Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istriku Janda Kaya

Istriku Janda Kaya

puspita

5.0
Komentar
2.7K
Penayangan
28
Bab

Dimas seorang pria yang diceraikan oleh istrinya karena ia tidak mempunyai harta. Bahkan kebutuhan sehari-hari pun Dimas kadang tidak mampu, membuat sang istri merasa kesal dan memilih untuk pergi. Dimas yang sudah kesal, lantas bertemu dengan Luna di sebuah club malam. Kesempatan itu digunakan oleh Luna untuk mengajak Dimas menikah dengan 3 syarat yang sudah di tentukan terlebih dahulu. Tapi naasnya beberapa lama mantan istri Dimas kembali hadir, tidak senang dengan kebahagiaan Dimas. Akankah mantan istri Dimas akan bisa menghancurkan keluarga barunya?

Bab 1 PERCERAIAN

"Kamu pikir aku mau menikah dengan pria yang tidak punya apa? Jangan harap, Mas!" Suara yang keras dan cempreng tersebut, keluar dari mulut Dewi-seorang istri yang baru beberapa bulan lalu menikah.

"Kamu tidak pernah memberikanku uang jajan, bahkan uang untuk ke salon saja aku susah! Kamu memang gak cocok jadi suami!"

Tidak diharapkan, jika Dewi akan berubah menjadi wanita yang kasar dan keras. Hanya perkara masalah keuangan dan ekonomi, membuat Dewi menjadi berubah sembilan puluh derajat dari sebelum mereka menikah. Dimas-nama suami Dewi hanya bisa terdiam, mendengar ucapan yang terlontar dari mulut sang istri. Matanya hanya mampu menatap sayu, ia sadar jika dirinya juga bukan orang kaya.

"Jadi apa kemauanmu saat ini?" tanya Dimas seolah dia sudah tahu, langkah selanjutnya yang akan diminta oleh Dewi.

"Aku muak denganmu Dewi! Kamu pikir kerja itu nggak lelah? Nggak perlu tenaga, dan kamu hanya santai di rumah menunggu uang dan merasa kurang?" Dimas menggelengkan tak habis pikir dengan Dewi.

"Maumu sekarang, cerai 'Kan?"

Dewi tersenyum degan kepala mengangguk. "Bagus jika kamu sudah tahu." Tangan Dewi mengambil sesuatu di dalam tas hitam, ia lalu mengeluarkan kertas putih dan melemparkannya kepada Dimas.

"Aku sudah ambil surat gugat perceraian, jadi kita cerai!"

Dewi pergi dari hadapan Dimas, Dimas sama sekali tidak minat melirik ke arah surat putih yang dia miliki. Walau sebenarnya hati Dimas sangalah sakit, melihat istri yang ia cintai tega meninggalkannya.

"Kenapa semuanya seperti ini!" Dimas yang sudah pusing dan kalut, tidak ada pikiran jernih. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mencari tempat, agar ia bisa menenangkan dirinya.

***

Club, adalah tempat yang pelarian seumat manusia. Dengan pikiran yang kacau, jika mereka sudah memasuki tempat ini mereka akan baik-baik saja. Sama halnya dengan Dimas, sudah berapa botol yang ia minum tapi ia belum berhenti. Bahkan petugas di sana, berusaha untuk memberhentikannya tetapi tidak ada yang berhasil.

"Dewi dasar wanita sialan, berani sekali kamu meninggalkanku hanya karena aku miskin?" Meminum satu botol dengan sekali tegakan langsung habis. Mereka semua kewalahan melihatnya.

"Pak tolong berhenti, kamu sudah meminum banyak sekali alkohol di sini," ujar petugas yang ada di sana, tetapi bukannya pergi Dimas justru menatapnya dengan sangat tajam.

"Diam! Kamu nggak tahu apa yang aku rasakan, bukan? Jangan banyak tingkah!" sentak Dimas memarahi petugas yang mencegahnya.

Namun mata Dimas tertuju kepada sebuah wanita, yang baru saja datang dengan pakaian yang sangat bagus. Dimas dengan tubuh sempoyongan berjalan mendekatinya, wanita itu membuka kaca mata hitam yang menutupi matanya. Menatap Dimas dengan wajah keheranan.

Dimas merangkulnya, padahal ia tidak kenal sama sekali. "Hei, Nona! Apa kamu tahu, jika zaman sekarang wanita akan menikah dengan orang kaya dan meninggalkannya jika dia sudah miskin?" ujar Dimas.

"Ah, sebelumnya siapa namamu?"

Wanita itu tampak bingung, ia menatap petugas yang di sana. Mengisyaratkan jika Dimas sedang mabuk, membuat wanita itu mengerti. Ia tersenyum menatap Dimas, yang benar-benar kehilangan akal sehatnya.

"Luna, namaku Luna." Dimas tertawa kecil, lalu melepaskan rangkulannya. Ia menunjuk wajah Luna, menatap sejenak sebelum kembali tertawa.

"Rasanya kamu sama seperti mantan istriku, Dewi. Matanya hanya penuh dengan kekayaan!"

Dimas menggelengkan kepalanya, namun kepalanya terasa berputar-putar pandangannya menjadi buram. Dimas menegang kepalanya terasa sangat sakit sekali, seolah bumi sedang diguncang tubuhnya terasa melayang. Dan detik itu juga, Dimas menjadi pingsan.

Keesokan harinya ....

Dimas membuka kedua matanya yang masih terasa berat, namun matanya terbelalak kaget. Ia sama sekali, tidak tahu di mana ia berada. Merubah posisinya menjadi duduk, sebuah rumah mewah ia tempati. Dimas benar melongo, semua berwarna putih mengkilap bahkan dengan dekorasi yang sangat besar.

"Ini rumah siapa? Aku ada di mana?" Merasa ada yang janggal, Dimas hendak berdiri. Tetapi kepalanya terasa sangat pusing sekali, membuatnya mengurungkan diri.

"Jangan bangun, tidurlah. Kamu sedang sakit."

Suara wanita mulai terdengar, Dimas menoleh ke sumber suara. Terlihat wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi, berjalan mendekatinya. Dimas melongo bukan main, melihat wanita itu yang sangat cantik. Kulit mulus, dan sangat putih terawat. Namun, ia segera mengalihkan pandang, ketika ingat masalahnya dengan Dewi.

"Mungkin kau lupa kejadian tadi malam, aku Luna. Siapa namamu?" tanya Luna dengan suara dingin dan sedikit cuek.

"Dimas. Kenapa aku bisa ada di sini? Kamu nggak menculikku bukan?" tanya Dimas merasa was-was. Ia merasa asing dengan wajah wanita di hadapannya. Sama sekali tidak pernah ia temui, bahkan ini pertama kali ia bertemu dengan Luna.

Luna tertawa mendengar perkataan Dimas, ia melepaskan handuk yang ada di kepalanya. Mengeringkannya dengan menggunakan hair dryer yang sudah ada di kamar. Dimas menatapnya dengan teliti, setiap pekerjaan yang ia lakukan. Dimas yakin, jika dia bukanlah wanita biasa.

"Jika aku menculikmu, mungkin aku sudah menjualmu sejak tadi. Atau kamu sudah meninggal dengan potongan-potongan tubuh-"

"Sudah! Jangan dilanjutkan, kamu terlalu keji untuk mengatakan hal itu," sela Dimas. Tak ingin mendengar lebih panjang lagi, apa yang dikatakan oleh Luna.

Luna tertawa dengan pelan. "Aku tahu permasalahanmu, Dimas. Dewi istrimu yang meninggalkanmu karena kamu miskin, bukan?"

Dimas membeku, mendengarnya. Kenapa Luna bisa tahu masalah hidupnya? Dimas menjadi bertanya-tanya, ia benar tidak ingat apa soal kejadian kemarin malam.

Luna berdiri, ia menatap Dimas dengan sangat tajam. "Menikahlah denganku, maka hidupmu akan berubah."

Dimas melebarkan matanya kaget, apakah wanita di hadapannya sudah gila? Ia tidak mengenal sama sekali, tetapi menyuruhnya untuk menikah dengannya? Tidak, Dimas tidak boleh tergoda. Ia takut, jika ini hanya tipu muslihat agar bisa membawa Dimas dan menjualnya? Mungkin.

"Kamu gila? Aku nggak mengenalmu, dan kamu menyuruhku untuk menikah denganmu?"

Luna berdecak pelan, "Hello, sudah menjadi duda? Dan aku janda, janda muda." Luna tertawa dengan keras, dia merasa seolah itu adalah hal yang lucu.

"Jika menikah denganku, aku mempunyai tiga kesepakatan yang akan di patuhi, dan satu hadiah untukmu."

Dimas menjadi semakin heran. "Apa tujuan sebenarmu?"

Luna mendekat. "Mempunyai calon pendamping dan calon penerus," bisik Luna tepat di telinga Dimas. Dimas menjadi ngeri, mendengar apa yang dikatakan oleh Luna.

"Aku akan memberikan kamu bayaran banyak, seberapapun yang kamu mau asalkan ada tiga syarat yang harus kamu lakukan, mau?"

Dimas kembali terdiam, ia merasa tergiur. Melihat situasi ekonomi yang tidak jelas, dan ia benar miskin. 'Jika aku menerimanya, dan aku benar mendapatkan banyak uang. Aku bisa untuk membuat Dewi panas karena aku sudah kata,' batin Dimas.

"Baik apa syaratnya?"

Luna tersenyum. "Syarat pertama, kamu harus menikah denganku. Kedua, kamu harus berhasil memberikanku keturunan. Jika tidak, kamu akan terus bersamaku dan hadiah itu tidak akan didapatkan, dan yang terakhir, jika aku sudah hamil dan anak ini sudah lahir kita cerai, hadiah akan dikirimkan hari itu juga."

Dimas kaget mendengar syarat, yang dilontarkan. Seperti Dimas yang akan mengikuti sebuah konsestan dan mendapatkan hadiah yang ia mau. Dimas terdiam, ia bingung apakah ia berani untuk menyanggupi atau tidak? Karena dulu ia bersama dengan Dewi juga tidak memiliki keturunan. Tapi apa salahnya jika ia mencoba?

"Baik, aku mau. Itu syarat yang sangat mudah sekali," ujar Dimas. "Tapi aku belum bisa mengenalmu lebih jauh, Luna?"

Luna tersenyum, ia mendekatkan wajahnya kepada Dimas. Mencium wajah Dimas dengan gemas, meraba-raba tubuh Dimas membuat Dimas pun akhirnya terpancing dijerat Luna.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku