Kekasih Dari Dunia Lain
kus roti. Secara tak sengaja, Vania melihat Kevin dan Viola duduk di bangku kantin. Meliha
r bersama seorang siswa bernama Fazri. Keduanya tampak romant
asangannya masing-masing. Ah! Rangga,
in bertemu dengan Rangga dan memeluknya erat. Vania sangat merindukan Rangga. Tiba-tiba Dind
Dinda melambaikan t
ngah asyik belajar, Vania mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam tas. Tangannya memegang pulpen. Beberapa garis ia goreskan di atas bu
bisa melepaskan rindu kepadanya. Aku
masuk ke kelas masing-masing. Dalam jarak yang agak jauh dari pintu,
" kata Bu Nurul be
am," sahut para
Tapi, ibu akan membagikan hasil ulangan kalian." Bu Nurul membuka map yang di
tertinggi?" tanya salah seora
h tau dong," t
di capai oleh ...." Bu Nurul melempar panda
engan percaya dirinya berdiri dan mengacungka
erca temannya. "Afifah, kan, Bu?" t
bat itu. Ia menggeleng pelan. "Nilai tertinggi diraih oleh ...
an-teman kelas Vania
ilai tertinggi," kata seoaran
seorang siswa berambut ikal. "Vani
g nilainya," timpal temann
ombongkan diri. Vania sadar, meskipun bisa dikatakan 'hebat', dia sadar bahwa di luar sana masih ada o
nia, "Selamat, ya, Vania. Pertahankan terus nilai
nia. Tak lama kemudian, gadis it
•
Vania. Satu jam berlalu dengan cepat. Akan tetapi, Vania belum terlihat jua. Padahal, teman-temannya sudah
h?!" kesal Rendra
ra menunduk, mengindari tatapan tajam sang kakak.
rintah Rendra seraya memb
tadi segera menjalankan motornya. Selama perjalanan, tak banyak percakapan mereka. Hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sam
antuin ayah. Kamu diam di rumah, ya
Vania mengiyakannya. "Iya
nggak dikenal ...!" Rendra mengepalkan t
kan," ka
ggung lelaki yang menjadi pelindungnya pergi hingga tak
•
pian karena tiada siapa pun di sana. Untuk mengusir kejenuhan, Vania biasa menonton TV. Saat dia asyik me
Tok
menuju pintu dan membukakannya
er nggak sih? Atau aku yang salah denger kali, ya? M
tnya. Namun, saat asyik-asyiknya melihat adegan film, kembali Vania
Tok
" Kembali Vania membukakan
u ke rumahnya. Ia menatap ke beberapa rumah tetangganya. Sepi. Tida
ar. Merasa dipermainkan, Vania kembali membalikkan badan, hendak membukakan pintu. Sebelum pintu dibuka, terlebih dahulu Vania mengintip di
ak Rendra,"
Namun, anehnya, dia tidak menda
Dia celingukan. "Jangan-jangan pe
hun itu. Dia melangkah hendak masuk ke rumah, tet
mancung. Siapa lagi kalau bukan Rangga, kekasihnya. Dengan mata yang berkaca-kaca, Va
a terakhir yang diucapkannya, sesua
ambu