/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
"Aaaaa gila! Dari kemarin mimpi cewek kembar 4 mulu dan sekarang mimpi jatuh dari langit?"
Aku berada di atas lautan yang luas dan sangat jauh dari pulau. Ada pulau yang terlihat, namun sangat jauh sekali karena hanya telihat sangat kecil padahal posisiku dari ketinggian. Hanya terlihat lautan biru yang sangat luas dan tidak ada satu kapal pun yang terlihat.
"Woi! Kenapa realistis sekali? Angin ini, lalu aroma lautnya begitu terasa. Bagaimana bisa? Mati aku! Ini jauh sekali dari daratan!" Aku panik sekali karena jatuh dari tempat yang tinggi dan dengan cepat meluncur ke bawah. Agar tidak terjadi cidera saat terjun di air, aku meringkuk dengan memegang kakiku dan aku arahkan kaki duluan yang di bawah.
Cedlung brussh
Aku masuk ke dalam laut, sangat jauh sekali hingga tekanan air terasa cukup keras di tubuhku. Air laut yang dingin, terasa sangat asin di lidahku dan begitu perih saat aku membuka mata. Air laut yang berada di bawahku begitu luas dan sangat gelap, saat aku lihat ke atas, ternyata hanya sedikit cahaya yang tembus sampai sini. Aku segera berenang menuju permukaan, namun tidak bisa menggapai permukaan kembali, padahal aku yang bisa berenang dengan lancar. Tubuhku lemas, kepalaku pusing, dadaku sesak dan perlahan pucat karena kehabisan oksigen. Tidak lama kemudian, tubuhku dengan sendirinya berusaha menghirup udara, namun yang masuk ke dalam tubuhku hanyalah air. Karena hal itu, alhasil kesadaranku mulai menghilang.
....
"Woi bangun bangun!" teriak seseorang dengan suara cewek sambil menyenggol lenganku. Saat aku bangun, terlihatlah seorang gadis berusia 17 an tahun yang berdiri di sampingku sambil menyilangkan lengannya. Kepalaku terasa pusing, hidungku bagian dalam terasa sakit karena kemasukan air.
"Woyy! Hallo?" Dia menyadarkanku yang sedang terpana dengan parasnya yang begitu cantik.
Cinta pada pandangan pertama? Hahaha gila diriku ini.
"Ehhhh aku masih hidup!?" Aku teringat momen terakhir kali saat aku tenggelam.
"Selamat datang di surga, tuan!" Gadis itu sedikit menunduk sambil memperbaiki rambutnya yang menjuntai ke bawah. Wajahnya yang tirus, matanya hijau cerah dihiasi bulu mata yang lentik, bibirnya tipis yang berwarna merah muda alami.
"Permisi, neraka di sebelah mana ya? Kelihatannya saya salah masuk," ucapku menanggapi candaannya.
"Ngomong-ngomong, bisa kau tutupi itu dulu?" Dia berdiri kembali lalu menunjuk ke arah selangkanganku.
"Ehh, kemana pakaianku?" Aku melihat tubuhku yang benar-benar telanjang bulat, dengan panik aku tutupi kemaluanku dengan kedua tanganku. Aku baru ingat, bahwa sudah telanjang saat terjun dari langit tadi.
"Lah, itu kan pakaianmu, kenapa tanya kepadaku?" Segera dia balik badan.
"Lia!?" ucapku kaget saat melihat papan status yang ada di atas kepalanya. Aku juga baru menyadari, tulisan dan bahasa yang kami gunakan untuk berbicara tadi bukanlah bahasa dari dunia asalku.
Nama: Lia
Ras : Manusia
Umur : 16 tahun
Jumlah sihir : 126
Kekuatan : 879
Kecepatan : 1,2ms
"Bagaimana bisa kau tau namaku?" Dia berbalik badan dengan kagetnya.
"Aku pun bingung, kenapa bisa muncul tulisan nama, ras, umur, hahh jumlah sihir?" Sambil aku tunjuk tulisan yang ada di atasnya. Tentu itu membuatku kaget, malahan aku sempat berfikir ulang, apa benar ini berada di surga?
"Mmm, sihir apa yang kau gunakan? Setahuku, sihir penafsiran tidak dapat menjelaskan nama seseorang." Lia mikir keras karena setahu dia tidak ada sihir seperti ini.
"Mana aku tahu, muncul begitu saja!" Aku jawab dengan nada agak tinggi karena merasa aneh. Apa kemungkinan aku reinkarnasi di dunia sihir? Lalu penyebabnya apa? Apa aku sudah mati? Walau ada ingatan kehidupanku, namun ingatan terakhir kali masih buram.
"Ngomong-ngomong, ini di mana?" Aku lihat-lihat sekitar, pantai pasir putih yang cukup luas, tapi tidak aku lihat adanya sampah plastik sedikitpun.
"Desa nelayan bagian paling ujung dari kerajaan Lamris, lalu dari mana asalmu?" Lia berjongkok di depanku, sepertinya dia sudah merasa pegal berdiri.
/0/2581/coverorgin.jpg?v=bf135e0dac2a4579df7bca333fac9bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/4259/coverorgin.jpg?v=cb1dcacc96fc7ddceb6c328c1d504baa&imageMogr2/format/webp)
/0/8337/coverorgin.jpg?v=20250122152456&imageMogr2/format/webp)
/0/24544/coverorgin.jpg?v=20250530185549&imageMogr2/format/webp)
/0/5596/coverorgin.jpg?v=a975c4f481cb5501e854da3164742f69&imageMogr2/format/webp)
/0/20114/coverorgin.jpg?v=63cd1706f81dd1e9ac5b50bc2918f172&imageMogr2/format/webp)
/0/16487/coverorgin.jpg?v=16dca3f1aec75611b0d0bf1f2a49a2d0&imageMogr2/format/webp)
/0/3263/coverorgin.jpg?v=da51877b94893f98820b80291b788f0a&imageMogr2/format/webp)
/0/4281/coverorgin.jpg?v=573c4bb3004e5090eb933fcd51559117&imageMogr2/format/webp)
/0/6540/coverorgin.jpg?v=999e74706febef0c1134e3ae891012ad&imageMogr2/format/webp)
/0/15745/coverorgin.jpg?v=e5805ccc748f288fbf7aca6b82bb5829&imageMogr2/format/webp)
/0/13299/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/22779/coverorgin.jpg?v=c7df2ae606df727a42b8bbece4cef249&imageMogr2/format/webp)
/0/6716/coverorgin.jpg?v=aa47d8853cb4fc2d190f699a4e96e89a&imageMogr2/format/webp)
/0/15375/coverorgin.jpg?v=59bd2c19b317034c4c36126d90021494&imageMogr2/format/webp)
/0/30075/coverorgin.jpg?v=d0a53a059b7ab79f9f9d8962fc9bcb6c&imageMogr2/format/webp)
/0/15546/coverorgin.jpg?v=68e49a6799763f5b881a1460afd503d4&imageMogr2/format/webp)