Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Dering ponsel Amanda berbunyi. membuatnya tersadar dalam lamunannya, saat outlet roti tempat ia bekerja tengah sepi pengunjung.
"Amanda, apakah stok roti aman sampai pengiriman Minggu ke depan?" Tanya sang manager dari salah satu perusahaan roti terbesar di Indonesia.
"Aman, Bu Anita. Berhubung hari ini adalah tanggal tua jadi pengunjung stasiun tidak terlalu ramai, namun kami tetap konsisten untuk menjalankan SOP perusahaan, dan sering greeting untuk menarik para pembeli datang ke outlet kita!" Balas Amanda mantap dengan semangat, karena memang ia sangat menyukai pekerjaannya saat ini.
"Baiklah, semangat! bulan ini kita harus mencapai target! Atur anak buah mu dengan baik, dan pastikan kualitas produk kita tetap terjamin dari mutu hingga kebersihannya!" Tegas wanita yang sudah paruh baya tersebut.
"Baik, Bu Anita. siap untuk dilaksanakan." Suara sambungan terputus setelah Amanda mendapat pujian dari managernya tersebut.
Amanda adalah supervisor, ia bertanggung jawab untuk mengurus dan mengelola outlet hingga mencapai target omset. Gadis yang baru berusia 20 tahun tersebut sudah dipercayai memegang 4 cabang outlet di beberapa kota.
Bawaannya yang sangat lembut dan terlihat manja, berbanding terbalik dengan sikap aslinya yang garang dan galak. Amanda juga gadis yang sangat keras kepala, meskipun anak buahnya kebanyakan berusia jauh di atasnya, namun mereka sangat patuh terhadap Amanda.
Gadis berkharismatik dan berparas cantik ini, tak luput dari sorotan banyak pasang mata para pengunjung dan karyawan lainnya. Siapa yang tak akan terlena dengan kecantikan Amanda Khanza Nadira, Putri ke dua dari pak Rudi Hartono dan ibu Maya Rahmawati.
"Selamat siang ibu Amanda!" Sapa pria muda yang berada di ambang pintu masuk outlet roti dan kopi tersebut. Namun saat netra Amanda memandangi siapa itu, ia langsung terkejut dan sangat merasa syok sekaligus.
"Hei, bukankah kau Rendy, teman lamaku saat SMA? kesini mau ngopi atau mau jemput siapa Ren? Sudah lama sekali kita tidak berjumpa, aduh sudah jadi bos kelihatannya!" Histeris Amanda seraya berjalan mendekati Rendy, teman sekolah Amanda sewaktu ia masih sekolah di SMA 1 Senopati.
"Ah hai Amanda, memang sudah lama kita tak berjumpa. Bagaimana keadaanmu? Dan lagi, aku bukanlah seorang bos. Saat ini aku sedang menjemput bos ku!" Balas Rendy, ia tersenyum tulus ke arah teman baiknya itu.
"Ah begitu rupanya, aku baik. Biar aku tebak, bahwa saat ini kamu sedang bekerja sebagai seorang assisten bukan?" Rendy tersenyum, tak menyangka bahwa temannya itu tetap saja pintar seperti dulu.
"Mau minum apa ren?" Amanda menunjuk banner yang berada di outlet, dengan berbagai menu minuman dan kue tentu rasa kualitas tidak diragukan lagi.
Namun Rendy menolak dengan halus, ia akan kembali menemui Amanda dan ngopi disana setelah ia menemui bosnya. Karena sebentar lagi keretanya akan sampai.
Amanda hari ini bertepatan mengunjungi salah satu outlet di stasiun bandung, dan kebetulan bisa bertemu dengan Rendy teman sekolahnya saat akan menjemput bosnya.
Tak beberapa lama kemudian, setelah Rendy keluar dari outlet Amanda. Keadaan mulai ramai banyak pengunjung yang berdatangan sekedar ngopi dan makan kue. Ada juga yang memborong untuk dijadikan oleh-oleh.
Terlihat di sudut pojok ruangan, ada pria tampan dengan kaca mata hitam bertengger di mukanya, namun masih belum memesan apapun. Wajahnya sangat tampan, namun seram tanpa mimik wajah yang tenang.
Ia masih terpaku dengan ponsel yang dipegangnya, sesekali ia mengumpat namun tak jelas apa yang di ucapannya.
Semua karyawan nampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing, terpaksa Amanda sendiri yang akan melayani pria misterius tersebut.
"Maaf Tuan, adakah yang bisa saya bantu? Di sini menu minuman lengkap dari yang hot hingga ice!" Belum sempat ia melanjutkan perkataannya kembali, pria tersebut tiba-tiba memarahi orang yang berada dalam ponselnya. Amanda memandangnya dengan sorotan penuh heran dan bingung, dengan sabar ia masih menunggu pria tersebut selesai berbicara dengan seseorang melalui ponsel selulernya.