Kekasih Dari Dunia Lain
nya Vania. Kedua netranya m
u," jawab Rangga seraya duduk di samping Vania.
k ngasih alamat rumah ke Rangga deh. Tapi,
ya sudah bisa menebak apa yang sedang dipikirkan sang puja
gasih tau alamat rumah," kata Rangga. Ia be
Rangga di mana rumahnya. Tatapan herannya tertuju kepada Rangg
n kamu lupa," sela Rangga. "Aku ke sini, j
bentar, Sayang. Aku ke dapur dulu." Vania bangkit
aku aja di sini," pinta Rangga. Va
tertawa saat Rangga menunjukkan wajah l
•
epat laju motor. Rasa khawatir menghampirinya begitu ia meninggalkan Van
endra. Suaranya berbaur dengan suara kendaraan yang
umah tembok sederhana mereka. Rendra yang curiga langsung turu
oleh sekilas kepada ayahnya memberi kode dengan menempelkan telunjuk di bibir. Rendra kembali membalikk
a. Napasnya naik turun menahan amarah yang hampi
i ngajak cowoknya ke rumah. Kurang ajar
ng pintu, lalu memutarnya hingga pintu terbuka. Seketika Vania memasang ekspresi terkejutnya.
panggil P
ua netranya menatap ayah dan kakaknya bergantian. Namun, kedua
l
. Kedua bola mata Pak Wirya memerah menatap Vania dengan tatapan ta
umah! Di suruh siapa kamu! Mana lelaki itu
gannya ditundukkan, menghindari dua pas
tu?!" ulang Pak Wirya, masih
atkan tamparan kedua dari Rendra. Lagi-la
ra melembut, tetapi menusuk ke dalam relung hati Vania. "Kakak kan udah bilang, janga
"Kamu punya kuping, tapi nggak dipake
rcakapan kamu dengan lelaki itu
h kepada Rangga yang tadi menghilang tiba-tiba. Vania semakin terkejut k
pun dengan kamar mandi, kamar tidur, dan juga dapur. Kecurigaan Rendra dan Pak Wirya t
lom selesai,"
ia. Vania yang khawatir akan keberadaan Rangga diam-diam m
kan. Dirinya sungguh tidak ingin sang kakak menemukan kekasihnya. Derit
kabur!" Rendra mengepalkan t
lelaki yang nggak dikenal tanpa izin dari aku atau Ayah, jangan harap bakal
nia dan membanting pintu. Tanpa memedulikan Vania ya
•
alam keadaan mandi keringat. Ber
i lelaki b*j*ng*n itu?
at bayangan hitam berpindah-p
yang kurang memuaskan, Ren
•
lisah. Pikirannya selalu tertuju kepada Rangga
tukan dari jendela kamarnya. Refleks, Vania membuka
anggil Ran
amat." Vania mengelus dadanya beb
ejakkan ke kusen jendela. Dengan cep
angga memberikan setangkai
ar dari Rangga dengan senang hati. Dir
h, Sayang." Vania memberikan
senyum. Biarlah selama ini ia membohongi Vania kalau sebenarnya ia hantu bukan manusia. Toh ini ha
kalau lagi senyum," puji Rangga.
sekaligus bahagia saat bersama Rangga. Vania me
agar tidak ketahuan Rendra dan Pak Wirya,"Rangga, aku tuh taku
di kolong meja," j
at kepalanya dari bahu Rangga, lantas mem
meja, kolong ranjang, lemari, semuanya diperiksa, tapi nggak
tahu, bahwa Vania mencurigainya. "Oh iya, aku kan berpind
kembali m
geran suara langkahnya Udah gitu kan aku, Kak Rendra sa
aku meng ...,"
tukan dari daun pintu. Hal itu seolah memberi kesem
Pak Wirya dari
" Rangga memasang ekspresi terkejutnya.
ga sengaja melakukan hal itu agar Vania tidak curiga k
Pak Wirya terus memanggilnya, meminta agar pintu kamarnya dib
mbutnya hingga terlihat berantakan. Setelah
ak sih? Dari tadi ayah mang
di nggak kedengeran." Vania pura-pura bert
amu nyebut-nyebut nama Rangga gitu.
njang, matanya setengah terpejam. "Ran
t-mangut. Dirinya tak bisa menuduh yang bukan-bu
u lagi ngobrol sama paca
k lah," e
Vania. Sementara Vania mengepalkan kedua tangannya, senan
ki tampan berdiri tegak memandangi rumah itu. Wajahnya pucat bagaikan ma
ongkar siapa diriku kepa
SAM