Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TERPAKSA MENIKAHI MANTAN

TERPAKSA MENIKAHI MANTAN

Mhia Davriza

5.0
Komentar
7K
Penayangan
33
Bab

Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya akan menggantikan mempelai laki-laki untuk menikah dengan Uswa, mantan pacarku saat masih berseragam putih abu-abu. Ilham, teman sekaligus calon suami Uswa ternyata kritis saat acara ijab qobul mereka akan berlangsung. Dalam keadaan genting, Bang Adam beserta keluarga besar Uswa, memintaku untuk menggantikan Ilham. Terkejut, tak percaya, tak siap sama sekali akhirnya aku menikah dengan gadis manis itu. Lalu, bagaimana kehidupan kami setelah menikah?

Bab 1 Hari Pernikahan

"S-saya terima nikah d-an kawinnya Uswatun Khasanah binti Sulaiman d-engan mas kawin tersebut d-dibayar tunai." Aku melihat beberapa orang menggeleng pelan.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu.

"Coba diulangi lagi. Tolong lebih lancar pengucapannya," jawab salah satu saksi yang duduk di belakang penghulu. Sementara saksi lainnya tampak mengiyakan.

Down. Mentalku benar-benar jatuh. Perkataan salah satu saksi itu semakin membuatku tak percaya diri. Rupanya, datang ke pesta pernikahan sahabatku bukanlah pilihan yang baik. Aku yang awalnya hanya berniat datang sebagai tamu undangan, kini jisyru harus duduk menghadap menghulu.

Menikah merupakan suatu hal yang selama ini aku idam-idamkan. Apalagi, bapak dan emak sudah sering menanyakan kapan aku pulang dan membawa calon istri. Namun, bila dalam keadaan terdesak seperti ini, rasa hikmat dan kebahagiaan bahkan lenyap oleh banyak pertanyaan yang timbul. Aku pun merasa heran, mengapa aku mau menggantikan Ilham untuk duduk sebagai mempelai pria.

Perlahan, aku meraih kertas kecil bertuliskan kalimat ijab kabul yang sengaja ditulis oleh Bang Adam. Tangan yang berkeringat serta bergetar hebat kini kurasakan. Cucuran keringat pun menghiasi kening hingga jatuh satu persatu membasahi pipi dan wajahku. Entahlah, apa ini suatu keberuntungan atau kemalangan untukku.

Setelah beberapa menit mengatur napas dan mencoba kembali membaca ijab kabul, akhirnya aku bisa menyelesaikannya dengan lancar tanpa harus mengulang kembali.

Pengantin wanita akhirnya datang dan bersanding denganku. Rasanya, seperti mimpi. Aku bingung harus bahagia atau sedih. Melihat cantiknya Uswa dengan berbalut hijab putih serta riasan yang menarik, tapi sederhana, ada kebahagiaan terselip di hatiku. Namun, bila teringat mengapa aku bisa duduk di sini dan menjadi pempelai pengganti, ada rasa perih beradu di relung hati ini.

_____

Rasa gerogi dengan jantung yang berdetak cepat, membuat kesadaranku belum utuh sepenuhnya. Sembari menatap gadis di samping yang sudah sah menjadi istriku, kucoba mengingat-ingat kejadian sebelum bisa duduk di pelaminan ini. Sore itu selepas pulang bekerja, aku menemukan sepucuk surat beramplop biru muda tergeletak di bawah pintu.

Sebelum memutar kunci, kuraih kertas amplop itu dan membawanya masuk. Aku meletakkan benda itu di atas meja sementara aku mengambil air di dapur. Perlahan, kubuka isi amplop setelah segelas air putih melewati kerongkongan. Aku membacanya saksama sambil melepas dasi dan kancing baju atas.

Cukup terkejut aku dibuatnya. Seuntai senyum lantas menghiasi wajahku. Ternyata amplop berwarna biru muda ini berisi undangan pernikahan Ilham, sahabatku saat masa sekolah dulu. Mataku tertuju pada nama calon mempelai wanita. Uswatun Khasanah. Ia adalah teman dekatku pada saat kami masih sekolah di MAN dulu. Entah kenapa, dia menjauh dan mulai dekat dengan Ilham, sahabatku. Ternyata mereka masih menjalin hubungan hingga kini akan lanjut ke jenjang pernikahan.

_____

Hal yang tak terduga tiba-tiba terjadi saat aku datang ke kediaman mempelai wanita. Ilham dikabarkan tak sadarkan diri dan koma di rumah sakit. Ia jatuh pingsan sesaat sebelum bersiap datang ke sini.

Keadaan sempat ricuh. Seluruh keluarga kebingungan mendengar kabar ini. Beberapa diantaranya bahkan menangis histeris termasuk ibu mempelai wanita. Aku yang baru saja keluar dari toilet merasa terkejut saat lelaki yang tak asing berdiri di depan pintu.

"Zul, lu mau gak nikah ama Uswa?" tanyanya. Terkejut bukan kepalang aku dibuatnya. Dalam hati langsung bertanya, kenapa harus aku?

"Maksud lu, apa, Bang?" Tentu saja aku bertanya balik padanya. Mungkin saja telingaku ini kemasukan kotoran hingga salah mendengar. Tanpa menjawab, kakak kandung Uswa ini lantas meraih lenganku dan berjalaj menyusuri rumah.

Berpuluh langkah kami susuri ruangan demi ruangan, sampailah kami di sebuah kamar. Semerbak bau wangi sudah tercium meski hanya di luar saja. Perlahan, Bang Adam membuka pintu kamar. Tampak di dalam ada seorang gadis tengah memegang tangan lelaki paruh baya yang tergeletak di atas ranjang. Hatiku mulai tak karuan. Kesedihan begitu terasa di sini. Gadis berhijab abu-abu itu menangis terisak.

"Abah gue kena serangan jantung, Zul. Beliau gak kuat denger berita ini," jelas Bang Adam.

Seketika itu juga, aku teringat bapak di kampung. Umur Abah Sulaiman dan bapak tak berbeda jauh. Terlebih, aku sempat dekat dengan keluarga ini saat masa sekolah dulu. Rasa kekeluargaan masih kental terasa. Tiba-tiba saja, mataku ikut berembun. Tak tega rasanya melihat sosok bapak tergeletak lemah di atas ranjang.

"Us, kamu tahu kalau Ilham selama ini sakit?" tanya Bang Adam saat kami bertiga sudah beranjak ke kamar pengantin.

Uswa hanya diam dan tertunduk. Bahunya kadang bergetar tanda bahwa ia masih terisak. Hatiku semakin tak karuan rasanya. Di sini, aku bukan siapa-siapa, tapi seolah-olah aku ikut merasakan masalah yang mereka hadapi.

"Jawab, Us." Nada bicara Bang Adam mulai meninggi.

"Aku tahu, Bang." Sesekali ia usap air mata yang membanjiri wajah ayunya.

"Kamu dan Ilham sama-sama egois. Bertahun-tahun kalian dekat, gak ada sama sekali kalian cerita soal penyakit Ilham." Bang Adam mengusap kening dengan kedua telapak tangan. Ia juga tampak menahan kekesalan yang tengah melanda.

Semakin Bang Adam berbicara, tangis Uswa semakin menjadi. Hal ini membuatku tak betah berlama-lama di kamar itu. Segera kulangkahkan kaki keluar kamar disusul Bang Adam.

Dalam keadaan seperti ini, Bang Adam terus meyakinkanku untuk mau menggantikan Ilham dan mencegah batalnya acara pernikahan hari ini. Semakin kalut aku dibuatnya. Meski bukan aku yang mengalami langsung kejadian tak menyenangkan ini, nyatanya aku juga ikut terkena imbasnya.

Melihat ayah dan anak gadis itu sungguh kasihan, namun, dalam hal ini aku harus merelakan diriku berkoban. Mengambil keputusan ini bukanlah perkara mudah. Selain ketidaksiapan, keadaan, dan waktu yang sedemikian sempit membuat kepala dan hatiku sama sekali tak bersatu. Selain itu, tamu yang berdatangan, menuntut diri ini harus cepat mengambil tindakan. Hingga otak ini sampai pada puncaknya, aku memutuskan untuk pergi ke toilet dan membasuh wajah. Berwudhu kemudian salat dua rakaat di musholah rumah. Dalam titik terendah ini aku berharap Yang Maha Kuasa segera memberiku jawaban atas keputusan apa yang harus aku ambil.

Kutatap langit-langit rumah ini dengan saksama. Kulipat sajah perlahan sambil menunggu kemantapan hati sekaligus berdoa agar keputusan yang kuambil tak membawa penyesalan baik untukku dan untuk yang lain.

Saat beranjak keluar, betapa terkejutnya diriku mendapati beberapa orang tengah berdiri di ambang pintu. Salah satu sosok yang mirip Haji Sulaiman berjalan mendekat dan memelukku. Ia juga menepuk pelan bahu dengan raut wajah penuh harap.

"Kami sangat bersyukur bila, Nak Zul mau menjadi mempelai pria." Satu dentuman keras begitu terasa di rongga dada. Mungkin memang inilah yang bisa aku lakukan. Semoga saja dengan merelakan hatiku, aku akan mendapatkan hadiah besar di kemudian hari.

Kubalas dengan senyuman. Tak kusangka, beberapa di antara mereka pun bersorak gembira dan mengucap syukur.

"Makasih, Zul. Gue yakin lu mau ngelakuin ini. Lu emang baik." Bang Adam menepuk bahu sambil tersenyum bahagia.

Persiapan pun dilanjutkan, pengantin wanita segera dirias. Bang Adam membawaku ke kamar miliknya. Dia pun mengambil toksedo yang cukup bagus dan memberikannya padaku. Badan kami yang tak begitu jauh berbeda membuat pakaiannya muat di badanku.

Aku duduk cemas di ruang keluarga. Telapak tanganku berulang kali berkeringat sedangkan Bang Adam masih sibuk menulis sesuatu.

"Ayo, Mas. Pakai pelembab dulu mukanya biar gak kering." Juru rias menghampiriku. Aku diam sejenak lalu mengikutinya berjalan ke kamar pengantin.

Aku terperangah ketika melangkahkan kakiku masuk ke kamar. Rupanya Uswa sudah hampir siap. Tampak perias lainnya tengah memakaikan lipstik di bibirnya. Pandanganku sibuk menatap mempelai wanita itu sampai diri ini tak sadar beberapa gadis lain tengah cekikikan.

"Jangan lupa kedip, Bang Zul," goda seorang gadis. Sontak aku mengalihkan pandangan dengan cepat. Segera aku beranjak keluar sebelum wajahku berubah menjadi stoberi karena malu.

Aku melirik kembali Uswa, tapi ia sama sekali tak merespon. Jangankan tersenyum, meluhatku saja tidak. Sempat terpikir olehku, apakah sosok Ilham benat-benar tak tergantikan?

Bersambung.....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Mhia Davriza

Selebihnya

Buku serupa

GADIS BIASA VS BOSS MAFIA

GADIS BIASA VS BOSS MAFIA

Lucyana
4.9

AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku