Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikahi Janda

Menikahi Janda

Mimi lita

5.0
Komentar
905
Penayangan
10
Bab

Menjadi janda bukanlah impian seorang wanita. Keadaan dan takdir yang bekerja sama membuat sebagian wanita di Dunia memiliki status yang dianggap seperti gulma bagi wanita lainnya. Andai saja mereka tahu bagaimana susah dan sakitnya menjadi janda, tentu mulut mereka tidak akan sanggup berucap sedemikian rupa. Mia, dia adalah seorang janda dengan satu orang anak yang ia miliki dari pernikahan pertamanya. Suami pertamanya meninggal Dunia di saat ia tengah mengandung. Nasib kemudian mempertemukannya dengan seorang pria bernama Edo. Mereka menikah dan berakhir dengan perceraian. Dari kejadian itu, Mia menarik diri dan menjadi tidak begitu percaya pada pernikahan. Namun, takdir kembali menuntunnya untuk bertemu dengan seorang pria yang berusia lebih muda darinya. Pria yang bersikeras mengajaknya merajut asa dan biduk rumah tangga. Apakah Mia akan mau atau justru menolaknya karena rasa trauma? Atau, justru Alfan si pemuda tampan yang kaya raya yang akan menyerah dan mengibarkan bendera putihnya?

Bab 1 1. Pertemuan dalam musibah

Terdengar riuh suara benda-benda yang pecah juga diselingi teriakan seorang wanita bersama seorang balita. Tetangga mereka hanya bisa mendengarkan dan memantau dari luar rumah yang bergaya minimalis itu. Mereka semua menunggu kedatangan polisi dan juga aparatur Desa.

"Mama!" teriak balita yang sudah bisa memanggil ibunya itu.

Ia menangis dan hanya bisa meratapi bagaimana keadaan sang Mama yang berusaha melindunginya dari amukan sang Ayah tiri. Mia, seorang ibu muda yang akan mempunyai dua anak itu hanya bisa meringkuk melindungi putra sulungnya dan juga janin yang ada dalam rahimnya. Suaminya tengah menggila karena baru saja di PHK.

"Argh!" Mia berteriak saat tubuhnya terus saja mendapatkan bogem mentah dari Edo lelaki yang menikah dengannya 6 bulan lalu.

Belum lama memang Mia dan Edo menikah, keduanya menikah setelah Mia menjanda selama 3 tahun setelah kematian suami pertamanya. Edo, merupakan salah satu pria pilihan Tantenya. Awalnya semuanya baik-baik saja dan Edo pun tidak menunjukkan perangai mengerikan seperti ini.

Namun, karena Pemutusan Hubungan Kerja, ia menjadi menggila. Pasalnya, Edo mendapatkan tindakan tegas dari kantornya karena menjalin hubungan dengan sekertaris atasannya. Hal itu yang menjadi asal mula kesalahpahaman diantara Edo dan Mia.

Edo menuduh Mia lah yang mengadukan hal tersebut ke kantornya. Padahal tidak sama sekali, memang pagi harinya sebelum Edi berangkat, mereka sempat cekcok. Namun, Mia tidak sebodoh itu dalam bertindak. Ia bahkan samasekali tidak tahu menahu perihal kasus tersebut.

"Kurang ajar! Semua gara-gara kamu!" amuk Edo sambil menendang pinggang Mia.

"Ampun Mas, aku sama sekali tidak mengadukannya!" ucap Mia sambil merintih memohon ampun memeluk kaki Edo.

"Ah bohong! Kamu pasti yang melakukan ini, Kamu senang melihat aku di pecat? Mau makan apa kamu!" seru Edo yang lagi-lagi menghujani tubuh ringkih Mia dengan tinju dan tendang.

"Ampun Mas," Mia berucap dengan sisa tenaganya, ia menangis dan terkulai lemas memeluk tubuh putranya-Gio.

"Tangkap dia Pak! Dia sudah kelewatan terhadap keponakanku!" seru seorang wanita yang baru saja datang sambil membawa rombongan polisi dan juga aparat desa.

Bersimbah darah yang mengalir merambat di paha kanan Mia. Wanita itu telah berjuang sekuat tenaga. Isakan sang putra juga tangisan sang Tante menghantarkan dirinya menuju ke rumah sakit.

Edo dinyatakan bersalah dan mendapatkan hukuman atas kejahatannya. Juga Tante Laras yang kemudian meminta pengacara untuk mengurus perceraian antara Mia dan Edo. Sementara itu, Mia masih tak sadarkan diri.

"Mama mana Nek?" tanya bocah kecil bermata coklat yang memiliki pipi tembem itu.

"Mama lagi bobok sayang, kepalanya pusing," jawab Laras sambil menangis saat mengatakan kebohongan pada cucu keponakannya itu.

"Lagi bobok?" ulang Gio yang belum sepenuhnya percaya.

"Iya, nanti kita lihat Mama ya, kalau Pak Dokter sudah keluar. Gio kangen Mama?"

Gio mengangguk dengan lugu. Ia kemudian memeluk leher Laras lalu memejamkan matanya. Rupanya, bocah kecil itu banyak bertanya karena lelah dan mengantuk setelah banyak menguras air matanya.

'Kasihan sekali kamu sayang, maafkan Nenek yang salah memilihkan Ayah untukmu. Aku pikir dia yang agamanya baik tidak akan berbuat jahat seperti ini. Ternyata dia hanya jelmaan iblis berbaju sopan,' batin Laras sambil mengusap punggung cucunya.

Dokter keluar dari UGD dan menghela napasnya sebelum melangkah. Ia terlihat lega meskipun lelah. Laras segera mendekat dan menanyakan banyak hal mengenai Mia.

"Dok, bagaimana keadaan keponakan saya?"

"Dia mengalami keguguran, kami tidak bisa menyelamatkan janinnya. Dan untuk kondisinya, dia belum sadarkan diri jadi kami belum bisa memeriksa keadaan mentalnya. Bersabar saja dan tunggu dia bangun," kata Dokter yang memberikan senyuman piasnya.

"Lalu, Dok apakah ada cidera parah lainnya."

"Tidak ada, hanya saja ia mengalami lebam di sekujur tubuhnya. Tampaknya pelaku menyerangnya secara brutal," ucap sang Dokter.

Laras mengangguk lalu menangis lagi. Tangannya bergerak mengusap punggung Gio yang tertidur. Dokter pun yang melihatnya kemudian mengusap punggung Gio.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Ibu bisa membawa putranya untuk ditidurkan di sana, nanti biar perawat kami membawakan bed extra untuk putranya ini," kata dokter yang menaruh iba pada keadaan Mia dan juga keluarga kecilnya.

"Iya Dok, terima kasih." Laras menjawabnya dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Saya permisi," pamit sang Dokter.

Tak lama, terdengar pintu terbuka dan brangkar yang didorong oleh para perawat. Terlihat, Mia yang terbaring tidak berdaya. Laras yang merasa menyesal terus saja menitikkan air matanya.

***

Pagi harinya, Laras terbangun saat Gio merengek minta susu. Balita itu memang masih menyusu. Ia kemudian membuatkan susu untuk Gio dan kemudian memangkunya lalu menunggu Mia terbangun.

"Mama bobok terus Nek?" tanya Gio dengan polosnya.

"Iya sayang, Mama bobok terus, masih ngantuk," bohong Laras.

"Eungh," Mia merintih dan berusaha untuk bangun.

"Mia, jangan bangun dulu. Berbaring saja," kata Laras yang mencegah Mia untuk bangkit.

Mata Mia seketika mengarah pada Putranya. Gio masih menyusu dan terlihat juga ada luka lebam di kening balita tersebut. Mia kembali menangis saat mengingat kejadian mengerikan itu.

"Gio, sini Nak," lirihnya meminta snag anak untuk mendekat dan bergabung bersamanya di ranjang.

"Mama tidak bobok lagi?" tanya Gio yang melihat hal aneh di mata sang Mama. "Mata Mama merah, Mama masih mengantuk," ucapnya lagi.

Rupanya Gio melihat warna merah pada bagian putih mata Mia. Itu adalah darah yang di hasilkan dari pecahnya pembuluh darah di bagian mata karena suatu hantaman keras kemarin, bukan karena mengantuk. Namun, pemahaman sederhana Gio mengarahkannya pada mengantuk.

"Sudah tidak sayang, sebentar lagi sudah hilang merahnya. Sini Nak!" Mia melambai dengan kedua tangannya yang tertancap selang infus.

"Maafkan Tante, seharusnya Tante tidak mengenalkanmu dan menjodohkanmu dengan pria baji**an itu," ucap Laras penuh penyesalan.

"Sudahlah Tante, semuanya sudah terlanjur terjadi," jawab Mia yang masih berusaha untuk menampilkan senyuman terbaiknya.

Bersamaan dengan itu, masuklah seorang pria berjas hitam dengan rambut yang klimis. Pria itu terlihat masih sekitar 28 tahun. Lebih muda 4 tahun di bandingkan dengan Mia.

Pria itu masuk dengan gagahnya, masih dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Perlahan ia membukanya dan menatap datar Mia juga Gio. Pria tampan itu kemudian menyipitkan matanya juga mengerutkan keningnya.

"Apa benar ini ruangan Mia Namira istri dari Edo karyawan yang baru kemarin saya pecat?" tanya pria tersebut.

"I-iya Pak, benar. Ini adalah Mia, dan saya adalah Tantenya. Ada apa ya?" tanya Laras.

Pria itu lalu duduk di kursi dan menatap Mia penuh arti. Pancaran matanya menyiratkan rasa iba, dan juga haru. Pria itu kemudian mengarahkan pandangannya pada Gio.

"Hai tampan, nama kamu siapa?" tanyanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku