papa Karin.

Karin hanya mengangguk lalu bergegas keluar rumah, gadis cantik itu melajukan mobilnya menuju perusahaan. Selama di jalan Karin membayangkan lelaki seperti apa yang akan ia temui nanti, tetapi ia percaya jika sangat papa tidak akan mengecewakan dirinya.

Di perusahaan, seluruh karyawan menyapa Karin dengan sopan serta ramah. Mereka tidak pernah berinteraksi dengan gadis cantik itu selama bekerja kecuali sang sekretaris yang bernama Maya. Maya adalah sekretaris Karin di perusahaan tersebut, bagi Karin Maya bukan hanya sekretaris tetapi juga sebagai sahabat. Mereka sangat akrab waktu kuliah dulu, sehingga ketika Karin memutuskan untuk merintis usaha, Maya siap membantu dan selalu berada di samping sahabatnya itu.

"Pagi-pagi udah melamun aja, Neng! Nanti kesambet genderuwo baru tau," ceplos Maya yang sudah masuk ke ruangan Karin.

"Apaan sih, siapa juga yang melamun! Mungkin tahun ini adalah tahun terakhirku menjomblo, Maya. Papa akan mengenalkanku dengan seorang lelaki nanti," ujar Karin pada sekretarisnya.

"itu berita bagus, Bos. Setelah sekian purnama aku menunggu berita ini, akhirnya anda punya jodoh juga. Dulu aku sempat berpikir kalau kamu akan menjadi perawan tua selamanya"

"Tapi aku khawatir tidak cocok dengan lelaki itu dan mengecewakan papa, sudahlah ini bukan saatnya memikirkan hal itu. Berikan padaku kontrak kerjasama kemarin, aku ingin mempelajari terlebih dahulu!"

Maya memberikan kontrak tersebut pada sangat bos, lalu ia keluar dari ruangan tersebut. Karin menelusuri setiap tulisan pada kontrak tersebut, sebagai seorang pengusaha muda ia harus hati-hati dalam hal tersebut jika tidak ingin dirugikan.

***

Di sebuah kafe yang berada di dekat perusahaan Karin, seorang pemuda tengah duduk sembari menunggu pesanannya. Ia terlihat begitu gelisah karena dirinya akan bertemu dengan orang penting, ia tidak berhenti menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Edo! Kamu sudah lama menunggu saya?" sapa seorang pria yang tak lain adalah papa Karin.

"Pak Handoko? Iya, saya adalah Edo yang ingin berkenalan dengan putri anda," balas Edo pada papa Karin.

Handoko memperhatikan penampilan Edo dari ujung rambut hingga ujung kaki, ia tidak ingin mengecewakan putrinya nanti. Ia berharap jika lelaki yang berada di hadapannya saat ini adalah imam seumur hidup untuk Karin.

"Kalau boleh tahu, kegiatan saat ini apa? Maksud saya sudah bekerja atau apa gitu?" tanya Handoko pada Edo.

"Alhamdulillah saya sudah bekerja di perusahaan tambang, Pak! Ini kartu Identitas saya dalam bekerja," Edo menyerahkan sebuah kartu kecil pada papa Karin.

Handoko mencermati kartu tersebut dan mengangguk-anggukkan kepalanya, ia percaya jika Edo adalah calon suami yang pantas untuk putrinya. Edo sendiri tidaklah jelek dan lumayan tampan serta sudah memiliki pekerjaan tetap.

Karin menelusuri setiap sudut kafe untuk menemukan papanya, tidak lama untuk melakukan hal itu Karin berjalan menuju tempat Handoko.

"Udah lama nunggu, Pa? maaf, kerjaan di kantor banyak banget. Kok mejanya masih kosong, belum pada pesan makanan ya!" ucap Karin pada Handoko tanpa melirik pemuda yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Sudah papa pesan, mungkin bentar lagi selesai. Oh iya, perkenalkan ini Edo yang papa mau kenalkan sama kamu,"

Edo mengulurkan tangannya kepada Karin, lalu gadis cantik itu menyambutnya dengan ramah walaupun ia merasa canggung.

"Cantik banget nih cewek, aku harus bisa mendapatkannya. Dimana lagi aku dapat wanita kaya dan cantik seperti ini," batin Edo seraya menatap Karin.

"Pertemuan macam apa ini? Aku kira akan bertemu dengan seorang pangeran, eh tahunya sama buaya buntung kayak gini. Siapa saja tolong selamatkan aku dari situasi yang menjijikkan ini!" balas Karin dalam batinnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku