Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Bab. 1
Apa yang kamu tahu arti tentang senja? Waktu terbaik memaknai hidup? Atau waktu yang mengajarkan kita kalau apapun yang telah berlalu pasti akan berakhir indah?
Bagi Senja Aluna, makna senja adalah mengajarkan kita bahwa sesuatu yang terlihat indah sebagian besar hanya bersifat sementara.
Ketika semua orang menyukai senja, maka Senja Aluna tidak menyukainya. Ketika semua orang menyukai pelangi, maka Senja Aluna tidak pula menyukainya.
Tidak ada yang istimewa dari dua hal itu. Keduanya sama-sama bersifat sementara.
Senja Aluna. Gadis lucu dengan segala sifat polosnya mampu membuat orang di sekitarnya menyukai gadis itu. Senja bukan primadona sekolah bukan juga anak kaya raya yang mampu menciptakan daya tarik bagi orang di sekitarnya. Ia hanyalah gadis kecilnya Andra, ayahnya. Senja Aluna tidak peduli dengan segala bentuk ketenaran siswa yang ada di sekolah. Baginya, bisa bersekolah dengan baik sampai ia lulus saja sudah cukup.
Siang ini, cuaca terasa begitu terik. Tidak ada awan putih yang menyelimuti langit. Warna biru begitu mendominasi hamparan angkasa. Membuat beberapa orang memilih untuk berada di dalam ruangan agar terhindar dari teriknya matahari yang begitu menyengat.
Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Senja. Gadis itu dengan peluh yang membanjiri wajahnya terlihat tengah menyapu halaman sekolah. Sesekali gadis itu menyeka peluhnya. Bahkan wajah putihnya menjadi sedikit kemerahan karena terpapar sinar matahari.
"Kenapa jadi Senja yang dihukum? Padahal, 'kan, Dilan yang bikin salah," omelnya sambil terus mengumpulkan daun-daun kering yang berterbangan karena terbawa angin.
"Senja, semangat!" teriak seseorang di ujung halaman membuat Senja mencebik kesal. Bibir mungilnya tak berhenti menggerutu.
"'Kan, Dilan yang salah, harusnya Dilan bantuin Senja!" balas gadis itu sambil mengangkat sapu lidi yang ada di tangannya.
Sementara Dilan, lelaki itu tampak tertawa pelan. Kemudian berlari menghampiri Senja. "Yaudah, gue bantu doa, deh." Senja merengut kesal kemudian menjatuhkan sapunya.
"Dilan!!" pekik gadis itu.
Dilan tertawa lagi kemudian tangannya bergerak mengusap sayang pucuk kepala Senja. "Iya, deh. Maaf, ya? 'Kan gue tadi nggak tau kalo malah lo yang kena hukum," ujar lelaki itu sambil menampilkan senyum manis miliknya.
Senja yang melihat itu pun langsung lupa kalau dirinya sedang marah dengan Dilan. Gadis itu tampak ikut tersenyum.
"Bener, ya? Dilan bantuin nyapunya. Ini luas loh halamannya. Senja enggak kuat," ucap gadis itu. Bibirnya mengerucut membuat Dilan gemas.
Dilan pun menarik tangan Senja dan membawa gadis itu untuk duduk di bawah pohon yang cukup teduh.
"Lo di sini dulu. Gue mau lanjutin nyapunya," kata Dilan.
Senja pun mengangguk kemudian mengangkat jari jempolnya. "Okey! Semangat, ya, Dilan!" serunya.
Dilan hanya tersenyum tipis kemudian beranjak mengambil sapu yang tadi sempat dijatuhkan Senja. Kemudian lelaki itu mulai melanjutkan pekerjaan Senja tadi.
Dilan tampak mengeluh dalam hati. Rupanya pekerjaan ini cukup melelahkan. Padahal menurutnya, halaman ini tidak terlalu luas, tetapi rasa lelahnya begitu terasa. Pantas saja Senja marah karena dirinya tidak membantu padahal semua masalah ini berawal dari dirinya. Apalagi cuaca siang ini begitu terik.
"Dilan capek, ya?" tanya Senja dari ujung sana.
Dilan menggelengkan kepalanya. "Nggak! Segini doang mah gampang!" ujarnya sombong. Padahal rasanya sudah mau pingsan saja. Namun lelaki itu malu untuk mengakuinya, gengsi.
Senja tampak menatap kagum ke arah Dilan. "Woah! Hebat, ya, Dilan. Senja aja rasanya udah mau ping-"
Bruk!!
Mata Senja membola. "Dilan kok pingsan?!"