Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat

Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat

Auphi

5.0
Komentar
4K
Penayangan
56
Bab

Sejak pernikahan ibunya, Putri yang berusia sepuluh tahun itu harus terusir dari rumah dan tinggal di desa bersama neneknya. Hal ini membuatnya tumbuh jadi gadis mandiri dan berkemauan kuat. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Putri mengadu nasib ke ibu kota. Takdir hidup membawanya tersesat ke dunia hiburan dan di sini pula dia dijebak oleh rekannya hingga nyaris jadi korban kebejatan produser cabul namun lewat ini pula, dia bertemu dengan pewaris Bharata group, Arya Bharata. Seiring waktu hubungan mereka yang makin dekat mendapat pertentangan sengit hingga Putri memilih mundur. Suatu insiden membuat ayah kandung putri yang selama ini misterius jadi ketahuan identitasnya. Akankah Putri mau menerima ayah yang sudah menelantarkannya sejak muda? Lantas, bagaimana hubungan asmaranya dengan Arya?

Bab 1 Casting

"Peserta nomor dua belas, silakan masuk," ujar seorang pria berwajah kelimis dari ambang pintu.

Bersamaan dengan itu, seorang gadis dengan tampilan trendy dan tubuh tinggi masuk ke dalam ruangan. Sejak tadi, wanita ini sudah mencuri perhatian Putri karena pembawaannya sangat berbeda dari peserta lain.

Selain terlihat santai, tubuhnya pun mengenakan barang branded dari atas sampai ke bawah yang tak mungkin bisa dijangkau oleh artis yang tengah merintis karir.

Putri kembali menatap nomor antriannya dengan gelisah. Di atas kartu itu tertulis angka tiga puluh dua, yang berarti ada dua puluh kandidat lagi yang mesti maju sebelum tiba gilirannya.

"Eh, dengar-dengar kita casting cuma formalitas lho. Semua peran yang dibutuhkan sudah terisi." Seorang peserta yang kebetulan duduk di sebelah Putri mulai bergosip dengan rekannya.

"Ah, masak sih sekelas Bharata group curang?" Temannya menanggapi skeptis.

"Pelankan suaramu, bodoh."

Setelah itu keduanya bicara sangat pelan hingga suara mereka menyerupai desau angin. Namun percakapan sekilas tadi sudah cukup bikin hati Putri ngilu.

Dia menarik nafas panjang sambil memikirkan betapa sulit hidupnya biar bisa sampai kemari. Mati-matian membujuk Sophia, cuti dari pekerjaan -- yang sudah pasti dikenai denda --, dan harus merelakan uang lima puluh ribunya untuk ongkos kemari.

'Semoga aku punya kesempatan untuk unjuk gigi.' Putri membatin lagi seraya menatap sekeliling. Ada banyak hal menarik yang bisa dilihat saat ini.

Ketika dia sedang asyik mengamati segalanya, pintu yang tertutup rapat itu tiba-tiba terkuak diikuti oleh pengumuman yang langsung mematahkan hati semua orang.

"Baiklah kakak-kakak, terima kasih atas partisipasinya. Dengan sangat menyesal kami umumkan, semua peran yang kami cari sudah terisi, sampai ketemu di lain waktu. Semoga berhasil."

Dan "baam!" Pintu itu kembali tertutup rapat.

Sontak semua yang menunggu tadi kasak-kusuk. Ada yang protes, ada yang saling tatap dengan ekspresi 'kubilang juga apa' tertempel di wajahnya, ada juga yang langsung menitikkan air mata. Dan Putri termasuk salah satu dari kategori terakhir ini.

Bagi mereka yang di dalam sana, ini mungkin cuma casting biasa, tapi bagi Putri beda lagi ceritanya. Harapannya, kesembuhan neneknya, sangat bergantung pada kesuksesannya dalam meniti karir.

"Ssstttt, lihat ke sana deh... ."

Sayup-sayup suara perempuan yang duduk di sebelahnya tadi mendadak terdengar lagi, namun Putri terlalu malas meladeni. Dia tetap menunduk sambil menenangkan dirinya yang kecewa berat.

Pada saat inilah, suasana di sekelilingnya mendadak hening. Terlalu hening sampai dia jadi merinding.

Putri menatap perempuan di sisinya yang tadi terisak kini malah sibuk merapikan rambut. Perempuan yang duduk di depannya, mengangkat sebelah kakinya hingga bagian pahanya yang cuma ditutupi sehelai rok mini jadi terekspos.

'Kenapa orang-orang ini bertingkah aneh?'

Di tengah keheranannya, Putri mendongak hingga matanya bersirobok dengan netra yang dinaungi sepasang alis hitam pekat itu.

Apa yang lebih mengejutkan adalah warna pakaian mereka yang sama persis. Kemeja putih dan jins biru. Bedanya, pria jangkung itu menggulung lengan bajunyanya sampai siku dan memasukkannya ke dalam celana.

Putri bagai tersihir sebelum buru-buru menundukkan pandangan. Demi menjaga kesadarannya tetap berpijak di bumi, dia berulang-ulang mengucapkan mantra yang sama dalam benaknya.

'Yang terlalu indah mendatangkan petaka... yang terlampau bagus mengundang bahaya... .'

Putri baru berhenti merapal mantranya ketika keheningan di sekelilingnya berubah jadi kasak-kusuk tak berkesudahan.

"Ampunn ... tak sia-sia aku datang. Bisa bertatapan dengan pewaris Bharata group adalah impian terbesarku."

"Sekarang aku percaya bila dibalik kemalangan akan selalu ada hikmahnya."

"Dia sangat tampan seperti dewa Yunani."

"Kurasa dia sangat pantas jadi tokoh CEO dalam cerita romansa. Tubuhnya atletis dan jantan, memikirkannya saja bikin rahimku menghangat... ."

Putri menarik nafas panjang mendengar komentar-komentar lucu ini. Dewa Yunani katanya? Apa mereka pernah ketemu dewa? Tahu CEO itu singkatan dari apa? dan lagi... rahim hangat?

Astaga! Demi tongkat petir Zeus, baru tahu seseorang bisa merasakan sensasi hangat di rahim sendiri.

Puas menggelitiki telinganya dengan ocehan para wanita yang mabuk kepayang, Putri pun terhuyung meninggalkan gedung milik keluarga Bharata. Entah bagaimana caranya menceritakan kegagalan ini pada Sophia nanti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Auphi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku