Hidup dalam tekanan, membuat Amel menderita. Sosok ibu yang ia rindukan,telah pergi bertahun-tahun tanpa ada kabar. Kini ia hidup di pondok pesantren, setelah melarikan diri dari sang ayah tiri yang ingin melakukan hal bejat padanya. Setelah sekian lama ia tinggal di pondok, akhirnya niatnya untuk menyusul sang ibu terwujud. Amel mendapat bantuan uang dari sang kiyai, untuk memberangkatkan nya ke Korea selatan. Negara, dimana sang ibu berada. Tinggal di negri orang, membuatnya takut akan keramaian disana. Amel lalu memutuskan untuk singgah di sebuah kota yang jarak nya tidak terlalu jauh dari masjid yang ada disana. Di setiap malam, Amel melantunkan suara merdunya dalam lantunan tilawah. Tanpa ia sadari ada seorang pria yang melihatnya dari luar jendela masjid.
Author POV
.
.
Hujan deras turun di sebuah pemukiman kecil di Jakarta. Seorang anak kecil berlari keluar rumah tanpa peduli akan derasnya hujan yang akan membasahinya.
.
.
Anak itu berhenti di sebuah gubuk di tengah sawah.
Menggigil kedinginan di sertai tangisannya yang tersedu-sedu.
"Ibu dimana? Amel kangen ibu, amel gak mau tinggal sama bapak!" Seru anak itu, yang bernama Amel.
"Amellll!" Teriak seorang pria paru baya dari kejauhan.
Melihat itu, Amel berlari sekuat tenaga pergi dari sana.
Namun, kakinya menginjak sebuah paku kecil yang membuat nya jatuh dan pria itu berhasil menangkapnya.
"Ayo layani bapak, ayo kita pulang!" Ucap Pria itu, sembari menarik tangan Amel.
Dengan keadaan yang sudah tak berdaya itu, Amel hanya bisa pasrah.
"Huft, akhirnya lega juga!" Ucap Bapaknya, sembari memasang kembali celana yang ia gunakan.
"Hiks hiks bapak jahat, bapak jahat!" Tangis Amel.
"Yee itu semua gara-gara ibu lo, dia gak pulang bertahun-bertahun sampe gak ngirim duit ke kita, harusnya lo bersyukur udah gue nafkahin sampai segede ini!" Ucap Bapaknya.
"Udah lah gue mau minum-minum dulu yak bye!" Ucap Bapaknya yang lalu pergi meninggalkannya.
Amel hanya bisa menangis, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Inner child nya terluka, yang tersimpan hanyalah trauma berat yang ia rasakan. Sejak umur nya 7 tahun hingga sekarang 10 tahun, ayah nya masih dengan kejam melakukan perbuatan bejat padanya.
"Gak bisa, Amel udah gak tahan hidup sama bapak lagi, Amel harus bisa kabur dari sini!" Ucap Amel.
Tubuh kecil yang lemas tak berdaya itu, ia paksakan untuk berlari.
.
Hingga akhirnya ia sampai di sebuah pintu masuk pondok pesantreen Darussalam. Seorang Kyai melihatnya, dan datang membukakan pintu untuknya.
"Ada apa nak? kenapa ada disini?" Tanya sang Kyai.
"Tolong selamatkan saya dari bapak tiri saya pak kyai!" Ucap Amel memohon.
Tak lama setelah itu, Amel jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
.
****
.
"Aku dimana?" Tanya Amel kebingungan melihat lingkungan di sekitarnya berbeda.
Krieet...
"Alhamdulilah, kamu sudah sadar, bagaimana sudah agak mendingan?" Tanya Pak Kyai yang baru saja datang menemuinya.
"Aku di pondok pesantren Pak Kyai?" Tanya Amel.
"Iya kamu ada di Pesantreen Darusalam sekarang!" Jawab Pak Kyai.
"Alhamdulilah, akhirnya aku bisa kabur dari sana!" Ucap Amel.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada mu, nak?" Tanya sang Kyai.
"Hidup ku hancur berantakan Pak Kyai, masa depanku hancur!" Ucap Amel sembari menangis.
"Kenapa kamu bilang begitu?" Tanya Pak Kyai.
"Saya sudah lama tinggal dengan bapak tiri saya, sudah 4 tahun beliau melecehkan saya Pak Kyai, saya sudah ternodai!" Jawab Amel.
"Mengapa terjadi demikian? memangnya ibu mu kemana kok beliau tidak melindungi mu?" Tanya Pak Kyai.
"Ibu saya merantau di negri orang, tapi sudah 5 tahun ini beliau tidak pulang dan tidak kabar dari beliau!" Jawab Amel.
"Saya sangat terluka Pak Kyai, masa depan saya hancur!" Ucap Amel lagi.
"Bersabarlah nak, akan ada jalan di balik ujian yang kau hadapi saat ini, berdoa dan mendekatlah pada Allah, insyaallah allah akan berikan engkau jalan terbaik atas semua ini!" Ucap Pak Kyai.
"Apa allah masih memaafkan aku? aku sudah melakukan apa yang dia larang?" Tanya Amel.
"Seburuk apapun kesalahan manusia, selagi ia masih mau bertaubat maka allah akan bukakan pintu maaf baginya!" Jawab Pak Kyai.
"Iya Pak Kyai, saya akan berdoa dan minta ampun pada Allah!" Ucap Amel.
"Ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya Pak Kyai.
"Aku Amel, Pak Kyai!" Jawab Amel.
"Lalu, berapa usiamu?" Tanya Pak kyai lagi.
"Umur ku 10 tahun, tapi akhir tahun nanti umurku genap 11 tahun!" Jawab Amel.
"Subhanallah, di usia mu yang masih tergolong kecil ini pun kamu sudah bersadar diri, berbeda dengan orang-orang yang menunda waktu untuk bertaubat!" Ucap Pak Kyai.
"Sebenarnya dulu, bapak kandungku adalah seorang ustadz pak kyai, aku sering di ajak beliau ceramah dari satu daerah ke daerah lain!" Jawab Amel.
"Ustadz, benarkah itu? kalau boleh tahu siapa nama ayahmu?" Tanya Pak Kyai.
"Nama ayahku Syahriel maulana!" Jawab Amel yang membuat Pak kyai terkejut.
"Jadi kamu anak kandung Syahriel? saya tidak menyangka akan bertemu anakmu syahriel!" Jawab Pak Kyai yang membuat Amel bingung.
"Pak kyai kenal bapak kandung saya?" Tanya Amel.
"Tentu saja kenal, bapak mu itu sahabat ku, dulu kita berada di pondok pesantren yang sama!" Jawab Pak Kyai.
"Bapak sangat baik, banyak sekali orang yang mengagumi nya!" Ucap Amel.
"Benar sekali, dia juga sangat baik sekali padaku!" Ucap Pak Kyai.
"Sayangnya takdir mengambilnya dari ku, allah memanggilnya saat dia sedang berada dalam perjalanan pulang setelah melakukan dakwah!" Ucap Amel.
"Itu semua sudah menjadi Kehendak-Nya!" Ucap Pak Kyai.
"Ibu yang Frustasi akan kepergian sang ayah, terpaksa menikah dengan sang pria yang tak lain dan tak bukan adalah pamanku sendiri!" Ucap Amel.
"Ibumu menikah dengan sulaiman?" Tanya Pak kyai.
"Ya, tapi pernikahan tanpa dasar cinta tidak akan membuat nya bahagia, oleh karena itu ia terpaksa pergi ke luar negri untuk bekerja!" Ucap Amel.
"Memangnya, sulaiman tidak mencintainya?" Tanya Pak Kyai.
"Dia mencintai ibuku, tapi ibuku mencintai almarhum ayahku, ibu pergi bekerja karena selama ini, om sulaiman banyak terlilit utang hingga ratusan juta!" Ucap Amel.
"Apa ibumu mengiriminya uang?" Tanya Pak Kyai.
"Dia menerimanya, dan utangnya pun perlahan lunas, namun sejak saat itu ia sudah tidak lagi mengirimi kami uang, bahkan om sulaiman sudah berani berutang banyak lagi sekarang, jadi selama itu akulah yang berusaha menabung untuk melunasi hutang-hutangnya!" Ucap Amel.
"Astaghfirullahaladzim, kamu masih begitu kecil tapi kamu sudah bekerja, lalu apa yang kamu kerjakan di usia sekecil itu sampai sekarang?" Tanya Pak Kyai.
"Saya menawarkan jasa cuci laundry baju pada para tetangga!" Jawab Amel.
"Sungguh baik hatimu Amel, Aku tidak menyangka Sulaiman akan berbuat seperti ini padamu, memang sejak dulu Sulaiman iri dengan kesuksesan Kakaknya!" Ucap Pak Kyai.
"Pak kyai!" Panggil Amel.
"Iya ada apa?" Tanya Pak Kyai.
"Amel boleh tinggal di sini, kan? Amel gak akan lama kok, tunggu sampai uang Amel terkumpul, Amel akan pergi menyusul ibu!" Ucap Amel.
"Silahkan Amel, pintu pesantren ini selalu terbuka untukmu, mau kamu tinggal lama atau sementara pun, pesantren ini akan tetap menerimamu!" Ucao Pak Kyai.
"Terima kasih pak kyai!" Ucap Amel sembari tersenyum bahagia.
"Iya sama-sama!" Ucap Pak Kyai.
"Aku berjanji akan memperdalam agama lagi, aku akan mendekatkan diriku lagi pada allah!" Ucap Amel.
"Masyallah semoga allah memberi mu kemudahan untuk kembali mendekat pada-Nya yah?" Ucap Pak Kyai.
"Amin, makasih pak kyai!" Ucap Amel.
"Sama-sama!" Ucap Pak Kyai.
Buku lain oleh Honeywing
Selebihnya