Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Teacher on Escape

Teacher on Escape

Auphi

5.0
Komentar
532
Penayangan
60
Bab

CARI JODOH BERKEDOK LIBURAN? Setidaknya itu yang dipikirkan wanita ini diusianya yang menginjak angka 30 tahun. Vina seorang guru Matematika yang berencana menikah dengan pria yang sudah dipacarinya sepuluh tahun. Namun apa daya, rencana pernikahan harus bubar karena ketidaksetujuan ayahnya terhadap pria yang akan dinikahi Vina disebabkan dendam masa lalu. Kesal dan frustasi dengan keadaan, Vina pun melarikan diri ke kota Batam, meninggalkan pekerjaannya dan menemui teman SMA nya dulu, Luki. Sialnya Luki juga sedang mengalami patah hati akibat ditinggal menikah oleh pacarnya dengan pria yang jauh lebih mapan. Padahal, Luki sudah mati-matian berhemat agar bisa membiayai kuliah sang mantan. Dalam keadaan sedih dan hancur dua orang yang putus asa ini pun bertemu di jembatan Barelang yang legendaris itu, menumpahkan kesedihan sambil menenggak bir murahan. Di jembatan ini pula Vina mengucapkan kata-kata yang akan disesalinya kelak. Atau disyukurinya? Bagaimana kelanjutan kisah perjalanan dua insan ini untuk menemukan takdir mereka? Simak selengkapnya di Teacher on Escape. Disclaimer : cerita ini hanya fiksi semata. Jika ada kesamaan nama orang, tempat, instansi, organisasi, dan hal sensitif lainnya itu hanya kebetulan yang tidak disengaja untuk mempertegas jalannya cerita. Terimakasih.

Bab 1 Dia seorang guru

Medan, Februari 2019

Kriiinggg, kriiinggg, kriiinggg

Bel yang me-mekakkan telinga berbunyi memenuhi seantero sekolah diiringi pekik sorak anak-anak yang lega karena jam pelajaran telah usai. Vina merapikan laptop dan alat tulisnya, lalu membagikan buku tugas siswa.

"Baik, tolong dipelajari materi Persamaan Kuadrat ini dengan serius di rumah. Soalnya minggu depan kita akan membahas materi Fungsi Kuadrat yang sangat berhubungan dengan materi ini"

"Baik miss"

"Selamat siang semuanya, silahkan nikmati waktu makan siangnya. See you next week"

"Selamat siang miss" Balas para siswa serempak.

Vina pun meninggalkan kelas lalu berjalan ke kantor guru untuk menikmati makan siangnya. Teman-teman satu gengnya sudah duduk sambil tertawa-tawa menikmati makan siang mereka. Vina menghembuskan napas sambil duduk terhenyak di kursinya. Salah satu temannya, guru Biologi yang bernama Hadi mulai berbuat usil.

"Eh Vin, gimana tadi aroma eek si Farhat? Semerbak kan? Jarang-jarang lho" Kekeh Hadi ditimpali oleh gelak tawa teman-teman yang lain.

Vina yang kesel refleks melemparkan buku ke arah Hadi yang dengan cekatan ditangkisnya.

"Setan kau ya Di, itu kejadian pas di jam pelajaran mu lho, tapi nggak kau bereskan, gila kau ya Di"

"Hahaha, tapi kau kan wali kelas orang itu. Lagian si Farhat eek pas sepuluh menit lagi jam-ku mau habis. Yaudah, kubiarin ajalah. Nggak mungkin juga kuceboki anak kelas X kan, hahaha"

"Atau jangan-jangan kau ceboki tadi si Farhat?" Tanya Baskoro alias Ireng, guru olahraga yang berkulit gelap

"Ah, diamlah kalian. Memangnya aku cewek apaan? Cuma ku suruh pulang dia tadi. Mulanya nggak mau pulang, tapi ku paksalah. Gila aja aku harus nyium aroma alam sepanjang jam pelajaran"

"Terus, apa kata teman-teman nya? " Tanya winda, guru Fisika yang keibuan

"Aku peringatkan aja supaya nggak ada yang ungkit kejadian ini lagi. Kasian si Farhat, apalagi orang ini udah kelas X. Sampai ku ancam juga tadi, siapa yang ketahuan membully si Farhat bakal berurusan sama aku. Nggak mau aku punya anak perwalian tukang bully" Balas Vina sembari menenggak air putih dari Tupperware-nya.

"Eleh, kayak situ nggak tukang bully" Ujar Hadi

"Aku tukang ejek, bukan tukang bully"

"Podo ae tho nduk" Balas Ireng pula.

"Dia pula lucu. Masak nggak bisa dirasakan kapan eek-nya mau keluar, ijin dulu kek. Ini bakal jadi aib seumur hidup lho. Nggak kebayang aku reuni nanti orang ini beberapa puluh tahun ke depan, pasti eek si Farhat ini jadi hot topic, ckckck" Intan, guru kimia nggak mau kalah turut memberi komentar

"Ya sudah, kau ciptakan dulu ramuan kimia yang bisa bikin lupa ingatan" Joyce, guru bahasa Inggris turut menimpali

Kedua guru yang usianya sepantaran ini memang jarang akur, sering memperdebatkan hal-hal yang sepele. Namun begitu bukan berarti mereka tidak dekat, terlalu kompak malahan. Semacam love and hate relationship istilahnya.

"Young lady, if I have that competence, I will not stay here with you all" Balas Intan sok kece

"Cieee, English dia, hahaha"

Serempak mereka menggoda Intan yang hanya tersenyum sengak mendengar sindiran temannya.

"Udah dulu ya guyss, kakak mau makan dulu. Sepuluh menit lagi udah habis jam makan siang kita" Vina membuka bekal dan mulai makan.

Ruang guru pun kembali sunyi hanya bunyi dentingan sendok yang sesekali terdengar. Meja di kantor guru ini memang disusun menyerupai grup. Satu grup terdiri dari enam sampai delapan guru.

Tujuannya agar para guru bisa bertukar pikiran dengan guru lain setelah jam mengajarnya usai. Memang niat awalnya baik, tetapi pengaturan yang begini malah membuat seorang guru hanya dekat dengan guru lain yang duduk dalam grupnya. Sudah tiga tahun Vina mengajar disini dengan gaji yang tidak terbilang besar. Namun lingkungan kerja yang akrab membuatnya betah untuk bertahan.

Tak lama jam makan siang pun usai. Guru-guru mulai merapikan peralatan makan dan bersiap-siap untuk kelas selanjutnya. Baru saja Vina dan teman-teman nya ingin berdiri, tiba-tiba terlihat Karan Singh, ketua kelas IX A datang tergopoh-gopoh

"It must be bad news, I guess" Kata Intan

"Miss Vina, habis ini mengajar di kelas kami kan?" Tanyanya dengan napas yang masih tersengal

"Ya, terus? "

"Miss ayolah masuk sekarang. Kelas kami lagi rusuh. Si Carlos menumbuk kacamata si Monang sampai pecah"

"Lha, kok bisa?! " Tanya Vina kaget.

"Awalnya tadi saling ejek miss, terus didorong si Monang si Carlos. Habis itu si Carlos emosi, tak sadar ditumbukkannya kacamata si Monang miss"

"Mana wali kelas kalian?" Selidik Vina lagi

"Nggak masuk miss"

"Aissh, anak-anak si Denny inilah. Terus buat masalah. Ampuuunnn..." Ujar Vina kesal

"Hahaha"

Serentak Hadi dan guru-guru lain dalam grup mereka menertawakan kemalangan Vina.

"Nasibmu lah, Nak. Dinikmati aja lah ya, segala hal ada hikmahnya" Ujar Winda sok bijak

"Huh, awaslah tiba giliran kalian nanti yang kena prank sama siswa, pasti aku ketawa sepuasnya. Aku pergi dulu ya guys, bye maksimal"

Vina pun tergesa melangkah menuju kelas IX A bersama Karan sementara teman-temannya masih menertawakan kemalangannya hari ini.

Indahnya menjadi guru.

***

Kelas IX A dalam suasana hiruk pikuk ketika terdengar bunyi tumit sepatu yang beradu dengan lantai yang keras. Beberapa siswa yang menyadari kedatangan guru mereka segera duduk dengan tertib di kursinya sementara yang lain masih asyik memperkeruh kegaduhan antara Carlos dan Monang.

Vina berdiri di depan kelas, tangan nya bersedekap di depan dada, matanya yang tajam awas mengamati siswa-siswa satu persatu. Suasana kelas perlahan hening, sedangkan siswa yang berbuat kegaduhan mulai duduk satu persatu, meninggalkan dua jagoan, Monang dan Carlos, saling tatap satu sama lain di tengah kelas.

Tak ada satupun yang mau mengalah, keduanya masih ngotot untuk menjatuhkan mental lawan melalui tatapan tajam nan sangar.

"Okay hero, come you both here" Ucap Vina memecah keheningan

Perlahan keduanya pun maju ke depan kelas dengan muka masih ditekuk, khas bocah ngambek.

"So, do tell me what happen here" Tanya Vina tenang sambil duduk di kursi guru.

"Carlos duluan miss, disebut-sebutnya nama bapak saya. Terus saya emosi, langsung terdorong saya dia miss" Monang memulai serangan

"Terdorong kata kau? Sengaja kau dorong aku ya. Kan pas kau dorong aku, sadarnya kau. Nggak pengsan kau kan? " Ucap Carlos tak mau kalah

Vina menunduk menahan senyum mendengar perdebatan keduanya. Giliran berdebat langsung cerdaslah pikiran siswanya, giliran menjawab soal jangan ditanya. Pasti bungkam seribu bahasa.

"Oke, sekarang giliran mu Carlos. Apa cerita versimu?" Ujarnya sambil menatap mata Carlos.

"Iya miss, saya tadi becanda sama Monang habis itu langsung didorongnya saya miss, untung kepala saya nggak sampai menghantam tembok, karena kesal saya tumbuk dia miss rupanya kena kacamatanya miss" Kelit Carlos

"Wait, bercanda yang kamu maksud itu menyebut nama bapaknya?

" Ehm, iya miss "

"Baiklah, kamu Monang pernah nggak menyebut nama Tuhan, nama dewa, atau nama nabi? "

"Pernah miss"

"Kalau nama mereka saja bisa kamu sebut, kenapa nama bapak kamu nggak boleh disebut?"

"Tapi itu lain miss, biasanya kita sebut gelarnya di depan nama. Contohnya; Nabi Isa, Nabi Muhammad, dewa Krisna, kan nggak langsung dibilang namanya. Ini masak dibilang Talu, Talu, gitu miss"

"Oh, nama bapak kamu Talu" Vina menahan napas agar tidak tersenyum

"Haaa, lucu kan miss, hahaha" Ucap Carlos tak sopan lalu seisi kelas pun mulai ribut

"Cukup, diam semua! " Bentak Vina mulai kesal

Setelah kelas hening, dia melanjutkan ucapannya.

"Baik, coba dengar Monang. Kamu tidak seharusnya semarah itu kalau nama bapak disebut. Banggalah dengan nama bapak kamu. Kalau kamu merasa terganggu juga, kamu boleh kok melapor ke guru yang masuk supaya si Carlos ditangani guru. Jangan langsung main dorong-dorong. Bangsa yang berbudaya tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Paham kamu Monang? "

"Paham miss"

Lalu Vina menatap Carlos pula dan ia melanjutkan.

"Kamu juga Carlos mengingat usia pak Talu jauh di atasmu, tidak sepantasnya kamu mengucapkan namanya begitu. Saya yakin orang tua di rumah pasti sudah mengajarimu etika dalam berbicara khususnya kepada yang lebih tua. Lagian kamu ngapain menyebut-nyebut nama pak Talu? Apa kamu pengen ketemu sama beliau? Biar saya pertemukan" Tanyanya tajam

"Nggak, nggak, miss" Carlos menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Well, besok kalian berdua ketemu sama pak Denny supaya beliau yang menyelesaikan masalah penggantian kacamata si Monang. Carlos beritahu orangtua kalau kamu perlu mengganti kacamata si Monang besok dan tolong jangan diulang perilaku mu ini, paham? "

"Paham miss"

"Baiklah, silakan kembali ke kursi kalian masing-masing" Pungkasnya menutup pembicaraan.

Vina kemudian berdiri di depan kelas lalu melanjutkan materi pelajaran yang tertunda.

"Nah, hanya karena masalah sepele, Carlos harus mengeluarkan dana ekstra untuk mengganti kacamata Monang. Makanya jangan suka melakukan hal yang tidak perlu seperti menyebut-nyebut nama ayah temanmu. Itu menyangkut harga diri seseorang. Saya harap tidak terjadi lagi masalah seperti ini. Gara-gara kalian, waktu untuk pelajaran hari ini berkurang lima belas menit. Seharusnya lima belas menit ini bisa digunakan untuk belajar tetapi jadi terbuang sia-sia"

Guru yang terkenal cerewet ini menatap siswanya satu persatu sampai ucapannya meresap ke dalam pikiran mereka, lalu dia melanjutkan penjelasannya.

"Baik, keluarkan buku dan alat tulisnya, kita lanjutkan materi mengenai panjang busur dan luas juring"

Vina menggambar sebuah lingkaran dengan busur kayu yang besar di papan tulis.

"Anggap ini sebuah pizza yang besar, berbentuk lingkaran dengan taburan keju, daging asap, dan irisan sosis yang banyak. Lalu, kalian akan memberikan sepotong pada adik kalian"

"Jangan miss, mau dihabiskan, hahaha" Seru anak-anak kompak.

"Dasar pelit. Nah, luas sepotong pizza ini dapat dianggap sebagai juring pada lingkaran. Ringkasnya luas juring adalah sebagian dari luas total lingkaran. Jadi untuk mengetahui berapa luas juring ini kamu harus tahu dulu luas lingkaran. Nah, Carlos bagaimana cara mencari luas lingkaran? "

"Ah, eh, itu miss, anu, ... Aduh, lupa miss? " Jawab Carlos sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Iyalah lupa, habis kamu memakai memori di otak untuk menghapal nama bapak temanmu, mana cukup lagi untuk mengingat hal lain, ckckck"

"Huuuuuuu"

Serentak satu kelas menyoraki Carlos.

"Baik, tenang semua. Jadi untuk mencari luas sebuah lingkaran kamu harus mengalikan kuadrat dari jari-jari lingkaran dengan nilai pi, kemudian... "

Lalu seisi kelas pun sibuk dengan materi dan tugas yang diberikan. Seperti biasa, guru matematika selalu memberikan soal yang lebih sulit daripada contoh dengan alasan untuk mengasah kemampuan bernalar siswa.

Vina berjalan keliling kelas memeriksa pekerjaan siswanya. Kadang ia behenti untuk memberikan penjelasan tambahan jika dirasa perlu.

Tak lama, bel penanda jam pulang pun berbunyi.

"Fiuuhhh"

Serentak seisi kelas menghembuskan napas lega. Akhirnya hari yang melelahkan ini berakhir.

"Baik, selesaikan tugas kalian di rumah. Saya harap pada pertemuan berikutnya semua tugas diselesaikan dengan baik dan jangan lupa untuk mengerjakannya secara mandiri, biarpun itu salah. Good day students, see you next time"

"Good day miss"

Vina pun berjalan ke ruang guru. Ia duduk sejenak sambil menghembuskan napasnya perlahan. Punggungnya yang penat disandarkan, lalu dia membuka gawainya. Ada pesan masuk di aplikasi WhatsApp miliknya.

Sayang, ayok. Aku udah di bawah.

Ternyata pesan dari Andri pacarnya sudah masuk sejak sepuluh menit yang lalu.

Baik, aku turun sekarang.

Vina bergegas mengemasi barangnya lalu turun ke lantai satu tanpa menunggu rekan-rekannya yang belum kembali ke ruang guru. Setibanya di lantai satu, nampak Andri sedang duduk di bawah pohon sambil memainkan gawainya.

Ia pun bergegas menghampirinya pria itu.

"Ayok Yang, sorry lama"

Andri mengangkat wajahnya, menatap Vina dan tersenyum.

"Okay Yang, ayoklah pulang. Aku sangat lapar"

"Baik boss"

Keduanya pun menaiki motor bebek Andri dan bergegas meninggalkan gedung sekolah.

Tanpa disadari ada sepasang mata indah yang menatap lekat-lekat kepergian mereka.

Catatan:

Monang = memang

Talu = kalah

*bhs batak toba

Fiuh, akhirnya bab pertama dari cerita ini selesai. Mohon dukungan nya teman-teman agar saya tetap semangat menulis. Terimakasih

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Auphi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku