SUDAH TAMAT!!! WARNING 18++ YANG BELUM CUKUP USIA SANGAT DILARANG MASUK!!! MENGANDUNG KEBUCINAN YANG HAQIQI. SO, BAGI YANG GAK SUKA, JANGAN COBA-COBA BACA!! ##### Hidup Zetaya Diajeng Jayanti tak lagi sama setelah mengalami kegagalan cinta. Pernah mencintai begitu dalam dan akhirnya dikecewakan. Ditambah lagi kegagalan dalam berumah tangga, membuatnya jera untuk kembali meraih 'rasa' itu. Namun, bagaimana jika pria yang dulu pernah mengecewakannya muncul di depan mata? Dengan status yang sama, sama-sama gagal membina rumah tangga. Pria itu, Andaru Ansel Bratadikara, mantan kekasihnya saat SMA. Pria pertama yang membuatnya mengenal apa itu cinta sekaligus patah hati. "Kayaknya kita jodoh ya." "Najis!" "Gak boleh ngomong gitu, Aya. Kamu gak takut kena karma?" "Bodo amat!" Pria itu menawarkan kembali 'rasa' yang pernah dihancurkan. Mengusik hidupnya dengan berbagai macam cara. Termasuk mengingatkannya pada kenangan manis mereka selama bersama. Akankah Zetaya luluh? Atau Zetaya memilih menolak sekuat yang ia bisa? "Mantan bangke! Kenapa aku harus ketemu lagi sama dia?!" desis Zeta kesal. Zetaya Diajeng Jayanti "Tu cewek tambah galak aja. Kurang org4sme kali ya?" monolog Daru sambil tersenyum sendiri. Andaru Ansel Bratadikara
*"Maaf, no comment ya."
Zeta menghentikan kunyahannya saat mendengar suara itu. Suara seseorang yang pernah singgah di hatinya.
Tapi itu dulu...
Dulu sekali, saat pertama kali Zeta mengenal apa itu cinta.
Sekarang, hanya mendengar nama pria itu saja, Zeta pasti sudah kegerahan.
*"Apakah Anda akan kembali bersama Rebecca Wiryawan?"
*"Bagaimana dengan pernyataan cinta Rebecca Wiryawan yang mengatakan masih mencintai Anda?"
*"Tidakkah Anda ingin kembali bersama dengan Mantan Istri Anda?"
*"Maaf, ada hal penting yang harus saya kerjakan. Terima kasih."
Zeta menatap senyum menawan yang keluar dari bibir pria itu, pria yang dikejar-kejar wartawan karena pernyataan cinta mantan istrinya beberapa hari yang lalu di depan media, Rebecca Wiryawan, yang adalah salah satu top model di negara ini. Pria itu terlihat berjalan dengan gagahnya menuju sebuah mobil mewah. Pakaian formal yang dipakainya saat ini, membuat penampilan Andaru Ansel Bratadikara lebih dari kata sempurna. Apalagi wajahnya yang tampan luar biasa, yang selalu jadi perbincangan berbagai media.
*"Sepertinya jika dilihat dari reaksi Andaru Ansel Bratadikara, tidak akan ada kata rujuk di antara dirinya dan Rebecca Wiryawan. P-"
Klik!
Zeta segera mematikan televisinya yang tadi menyiarkan acara infotainment, lalu melempar asal remote televisi itu ke atas sofa panjang yang saat ini dia duduki. Wajah wanita dua puluh tujuh tahun ini langsung terlihat masam. Tangannya segera sibuk menutup wadah beling berisi keripik kentang yang tadi dimakannya, lalu meletakkannya ke atas meja di depannya.
Zeta meraih ponselnya, lalu mulai berselancar di dunia maya. Tak berapa lama, Zeta sudah asyik membaca salah satu artikel yang entah mengapa menarik perhatiannya walaupun hatinya enggan.
*"Saya berharap kami dapat kembali seperti dulu. Apalagi Evan sudah mulai besar, dan sudah bertanya kenapa kami tidak tinggal bersama."
*Setelah bercerai lebih dari tiga tahun, Rebecca Wiryawan membuat pernyataan yang mengejutkan media. Wanita itu berharap dapat kembali bersama dengan Andaru Ansel Bratadikara, sang CEO stasiun televisi swasta LION TV.
*Tapi sepertinya keinginan itu tidak akan terwujud, mengingat Andaru selalu saja enggan membicarakan hubungannya dan Rebecca Wiryawan.
"Dasar sok ganteng! Dia gak mikirin anaknya kali ya?! Punya mantan istri secantik Rebecca, bukannya bersyukur diajak balikan, malah sok jual mahal! Cowok berengsek gitu tuh, habis manis sepah dibuang!" omel Zeta seolah berbicara pada orang lain. Padahal di ruangan ini hanya ada dirinya sendiri. Wanita ini melempar asal ponselnya, yang langsung tergeletak tak jauh dari remote televisi yang sebelumnya dia lempar.
Wanita ini mengedarkan pandangan, sampai matanya berhenti pada sebuah foto. Bibirnya tersenyum kecut melihat fotonya sendiri yang sedang memakai seragam SMA. Pikirannya melayang pada kejadian hampir sepuluh tahun yang lalu, tepat saat dia berusia tujuh belas tahun.
Kejadian yang tak bisa dilupakannya sampai sekarang.
*Flashback On*
"A-apa? Pu-putus?" tanya seorang gadis dengan jantung berdetak kencang.
Seorang pemuda berusia delapan belas tahun menganggukkan kepala mantap. Wajahnya datar tanpa ekspresi apa pun.
"Kenapa?"
>"Aku kayaknya gak bisa lagi hubungan jarak jauh kayak gini."
"Tapi kamu kemarin-kemarin bilang kalau kita pasti sanggup jalanin ini semua!"
>"Maaf..." Pemuda ini menunduk dalam, tanpa sanggup menatap layar ponselnya lagi yang saat ini sedang melangsungkan panggilan video dengan sang gadis.
"Hiks... ka-kamu udah punya... pa-pacar baru di sana?" tanya sang gadis dengan suara bergetar.
Hening beberapa saat, sang gadis masih menatap pemuda yang betah menunduk itu lewat layar ponselnya.
>"Maaf, Aya..."
Gadis yang dipanggil Aya oleh si pemuda mencoba menahan isakan yang terus mencoba untuk keluar. Jawaban sang kekasih, bukan, calon mantan kekasihnya, membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Jarak dan waktu yang mampu mereka lalui baru beberapa bulan ini ternyata hanya sampai di sini saja. Kesetiaan kekasihnya sepertinya sedang teruji. Dan ternyata, pemuda itu tergoda oleh cinta lain di sana, di negara orang, tempat si pemuda menuntut ilmu.
Jalinan kasih yang berjalan dari sejak Aya duduk di bangku kelas satu SMA, sepertinya harus kandas saat ini juga. Padahal masih segar di ingatan, bagaimana kakak kelas beda satu tingkat dengannya itu menyatakan cinta. Pemuda itu malu-malu menyatakan cinta di perpustakaan sekolah mereka, karena mereka sering bertemu di sana sebelumnya, dan menimbulkan ketertarikan satu sama lain. Tapi kini, si pemuda pemalu itu malah membuatnya patah hati.
"Hiks... ak-aku sekarang lagi ulang tahun yang ke tujuh belas... dan... dan... hiks... ternyata aku... dapat kado terburuk... sepanjang hidup aku, Ansel..." ucap Aya terbata di sela isakannya yang tak bisa lagi ditahan gadis ini. Sementara itu, pemuda yang dipanggil Ansel masih betah menunduk. Sepertinya Ansel tak mampu memperlihatkan wajahnya.
"Kamu... yang yakinin aku kalau... kalau hubungan kita akan selamanya... tapi... hiks... kamu juga yang menghancurkan... keyakinan itu! Hiks... hiks... a-aku benci kamu... A-aku berharap... kita gak pernah ketemu lagi... hiks..." Aya berusaha menekan isakannya, lalu kembali bersuara. "Seperti yang... kamu mau, hubungan kita... cukup sampai di sini... Selamat tinggal, Ansel..." Setelah mengatakan hal itu, sang gadis langsung mematikan sambungan video-nya.
Gadis ini menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Namun dengan menutup mulutnya dengan bantal agar keluarganya tak curiga.
"Kamu berengsek, Ansel! Aku benci kamu!! Hiks... Benci!!!" bisik Aya tajam di sela isakan yang terus lolos dari mulutnya.
Di dalam hati, Aya benar-benar berharap tidak akan bertemu lagi dengan Ansel... Andaru Ansel... Sang cinta pertama. Kekasih yang beberapa menit yang lalu berubah status menjadi mantan...
*Flashback off*
"Mama!"
Zeta tersadar dari lamunan, lalu segera menghapus air mata yang dengan kurang ajarnya keluar setiap kali wanita ini mengingat kejadian di hari itu, saat terakhir kali dirinya berhubungan dengan Andaru. Ya, Andaru Ansel Bratadikara. Pria yang tadi dilihatnya di layar televisi adalah mantan kekasih berengseknya. Pria pertama yang membuat Zeta merasakan apa itu jatuh cinta dan patah hati.
Zeta memasang senyum semringah saat seorang bocah perempuan berlari ke arahnya. Wanita ini merentangkan tangan siap menyambut tubuh mungil itu, yang kini sudah ada di dalam pelukannya secepat kilat. Zeta mengusap sayang punggung bocah perempuan ini, lalu mencium puncak kepalanya sayang.
Sang bocah mengurai pelukannya, lalu langsung saja menyusupkan tubuhnya untuk masuk ke dalam pangkuan Zeta, dengan tubuh depan berhadapan dengan wanita ini.
Zeta masih memasang senyum lembut, lalu mengusap sayang rambut panjang bocah yang ada di pangkuannya ini.
"Misha tadi ke mana aja sama Ayah?"
"Akuh makan ayam gorreeeng besaar, Ma... Terrus aku main lemparrr bolaa... Terrus Ayah ajak akuh..."
Bocah perempuan ini terus saja bercerita kegiatannya hari ini bersama sang ayah. Zeta sesekali tertawa melihat ekspresi lucu yang dikeluarkan sang bocah saat bercerita.
Misha Purwadiningrat... Anaknya...
Zeta bersyukur atas kehadiran Misha di hidupnya. Anak yang saat ini berusia lima tahun itu, adalah cahaya di kehidupannya.
Walaupun Zeta sudah berpisah dengan Fahri Purwadiningrat, yang dua tahun yang lalu resmi bercerai dengannya, tapi Misha tak kekurangan kasih sayang dari mereka berdua selaku orang tua anak ini.
"Misha, ayah pulang ya."
Zeta langsung menggendong sang anak menuju ke arah seorang pria yang berjalan ke arah mereka. Setelah mereka berhadapan, pria ini langsung mencium pipi Misha, lalu mengusap sayang puncak kepala sang anak. Pandangan pria ini beralih ke arah Zeta.
"Saya pulang ya."
"Iya, Mas Fahri. Hati-hati di jalan."
Sang pria menganggukkan kepala sambil tersenyum lembut, lalu berubah tersenyum geli saat pandangannya kembali ke arah sang anak yang sudah menempelkan kepalanya di ceruk leher Zeta. Mata sang anak sudah hampir menutup.
"Kayaknya dia capek banget," bisik Zeta yang ikut tersenyum geli, karena melihat mata Misha yang sebentar lagi benar-benar tertutup sempurna.
"Dia tidak berhenti main sejak siang tadi," balas Fahri mengingat kebersamaannya dengan sang anak seharian ini. Memang setelah berpisah dengan Zeta, Fahri selalu menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama sang anak minimal dua kali dalam satu minggu, dan melakukan panggilan video setidaknya satu kali sehari. Sehingga membuat hubungannya dan sang anak berjalan sangat lancar walaupun tak tinggal satu rumah lagi.
Zeta dan Fahri ingin anak mereka tetap mendapatkan kasih sayang yang berlimpah walaupun mereka sudah tidak bersama.
"Ya sudah, saya pulang dulu ya," ucap Fahri kembali. Pria ini kembali mencium pipi anaknya, lalu setelah itu berbalik untuk pulang.
Zeta memperhatikan punggung mantan suaminya, lalu menghela napas berat. Pandangannya beralih ke arah wajah sang anak yang benar-benar sudah tertidur pulas.
Zeta mengusap sayang pipi sang anak. "Misha harus ingat, mama dan Ayah gak akan buat Misha jadi anak broken home, Sayang... Mama sayang banget sama Misha..." bisik Zeta lirih dengan mata berkaca-kaca. Wanita ini memeluk erat tubuh anaknya yang saat ini menggeliat, lalu mengecup puncak kepala sang anak. "Tidur nyenyak ya, Nak..."
***
Bab 1 Bag 1
26/10/2021
Bab 2 Bag 2
26/10/2021
Bab 3 Bag 3
26/10/2021
Bab 4 Bag 4
27/10/2021
Bab 5 Bag 5
27/10/2021
Bab 6 Bag 6
27/10/2021
Bab 7 Bag 7
27/10/2021
Bab 8 Bag 8
27/10/2021
Bab 9 Bag 9
27/10/2021
Bab 10 Bag 10
27/10/2021
Bab 11 Bag 11
27/10/2021
Bab 12 Bag 12
27/10/2021
Bab 13 Bag 13
27/10/2021
Bab 14 Bag 14
27/10/2021
Bab 15 Bag 15
27/10/2021
Bab 16 Bag 16
27/10/2021
Bab 17 Bag 17
27/10/2021
Bab 18 Bag 18
27/10/2021
Bab 19 Bag 19
30/10/2021
Bab 20 Bag 20
30/10/2021
Bab 21 Bag 21
30/10/2021
Bab 22 Bag 22
30/10/2021
Bab 23 Bag 23
30/10/2021
Bab 24 Bag 24
30/10/2021
Bab 25 Bag 25
30/10/2021
Bab 26 Bag 26
30/10/2021
Bab 27 Bag 27
30/10/2021
Bab 28 Bag 28
30/10/2021
Bab 29 Bag 29
30/10/2021
Bab 30 Bag 30 ( END )
30/10/2021
Bab 31 Ekstra Part 1 ( Serangan Paku Bumi )
30/10/2021
Bab 32 Ekstra Part 2 ( Ada Apa Denganmu )
30/10/2021
Bab 33 Ekstra Part 3 ( Kebahagiaan Yang Haqiqi )
30/10/2021
Buku lain oleh Ncheet Nca
Selebihnya