Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
350
Penayangan
5
Bab

Dia hanyalah anak angkat, namun kedua orang tua dan saudara-saudaranya mendukung dirinya untuk menjadi pejantan tangguh, yang mampu menaklukan setiap wanita. Siapakah pria itu?

Bab 1 Rencana Desy

Mereka baru saja selesai makan hidangan lezat yang di masak oleh Desy, dan setelah duduk bersama di ruang tamu sambil membaca, menonton TV, dan mendengarkan musik, Rey dan keempat adik angkatnya perlahan pergi untuk tidur.

Keluarga Fahri memiliki lima anak angkat yang tampan dan cantik. Anak angkat yang pertamana bernama Rey yang berusia dua puluh tahun, lalu ada si kembar Wanda dan Windi yang hampir berusia sembilan belas tahun, Indah baru berusia delapan belas tahun dan yang terakhir Risma yang berusia tujuh belas tahun.

Kelima anak tersebut semuanya adalah anak angkat, dan mereka berdua telah memberitahunya pada kelima anaknya bahawa mereka bukan anak kandung Fahri dan Desy. Karena Desy dan Fahri tidak bisa memiliki anak, sehingga mereka berdua terpaksa untuk mengadopsi kelima anak tersebut di panti aduhan.

Mereka berlima dididik di rumah oleh Fahri dan Desy dengan penuh kasih dan mereka berdua memastikan untuk memberikan mereka berlima pendidikan yang terbaik sepanjang hidupnya. Selain itu, masing-masing dari mereka bekerja dan membantu kedua orang tua angkat di sekitar rumah dan perkebunan.

Setelah semua telah kembali ke kamarnya masing-masing, Desy langsung menahan tubuh Fahri yang hampir tertidur di ruang tamu, dengan penuh kasih sayang ia menarik suaminya untuk pindah ke kamar tidur. Kini Desy dan Fahri sedang bersiap-siap untuk tidur dan masuk ke dalam selimut.

"Sayang," kata Desy tak lama setelah Fahri naik ke tempat tidur, "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu malam ini."

Terlihat Fahri begitu lelah untuk mendengarkan suara dari istrinya. Karena dirinya sudah seharian bekerja di kebun.

"Ada apa, Sayang?" tanya Fahri sambil menatap istrinya.

Lampu samping tempat tidur memancarkan cahaya temaram di wajah cantik istrinya dan rambut hitamnya yang panjang terurai.

"Aku ingin bicara denganmu tentang Rey dan Wanda, Windi." kata Desy kepada suaminya dengan suara lembut.

"Oh," kata Fahri, "Ada apa dengan mereka bertiga, Sayang?" Fahri terkejut.

"Ulang tahun mereka bertiga sebentar lagi, Rey akan berusia dua puluh tahun, sedangkan si kembar sembilan belas tahun," kata Desy. "Kita belum tau apakah Rey akan menjadi pejantan tangguh untuk para gadis atau enggak. Kalau Rey gak bisa akan berakibat fatal."

"Tapi Des," kata Fahri sambil mendesah, "Aku udah membicarakan hal ini padamu, Rey pasti akan menjadi pejantan tangguh di kota ini. Percayalah."

"Aku tau itu," kata Desy sedikit frustrasi, "Bukan itu yang aku maksud. Aku hanya ingin memastikan, kalau mereka bertiga harus sudah siap untuk kita beri pelajaran orang dewasa."

"Sayang," kata Fahri kepada istrinya dengan penuh kasih sayang, "Rey dan Winda, Windi sama-sama cerdas. Menurutku kita gak usah khawatir tentang hal itu."

"Bagaimana jika mereka gagal dan gak bisa mempelajari dari kita, tentang keintimannya?" Desy bertanya, "Itulah yang selalu aku khawatirkan, terutama Wanda dan Windi. Mereka gak pernah punya teman seusia mereka selain saudara angkatnya. Aku tau mereka bertiga ramah, cerdas, dan baik. Tapi, mereka harus punya teman saat dewasa nanti, pacar dan kekasih. Mereka bertiga bahkan belum pernah merasakan yang namanya ciuman pertama, apalagi masalah seks."

"Jadi itu yang kamu khawatirkan Des." Fahri berkata dengan penuh pengertian. "Aku mengerti, memang benar ucapanmu itu. Kita perlu bicara dengan mereka sebelum mereka bertiga pergi dari rumah ini. Kita berdua harus jelaskan kepada mereka secara lebih rinci tentang cara melakukan seks yang baik dan benar, dan kita juga harus memastikan mereka tetap aman, tanpa hamil atau menghamili seseorang."

"Fahri," kata Desy kepada suaminya sambil menatap tajam ke mata hitamnya. "Aku rasa itu gak bakal cukup untuk membuat mereka bertiga mengerti dan memahami maksud kita, kita harus praktek langsung."

"Baiklah, jadi apa saranmu?" Fahri bertanya kepada istrinya.

"Kita perlu melakukan pendekatan langsung pada mereka bertiga secepatnya."

"Apa maksudnya?" tanya Fahri heran dan langsung sadar. Ia menatap tajam ke arah istrinya.

"Maksudnya, mereka harus benar-benar melihat bagaimana cara hubungan seks dan bagaimana cara melakukannya yang baik dan benar agar tidak hamil atau menghamili." kata Desy, sedikit takut dengan tanggapan suaminya.

"Apa kamu serius?" tanya Fahri hampir melompat dari tempat tidur. "Jadi, kamu ingin memanggil mereka kesini malam ini sambil berkata, 'Hai kalian bertiga, silakan duduk dan tonton aku dan Desy yang sedang bercinta agar kalian siap melakukannya?"

"Itu salah satu pilihan terbaik Fahri, mereka harus tau caranya." Kata Desy berusaha tetap tenang, tetapi bisa merasakan wajahnya mulai memerah.

"Hanya itu caranya?" kata Fahri tidak percaya. "Apa gak ada cara yang lain lagi?" tanyanya hampir takut mendengar jawabannya.

"Sayang, aku tau itu sulit bagimu untuk mendengar, dan percayalah padaku, sulit bagiku untuk membicarakannya. Tapi! Tolong dengarkan aku sampai tuntas." Desy berkata sambil mencoba menenangkan suaminya. "Pilihan lain, yang menurutku akan lebih baik bagi mereka adalah, agar mereka bertiga benar-benar merasakan seks secara langsung. Hanya itu pilihan terbaik bagi mereka. Kamu gak mau kan jika suatu saat Rey menghamili gadis lain, atau Wanda, Windi hamil gara-gara lelaki yang lain."

"Dengan siapa mereka bertiga akan berhubungan itu?" Fahri bertanya sambil berusaha terdengar tenang seperti yang di tanyakan istrinya. "Kamu ingin Rey berhubungan seks dengan Wanda, Windi?" Fahri bertanya untuk memastikan

"Aku udah memikirkannya matang-matang." Desy mengakui. "Tapi kurasa itu mungkin terlalu traumatis untuk pertama kalinya bagi mereka bertiga." Desy berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku sebenarnya sedang memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa merasakan, dan tentu saja kita yang akan mengajarkannya langsung kepada mereka." Desy berkata dan menunggu tanggapan dari suaminya.

"Kita?" Fahri terkejut. "Sayang, aku mencintaimu lebih dari apa pun," kata Fahri dengan nada lembut dan memeluk erat istrinya, "Kamu serius tentang ini Des. Tentang berhubungan seks dengan anak angkat kita sendiri!"

"Fahri," kata Desy dengan suara penuh pengertian, "Aku tau ini terdengar aneh dan salah dan mungkin bahkan kamu gak suka, tetapi aku ingin kamu memikirkan apa yang terbaik bagi mereka bertiga. Bayangkan jika mereka pergi ke kota. Bayangkan hubungan seksual pertama si kembar dengan lelaki lain. Dia mungkin akan mulai berkencan dengan lelaki pertama yang mendekatinya dan kita berdua tau itu bukan lelaki yang baik untuknya. Pikirkan lagi Fahri, ini demi mereka bertiga."

Desy berkata lagi. "Si kembar gak akan tau apa yang sedang mereka lakukan, dan aku yakin, lelaki itu akan memanfaatkannya. Dia akan melakukan apa pun yang dia inginkan dengan si kembar. Dia bahkan mungkin membujuknya untuk tidak menggunakan kondom, karena si kembar gak tau perbedaan antara berhubungan seks dengan kondom atau tanpa kondom. Itu akan menyebabkan si kembar yang cantik hamil dan hidup mereka akan hancur berantakan."

Saat Fahri mendengarkan istrinya bicara, dia mulai memahami apa yang sedang dibicarakan olehnya. Gambaran dari istrinya sudah terlihat jelas, yang sudah di ucapkan oleh istrinya sama sekali tidak mengada-ada dan tidak mungkin dia akan membiarkan hal semacam itu terjadi pada salah satu anak angkatnya. Walaupun anak angkat, mereka berdua begitu sayang terhadap lima anak angkatnya.

"Aku setuju denganmu. Des." Fahri berkata kepada istrinya sambil merenungkan kata-katanya sejenak dalam diam. "Apa yang kamu sarankan, aku setuju."

"Aku belum memikirkannya dengan matang," kata Desy kepada suaminya. "Tapi pada dasarnya, aku pikir saat mereka berusia dua puluh dan sembilan belas tahun, kita akan mengajak Rey dan si kembar kedalam kamar di malam hari, membicarakan tentang seks dengan mereka bertiga, lalu melakukannya bersama-sama." Desy sudah selesai bicara dan ia memperhatikan suaminya yang sedang mempertimbangkan masalah ini dalam diam.

"Kurasa kalau kita benar-benar melakukan ini, aku gak tega Des dengan si kembar, kamu aja yang bimbing Rey, lalu ajarkan Rey untuk berhubungan intim dengan si kembar." Kata Fahri kepada Desy. Ia tidak percaya bahwa ia benar-benar memikirkannya dengan serius. "Kamu dan Rey di satu kamar dan setelah itu ajak Rey di kamar lain dengan si kembar. Kamu yang harus mengawasi hubungan mereka. Kurasa Rey akan cepat mengerti masalah sek dan itu gak akan sulit bagi Rey untuk berhubungan seks dengan si Kembar."

"Kamu benar Sayang, itu saran yang sangat bagus." Desy berkata dengan riang gembira kepada suaminya. "Jadi, kamu setuju denganku dalam hal ini?"

"Des," kata Fahri sambil menatapnya dengan serius. "Apa kamu benar-benar berpikir kamu sanggup berhubungan seks dengan Rey?"

"Itu gak mudah bagiku, namun aku harus membimbingnya," kata Desy. "Tetapi, akan aku coba untu melakukan pendekatan selama seminggu dan aku akan memandang mereka hanyalah anak angkat kita, bukan anak kandung. Aku akan mencoba memandang dan menganggap Rey sebagai lelaki lain."

Desy teringat kembali pada Rey, rambutnya yang pendek dan hitam, bahunya yang lebar, lengannya yang kuat, dan wajahnya yang tampan.

"Setelah bercinta denganku, akan aku sarankan Rey mencoba melakukan hal yang sama dengan si kembar. Dan aku akan bicara pada Rey untuk menganggap si kembar sebagai seorang wanita yang lain, bukan sebagai saudara kandung."

"Baiklah," kata Fahri setelah mendengarkan istrinya. "Aku akan menunggu hasilnya."

Fahri dan Desy terus mendiskusikan topik itu setiap malam sebelum tidur. Mereka merencanakan bagaimana cara mereka akan melakukannya dan saling memberi saran tentang apa yang harus dilakukan saat mereka sendirian dengan anak angkat mereka.

Rey mendengarkan nasihat dari Desy, dan setiap kali Rey bertemu si kembar, ia mencoba memandangnya sebagai seorang wanita lain. Ia memperhatikan si kembar di rumah, memandangi wajahnya yang cantik dan rambut hitamnya yang pendek. Ia terus memandangi tubuhnya yang masih muda, pantatnya yang kecil dan kencang, serta bukit kembar yang kecil dan kencang, bukit kembar si kembar jauh lebih kecil daripada bukit kembar Desy yang sangat besar dan bulat.

Setelah beberapa hari. Rey baru menyadari bahwa cara itu berhasil ia terapkam pada si kembar. Setiap kali ia melihat si kembar, ia akan melihat seorang wanita muda yang menarik, padahal minggu yang lalu ia melihat seorang adik kembar.

Seminggu sebelum ulang tahun si kembar, keluarga itu bangun pada sabtu pagi yang hangat dan cerah. Cuacanya ternyata hangat untuk pertengahan Juni, dan mereka semua gembira dengan cuaca itu, kelima anak angkat berlarian ke kolam yang dimiliki keluarga itu di tanah milik mereka yang luas.

Ketika Desy dan Fahri menyusul mereka berlima, mereka berlima telah selesai menyiapkan kursi pantai yang mereka bawa dan mulai menanggalkan pakaian mereka hingga hanya tersisa pakaian renang.

Mereka berdua duduk di dekat anak-anak dan memperhatikan mereka saat mereka melompat ke air yang terasa dingin sambil berteriak kegirangan.

Desy menatap Rey saat ia berjalan ke air yang begitu dingin yang hanya mengenakan celana renangnya. Tingginya sekarang setara dengan suaminya, tingginya Rey sekitar seratus tujuh puluh centimeter dan sebagian besar tubuhnya mirip dengan Fahri.

Rey adalah seorang pemuda tampan dengan bahu lebar, lengan kuat, dada berotot, dan kaki besar. Rey selalu bekerja di sekitar kebun sepanjang hidupnya membuat tubuhnya tetap bugar.

Di sebelah Desy, Fahri duduk dan menatap tajam ke arah si kembar saat dia menanggalkan pakaiannya hingga tinggal bikini dan berjalan ke dalam air.

Fahri tidak pernah melihatnya seperti ini sejak musim panas dan ia kagum melihat betapa si kembar telah tumbuh dewasa. Ia memandangi kulitnya yang halus dan lembut serta lekuk tubuhnya yang feminin. Ia terus memperhatikannya saat si kembar perlahan berjalan ke dalam air, matanya terus mengamati pantat si kembar yang ketat berbalut bikini dan saat si kembar berbalik, dia melihat bukit kembar remajanya yang sangat cantik.

Saat melihat si kembar, Fahri sudah membayangkan dirinya menanggalkan pakaian si kembar dan kemudian menjilati setiap bagian tubuhnya yang telanjang. Dia segera menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu dari benaknya.

"Aku akan segera bergabung dengan mereka di dalam air," kata Desy kepada Fahri, "Kamu mau ikut?" tanyanya.

"Sebentar lagi," jawab Fahri, dan Desy mengangguk.

Desy memerhatikan Fahri yang sedang menatap si kembar dan ia tahu persis apa yang sedang dipikirkan olehnya. Itu adalah hal yang sama yang dipikirkan Desy saat menatap Rey.

"Apakah Fahri akan tertarik dan ingin melakukannya dengan si kembar? Aku rasa Fahri gak bakak mau untuk melakukan hal itu dengan si kembar," pikir Desy.

Desy bangkit dan perlahan-lahan melepaskan baju dan roknya sebelum masuk ke dalam air. Fahri menatap istrinya dan mengagumi kecantikannya. Di usianya yang ke tiga puluh lima tahun, dia masih dalam kondisi prima dan memiliki tubuh yang menakjubkan. Fahri memperhatikan pantat istrinya yang indah saat bergoyang dari sisi ke sisi. Sedangkan usia Fahri sendiri kini hampir lima puluh tahun.

"Fahri, kamu datang?" sebuah suara memanggilnya dari samping yang membuatnya mengalihkan pandangan. Suara itu adalah suara dari Indah dan dia sedang berjalan keluar dari dalam air untuk mengajak Fahri bergabung dengan mereka.

"Ya, aku datang Sayang." Kata Fahri sambil melihat Indah yang berusia delapan belas tahun telah berdiri di depannya dengan tubuh yang sudah basah kuyup dalam balutan bikini.

Indah tampak jauh berbeda dari kakak perempuannya si kembar. Dia lebih pendek beberapa centi darinya, dan jika si kembar memiliki rambut yang lembut dan pendek, Indah memiliki rambut panjang. Ia juga memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih sehat daripada kakaknya, dengan bokong bulat dan berisi serta bukit kembar besar yang meskipun usianya baru delapan belas tahun, bukit kembar Indah sudah menyamai ukuran milik Desy.

Fahri masih mengamati tubuh Indah, ia menyadari bahwa bikini yang dikenakannya terlalu kecil untuknya. Hal itu menunjukkan betapa besar perkembangannya selama beberapa bulan terakhir dan Fahri tidak dapat menahan diri untuk tidak melihat bukit kembar yang menyembul dari atasan bikininya.

"Fahri?" tanya Indah saat dia melihat Fahri sedang melotot padanya dan mengira dia sedang melamun.

"Maaf, Sayang," kata Fahri sambil menggelengkan kepala. Ia kemudian segera berdiri, melepas bajunya, berlari ke kolam dan langsung menceburkan diri ke dalam air dingin.

***

Malam sebelum perayaan ulang tahun, Desy dan Fahri sama-sama gugup, saat mereka berdua naik ke tempat tidur bersama. Mereka berbicara lebih dari satu jam tentang rencana mereka untuk mereka bertiga belajar tentang seks.

Mereka berdua merasa sedikit bersalah tentang hal itu dan jelas tidak nyaman dengan apa yang akan mereka lakukan.

Pada satu alasan, Fahri bahkan sempat berpikir untuk menyerah akan usulan istrinya, tetapi setelah berbicara lagi dengan istrinya, ia meyakinkannya, bahwa itu demi anak angkat mereka, mereka berdua tetap menjalankan rencananya dan berhasil tidur dengan pulas.

Ulang tahun si kembar dan Rey akhirnya tiba, dan seluruh rumah menjadi ramai dengan kegembiraan. Ulang tahun selalu menjadi acara istimewa di sekitar rumah, dan ulang tahun itu bebarengan dengan Rey, bahkan lebih istimewa lagi. Hari itu dimulai dengan sarapan keluarga besar yang disiapkan oleh Desy.

Setelah makan, masing-masing anggota keluarga pergi belajar atau bekerja di sekitar perkebunan, sementara si kembar dan Rey hanya bersantai.

Rey sedang bermain game sementara si kembar sedang membaca buku ringan dan membuat sketsa. Pada siang hari si kembar membuat keranjang piknik kecil dan berjalan ke kolam tempat mereka makan, berenang, dan bersantai hingga udara menjadi dingin.

Saat malam tiba, seluruh keluarga kembali ke rumah dan membersihkan diri untuk makan malam ulang tahun yang lezat yang telah disiapkan oleh Desy, dengan bantuan Indah dan Risma.

Seluruh keluarga berpakaian rapi sebelum duduk mengelilingi meja makan. Obrolan dan tawa riang memenuhi ruang makan saat keluarga itu sedang makan malam.

Mereka semua segera menyantap makanan lezat, setelah itu mengobrol di antara mereka, dan seseorang membuka sebotol anggur, bahkan menuangkan segelas untuk masing-masing si kembar dan Rey.

Setelah makan malam, mereka kembali ke ruang tamu untuk menikmati hidangan penutup dan hadiah dari anggota keluarga.

Wanda dan Windi yang gemar melukis, menerima perlengkapan menggambar. Sementara Rey, yang gemar memancing, mendapat perlengkapan baru.

Malam terus berlanjut hingga larut malam. Indah, dan Risma pergi tidur duluan meninggalkan Rey dan si kembar yang masih bersama kedua orang tua angkat mereka.

Tak satu pun dari mereka itu menyadari kecemasan orang tua mereka saat Fahri dan Desy menenggak gelas anggur ketiga mereka. Mereka terus duduk di sekitar meja ruang tamu sambil mengobrol, Desy dan Fahri mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengangkat topik yang sensitif itu.

"Rey, Wanda, Windi," Desy mulai bicara, setelah mendapat anggukan dari suaminya, "Ada satu hal lagi yang telah kita rencanakan untuk kalian bertiga."

Ketiga orang itu menatap Fahri dan Desy dengan rasa ingin tahu dan gembira.

"Rencana ini adalah sesuatu yang telah kita berdua sepakati dan sangat penting untuk kalian ketahui," lanjut Fahri, "Aku ingin memastikan kalian mendapatkan pengalaman terbaik." Kata Fahri sangat jelas dan terlihat sangat gugup.

"Terima kasih, Desy, terima kasih, Fahri." si kembar berkata, "Kalian berdua gak usah melakukan hal itu,"

"Ya," Rey setuju dengan saudara angkat perempuannya, "Tapi apa itu?" tanya Rey yang membuat orang tuanya tertawa gugup.

"Rey, Sayang, kenapa kamu gak ikut denganku aja sekarang dan aku akan menunjukkannya padamu sesuatu yang pasti akan membuatmu sangar tertarik?" kata Desy sambil berdiri. Ia mengenakan sweter berwarna merah tua dan celana jeans ketat.

"Untuk Wanda dan Windi tunggu giliran dari Desy ya," kata Fahri kepada si kembar sambil melihat ke atas dan ke bawah tubuh mereka berdua.

"Baik." Jawab si kembar.

Rey mengikuti Desy yang sedang berjalan di belakangnya dan mereka berdua memasuki kamar spesial, sedangkan si kembar mengikuti Fahri ke ruang tamu untuk menunggu kejutan dari Desy. Desy segera menutup pintu kamar dan memastikan untuk menguncinya.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku