Kekasih Dari Dunia Lain
i, sinarnya berikan kehangatan bagi tubuh. Hari itu hari minggu,
yang baru saja dicucinya. Gadis itu tampak bersemangat dalam be
ua, hendak disampirkan ke tali jemuran. Namun
ia memanyu
ju yang kotor. Terlihatlah sepasang kaki berbalut celana levis hitam. Terkejut dan merasa takut, Vania se
sosok itu. Ia lalu menghampiri V
u." Rangga menepuk pundak Vania.
gitu ngagetin," rajuk Vania. Ia menyimpan baju
ngnya kenapa? Nggak boleh, ya? Ya udahlah, ka
ndak berpura-pura pergi, Vania mencega
Masa mau pergi lagi sih? Nggak kangen
tap terlihat cantik. Bahkan, menggemaskan. Tangan hantu tamp
ikku nggak mau diti
aget tau pas liat kamu udah ada di belakang
ng kekasih yang kini kembali
ntu, kamu mau gimana?" tanya R
ntara Rangga terlihat tenang-tenang saja. Ada rasa takut saat mendengar ucapan Rangga, tetapi Van
Udah! Nggak usah nakut-
embuang napas. "Padahal, aku
a memalingkan wajah, lalu mengam
Maaf," ujar
a Ayah, ada di
reka lagi kerj
u ajak kamu jalan-j
ada dahi gadis itu. Reflek
tanya Vania
ng dunia pun aku sanggup, asalkan sama
s nanya!" Vania memukul
erkekeh pelan. "Aduh, jangan dipukulin
hnya. Ia menatap Rangga, seper
erah sini?" tanya
u," sahut Ra
Apa dia orang sini juga
b, Rangga berkata, "Kelarin dulu pekerjaa
an yang basah ke tali jemuran hingga tak tersisa cucian sedikit pun di dalam e
ember kosong tersebut ke kamar ma
alu menghampiri Rangga yang ki
jak Vania
apa? Aku nggak bawa mot
gut-mangut, merasa tak masalah jika p
dengan Vania. Ia tidak suka menuntut. Bersyukur jika kekasihnya mengajak jalan-jalan dengan menumpangi kendaraan, jika tidak p
enyuman manis menghiasi bibir Vania. Demikian pula Rangga. Mereka terus berjalan. Sampai di perempatan, Rangga melepaskan gengga
erkerut. Gadis itu menyadari bahwa dirinya sedang menjadi buah bibir mereka. Dipenuhi rasa penasaran, Vania melangkah ag
a Rangga yang tengah berlari menyebr
malah ngelamun di pinggi
Ayok, jalan lagi," ajak Vania,
lah suara seorang ibu mengenakan daster berwarn
eh, ya. Di jalan ngom
h gila kali dia!
an salah seorang dari ibu-ibu yang sedang b
para wanita yang diperkirakan usi
au mau ngomongin orang itu di depan, ya? Jangan di belak
gkat bicara, tetapi Vania berbicara kembali, seolah
gila. Dan maaf sekali, saya ini tidak sep
i katakan kamu ini gila. Lah, emang kamu dari tad
anjang, lalu menatap
aya sedang bicara dengan pacar saya, dan ini ...." Vania menoleh, ter
ra kalau saya ini sudah gila! Jadi, jelas sekali kalau kalian itu yang–" Nada bi
ya tidak akan membiarkan Vania beradu
ng." Rangga meraih
ikatain gila malah diem aja, b
putih, berhidung mancung serta mata yang sipit bak artis korea. Namun, dalam peng
Vania ngomong sendiri," b
Jangan-j
ak jadi belanja
ang. Saya mau
lihat Rangga dalam rupa seramnya. Wajah tampan itu berubah menjadi pucat, matanya merah, menatap ta
ga menggandeng tangan Vania. Mereka
ap Vania kegirangan.
p Rangga, b
a duduk di ayunan, sedangkan Rangga b
yan
Kenapa?" t
aya menunjuk ke bangku bercat putih
berjalan menuju bangku diikuti Rangga. Vania menduduk
Ada rasa penasaran di hatinya, mengapa orang-ora
an
apa?" tan
mongan orang-orang," u
a?" tanya Rangga, p
angan. Gadis itu mengembuskan napas ka
kan lagi ngomong sama kamu." Vania memanyunkan bibir. "Men
mang pantes buat dijauhin m
kata, "Kamu itu, ya? Aku belain malah mengalah
harus tau, kalau aku ... aku ber
menatap sang kekasih lekat, berusaha mencari jawaban atas keheranannya. Sementara Rangga
Rambut lurus Vania menari-nari
SAM