Vania, gadis SMA yang baru saja putus cinta dengan Kevin, kekasihnya. Dia merasa putus asa, hingga hampir bunuh diri di atas jembatan. Namun, aksinya gagal karena dihalangi Rangga, seorang lelaki tampan yang begitu memikat hatinya. Rangga langsung menyatakan cinta kepada Vania saat itu juga. Vania yang merasa sakit hati terhadap Kevin, membalas cinta Rangga. Ternyata Rangga adalah seorang hantu. Dia sengaja menyembunyikan identitasnya agar Vania tidak bersedih dan merasa terpukul. Namun, hal itu malah diungkapkan oleh Viola, saat tanpa sengaja Vania bertamu ke rumahnya. Apakah Vania akan mempercayai kata-kata Viola? Apakah Vania akan tetap mempertahankan hubungannya? Akankah Vania dan Rangga bersatu? Atau justru ada pria lain yang menggantikan posisi Rangga?
Malam semakin larut. Seorang gadis muda masih berdiam diri di atas jembatan. Mukanya sembap akibat menangis. Semilir angin malam menerpa rambutnya hingga berantakan.
Siapa gadis itu? Apa yang sedang dia lakukan di sana?
Gadis itu bernama Vania, seorang siswi berprestasi di suatu sekolah. Guru dan teman-temannya mengenalnya sebagai siswi yang ramah. Vania menjadi siswi teladan di sekolah.
Dari luar, Vania tampak seperti bahagia, tetapi sebenarnya tidak. Dia seperti seseorang yang tertawa di muka umum, tetapi menangis di belakang layar.
Vania teringat akan kenangan saat masih bersama ibunya. Rupanya, dia sangat merindukan saat-saat keluarganya berkumpul.
Kedua orang tua Vania sering bertengkar. Dua hari yang lalu, mereka bercerai. Vania dan kakaknya, Rendra tinggal bersama ayahnya. Sementara ibunya pergi meninggalkan mereka. Vania sangat terpukul karena perceraian itu. Dia yang biasanya ceria berubah menjadi pemurung.
Tiba-tiba dia teringat kepada Kevin, mantannya. Masih terngiang ucapan Kevin yang menusuk ke relung hatinya. Dalam situasi itu, alih-alih memberi semangat, Kevin malah memutuskan cintanya. Padahal, Vania sangat membutuhkan support dari orang-orang terdekatnya.
🍁🍁🍁
Hari anniversary hubungan Vania-Kevin yang ke-dua bulan ...
Pagi tampak cerah. Namun, tidak secerah hari Vania, dia baru saja baru kehilangan wanita yang dicintainya. Vania mencoba untuk tetap tersenyum walaupun hatinya sedang gelisah. Ia berniat memberikan kejutan untuk Kevin dengan memberikan hadiah berupa foto kebersamaannya kepada sang kekasih.
Vania berangkat ke sekolah dengan harapan mendapat perhatian lebih dari Kevin. Sesampainya di sekolah, ia bertemu dengan Maya, teman sekelasnya. Vania pun menanyakan Kevin. Maya memberikan tahu bahwa Kevin ada kelas.
Bergegas Vania menuju kelas. Perlahan Vania membuka pintu kelas. Ia mendapati Kevin duduk di sebuah bangku.
"Vania," panggil Kevin lirih.
"Iya, Sayang. Kenapa?" tanya Vania. Dia segera mendekat. Namun, tangannya menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya.
"Aku mau putus sama kamu," sahut Kevin. Raut mukanya tampak serius.
Terkejut bagai ditembak halilintar Vania demi mendengar perkataan Kevin. Tidak disangka bahwa Kevin yang amat dicintai malah pergi di saat dirinya tengah dihadapkan masalah. Hadiah yang akan diberikannya kepada Kevin terjatuh ke lantai.
"Kenapa? Aku salah apa sama kamu sampai-sampai kamu meminta putus?" Vania menghujani Kevin dengan berbagai pertanyaan.
"Aku cuma pengin menyendiri. Maaf ya, Vania." Hanya itu jawaban Kevin.
Hancur perasaan Vania. Satu-satunya orang yang dia percaya dapat memberikannya dukungan dan solusi malah meninggalkannya.
"Iya. Makasih buat waktunya. Makasih udah kasih aku harapan. Makasih juga udah kecewain aku." Vania membalikkan badan dan langsung ke luar kelas.
🍁🍁🍁
"Kevin, kamu jahat!" Vania berteriak sekencang-kencangnya. "Semua laki-laki itu sama! Pembohong!"
"Dunia ini kejam!" teriak Vania, memecah keheningan malam. "Tidak ada orang yang peduli padaku!"
Setelah puas berteriak, Vania terdiam. Dadanya terasa sesak, rasa sakit kian menguasai. Air matanya masih berlinang. Bertambah berat beban pikirannya. Tiba-tiba dia kepikiran untuk bunuh diri.
"Ya. Mungkin ini jalan yang terbaik untukku. Agar aku tidak lagi merasakan penderitaan," gumam Vania sambil menatap ke bawah jembatan.
Vania siap melompat ke bawah. 'Maafkan aku, Ayah, Kak Rendra. Aku tidak bisa menjadi Vania yang kuat, seperti yang Ayah dan Kak Rendra mau. Selamat tinggal,' batin Vania.
Vania memejamkan matanya. Air matanya berjatuhan lebih banyak dari yang tadi. Ia menarik napas panjang. Keputusannya sudah bulat.
Saat akan melompat, tiba-tiba tangannya dipegang oleh seseorang entah siapa. Tangannya ditarik sehingga dia jatuh ke pelukan seorang pria berambut lurus.
Sejenak Vania memandangi pria itu. Entah dari mana dia datangnya. Pria itu mempunyai kulit putih, hidung mancung, dan mata yang sipit. Tampak memikat. Si pria memberikan Vania senyuman manis.
Vania bangkit dan berdiri. Jantungnya berdegup kencang saat menatap pria tampan itu.
"Maaf, aku cuma ingin menyelamatkanmu," ucap si pria dengan gugup.
Vania membuang napas kesal. "Ngapain sih kamu nolongin aku? Biarin aja aku mati disini! Toh, nggak akan ada yang peduli sama aku!" ketus Vania.
"Hey, siapa bilang tidak ada yang peduli sama kamu? Aku peduli kok sama kamu." Si pria menunjukan perhatiannya. Vania terdiam.
"Sepertinya kamu lagi ada masalah," tebaknya.
"Iya. Aku lagi ada masalah. Kenapa?" Vania cemberut.
"Kamu punya masalah apa? Ceritalah sama aku! Kali aja aku bisa bantu," pinta si pria.
Vania menatap si pria. Dari tampangnya, pria itu kelihatan serius. Akan tetapi, Vania masih ragu. Apakah dia bisa dipercaya?
"Tenang aja. Aku bisa kok jaga rahasia kamu," ucapnya meyakinkan Vania.
Akhirnya, Vania menceritakan semua masalahnya. Saat kedua orang tuanya bertengkar sampai saat putus dengan Kevin. Si pria mendengarkan curhatan Vania dengan penuh perhatian. Sesekali ia mengangguk.
"Kasihan sekali. Oh ya, aku bisa kok menjadi penyemangat kamu," ucap si pria, memberikan harapan.
"Kamu serius?" tanya Vania setengah tidak percaya.
Si pria mengangguk. "Iya, aku serius. Kamu mau kan jadi ...," ucapnya. "Pacar aku?"
Mata Vania membulat. Tak disangka pria itu akan langsung memintanya untuk menjadi kekasihnya. "Hah? Kamu gila, ya? Baru aja ketemu. Kenal aja nggak," ucap Vania.
Pria itu mangut-mangut. "Oke, kita perkenalan dulu, ya? Namaku Rangga. Kamu?" Si pria mengulurkan tangannya
Vania menerima uluran tangan Rangga. "Namaku Vania," ucapnya.
"Gimana?" tanya Rangga.
Vania terdiam sejenak. "Aku pikir-pikir dulu, ya?" pintanya.
"Oke. Aku kasih waktu satu hari. Besok ke sini lagi, ya? Mau diterima atau nggak, pokoknya kamu ke sini. Kasih aku kepastian," kata Rangga.
"Oke," ucap Vania.
"Sekarang sudah malam, nanti ayah kamu nyariin. Pulang gih!" perintah Rangga.
"Iya. Aku pulang. Dahhh ...." Vania melambaikan tangannya kepada Rangga. Rangga tersenyum, lalu melambaikan tangan kepada Vania.
Vania melangkah menjauhi jembatan tempat dia akan melakukan aksi bunuh diri. Dia tersenyum-senyum sendiri ketika mengingat kelakuan dirinya tadi.
Sementara di atas jembatan, Rangga menatap Vania yang makin menjauh. Senyum mengembang di bibirnya. Dia tetap terlihat tampan, meskipun wajahnya terlihat agak pucat.
"Kasihan nasibmu, Vania. Saat ada masalah, pacar kamu malah minta putus. Tapi, kamu tenang aja. Aku ada di sini. Aku akan selalu dukung kamu." Rangga bermonolog.
🍁🍁🍁
Vania baru saja sampai di depan rumah. Dia mencoba membuka pintu. Ternyata pintunya tidak dikunci. Vania masuk ke dalam dengan langkah pelan agar ayah dan kakaknya tidak tahu.
'Aman. Pasti Ayah dan Kak Rendra sudah tidur,' batin Vania tenang.
Vania masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan diti di atas spring bed. Ingatannya tertuju kepada Rangga. Teringat wajah tampannya saat tersenyum, teringat pula perkataan Rangga yang langsung menembaknya tanpa merasa malu.
"Rangga, kamu ganteng banget sih. Perhatian lagi." Vania tersenyum-senyum sendiri saat mengingat dirinya jatuh ke pelukan Rangga.
Ia memejamkan mata. Napasnya mulai teratur. Malam itu, Vania dikerumuni oleh mimpi-mimpi yang indah.
BERSAMBUNG
Bab 1 Di Atas Jembatan
14/02/2022
Bab 2 Cinta Yang Terbalas
14/02/2022
Bab 3 Sayang Ini Untuk Vania!
14/02/2022
Bab 4 Dalam Genggaman Rindu
14/02/2022
Bab 5 Menghilang
14/02/2022
Bab 6 Rahasia
14/02/2022
Bab 7 Apa Kata Mereka
14/02/2022
Bab 8 Bahan Pembicaraan
14/02/2022
Bab 9 Si Tampan Tak Kasat Mata
14/02/2022
Bab 10 Ketika Orang-orang Menjauh
14/02/2022
Bab 11 Broken Home
14/02/2022
Bab 12 Thank You, Rangga!
14/02/2022
Bab 13 Tantangan Mantan
14/02/2022
Bab 14 Permintaan Maaf
14/02/2022
Bab 15 Pilihan
14/02/2022
Bab 16 Keahlian Setiap Orang Itu Berbeda
14/02/2022
Bab 17 Semangat
14/02/2022
Bab 18 Di Sekolah Kekasih
14/02/2022
Bab 19 Bayang-bayang Mantan
14/02/2022
Bab 20 Hati Kevin
14/02/2022
Bab 21 Tak Tahu Malu
14/02/2022
Bab 22 Balikan
14/02/2022
Bab 23 Pengakuan
14/02/2022
Bab 24 Kembali
14/02/2022
Bab 25 Penyesalan Yang Terlambat
14/02/2022
Bab 26 Terpuruk
15/02/2022
Bab 27 Kevin Vs Rangga
18/02/2022
Bab 28 Dendam
18/02/2022
Bab 29 Perjodohan
19/02/2022
Bab 30 Rumah Terakhir Rangga
19/02/2022
Bab 31 Pernikahan Vania
21/02/2022
Bab 32 Nasib Kevin dan Ki Samin
24/02/2022
Buku lain oleh Kaka Sissy II
Selebihnya