Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
73
Penayangan
32
Bab

Aruni maya, seorang gadis cantik yang berkepribadian sesuai dengan parasnya, dia wanita yang kuat sekalipun di uji dengan masalah bertubi - tubi dia masih tetap tegar. Kematian ibu dan anak angkatnya menjadikannya rapuh. Apalagi perlakuan kasar suaminya, suami yang amat dia cintai. Tanpa maya sadari, maya hanyalah tempat pelampiasan dendam dari suaminya. Toni membalaskan dendam kakak angkatnya yang depresi hingga meregang nyawa karena perbuatan ayah dan ibu maya. Bersandiwara sedemikian rupa, agar dia bisa masuk ke dalam keluarga maya untuk melancarkan niatnya. Maya yang sebatang kara, di uji pula dengan pengkhianatan suaminya yang secara terang - terangan berbuat maksiat di depannya. Ketika maya merasa depresi, datanglah tetangga maya dan membongkar masa lalu yang merubah hidup maya. Maya bukanlah anak kandung dari ayah dan ibunya, fakta tersebut membuat Toni menyesal, dan maya menemukan orang tuanya kembali. Namun, ujian maya ternyata tidak berhenti di situ, ujian yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik.

Bab 1 KEHILANGAN

Langit dirundung muram, seorang wanita dengan badannya terbungkus baju dan kerudung hitam, terduduk di atas sebuah pusara. Dia menangis histeris meratapi kepergian buah hatinya. Air matanya mengalir disertai derai air hujan yang tiba – tiba turun seakan ikut merasakan nestapa wanita itu.

"Alsya, kenapa tinggalin mama secepat ini ?" rintihnya sambil terpuruk di atas pusara. Ia tidak peduli dengan hujan yang semakin deras, badannya yang basah kuyup dan suasana mencekam di pemakaman yang sudah sepi pun tidak dia hiraukan.

Setelah dia merasa lelah menangis akhirnya Maya beranjak dari duduknya. Dengan langkah gontai dia melangkah pergi, sesekali dia menoleh ke belakang kearah pusara anaknya. "Mama pulang dulu ya sayang, besok Mama datang lagi tengok kamu" katanya sembari berlalu.

Ditengah perjalanannya dia berhenti sambil menengadahkan kepalanya, merasakan air hujan mengguyur wajahnya.

" Tuhan kenapa semua ini terjadi ? Apa salahku hingga Engkau berikan cobaan sedahsyat ini?"teriaknya ditengah derasnya hujan.

" Baru satu bulan yang lalu Kau ambil ibuku, sekarang anakku, aku tidak sanggup Tuhan" ratapan Maya yang memilukan hati.

Maya terduduk merasakan kakinya tak sanggup menopang beban badannya, ia terduduk hingga bajunya kotor penuh dengan lumpur tak dia hiraukan.

Dalam keterpurukannya dia teringat kata – kata Alsya, saat dia baru saja menjadi bulan – bulanan kemarahan Toni,

"Mama, mama harus kuat, Alsya selalu berdoa pada Tuhan agar mama diberikan kebahagiaan," ujar Alsya dengan senyum manisnya sambil mengusap air mataku.

'Oh Alsya, anak itu begitu cantik dan dewasa' batin Maya

Akhirnya dia bangkit dan melangkahkan kakinya menuju rumah sembari terus memberikan semangat untuk dirinya sendiri, dia harus berjuang tidak ingin mengecewakan Alsya.

Sesampainya dirumah, dengan keadaan yang basah kuyup Maya masuk melalui pintu depan rumah. Rumah yang tidak terlalu besar, menjadi kenangannya bersama almarhum ibu dan anaknya. Dia melihat kesekeliling rumah mengenang Alsya dan ibunya. Seperti ada bayangan ketika dia melihat kursi di depan televisi, disana biasanya dia dan Alsya menonton televisi berdua sembari meminum segelas susu sebelum aku berangkat bekerja dan Alsya ke sekolah.

Kemudian dia menuju dapur, di dapur ini biasanya dia dan sang ibu bersenda gurau saat mencoba resep kue baru yang ketika matang rasa dan bentuknya menjadi aneh.

Maya membayangkan itu dengan tertawa kecil tapi matanya mengeluarkan air mata. Perasaan kangen tidak bisa terelakkan, kangen cerewetnya Alsya dan wajah ibunya yang teduh.

Maya tersadar drai lamunannya ketika merasakan badannya menggigil kedinginan karena baju yang dia kenakan memang basah kuyup. Maya kemudian mengambil handuk dari kamar mandi, dia heran karena sejak tadi tidak menjumpai suaminya. dia mencari ke semua ruangan dirumah, tapi tidak ada siapapun.

" Kemana mas Toni, masih berkabung seperti ini malah keluyuran " gumamnya sambil menggunakan handuk mengusap rambutnya yang basah.

Suaminya Toni memang suka keluyuran, dari pagi dia sudah pergi kemudian pulang tengah malam, begitu setiap hari,. Pernah suatu ketika tetangga memberitahukan keberadaan Toni yang sedang berada di area lokalisasi, aku mencoba untuk mengeceknya ketempat lokalisasi yang dimaksud. Ternyata benar, aku mendapati dia berada di depan pintu gerbang lokalisasi itu,tapi dia hanya diam sambil menyesap rokonya. Aku hanya melihatnya dari kejauhan tak berniat untuk menghampirinya, biarlah daripada ada keributan, karena setiap ribut dia akan melakukan kekerasan fisik terhadapku, maka dari itu Aku memilih diam dan mengalah saja walaupun sebenarnya hatiku sakit.

Setelah aku selesai mandi dan berganti baju, tiba – tiba Toni datang dengan keadaan badannya basah, bukan karena hujan, karena hujan sudah reda beberapa saat setelah aku sampai rumah, dia basah karena keringat.

" Dari mana saja kamu Mas? Kenapa di suasana berkabung seperti ini kamu malah keluyuran, sebentar lagi pasti akan banyak orang datang kerumah untuk tahlilan Alsya?" Aku memberondongnya pertanyaan sambil menatapnya kesal.

Sambil sedikit ngos – ngosan dia menjawab " Halah cerewet sekali kamu, aku mau dari mana, ngapain, bukan urusanmu!!"jawabnya dengan tegas dan melirikku tajam sambil melepaskan pakaiannya yang basah dan melemparkannya kearahku.

"Sudah, aku mau mandi!" katanya sambil berlalu memberikan pakaian kotornya kepadaku.

Alangkah terkejutnya aku mendapati bekas merah yang berada di dada nya dan lehernya, sontak aku menghentikannya dan bertanya perihal tanda merah itu.

" Kamu habis main sama siapa Mas?Apa yang kamu lakukan?Dimana hati nuranimu, kita masih berkabung dan kamu sempat – sempatnya melakukan itu?"kataku dengan berderai air mata

"Jawab Mas!" bentakku

"Iya memang aku habis bercinta, kenapa memangnya?"Apa kamu juga menginginkannya?seringainya sambil menjambak rambutku.

Seketika raut wajahnya berubah menyeramkan, ditariknya aku kedalam kamar, dilucutilah semua pakainku. Aku berteriak memohon ampun padanya " Ampun Mas, jangan siksa aku", aku memohon padanya bersimpuh sembari menangkupkan kedua tanganku.

"Apa kamu bilang? Ampun?Aku akan mengampunimu tapi layani aku dulu, katanya sambil tersenyum menyeringai.

" Ampun Mas jangan, aku mohon " kataku sambil terus memohon.

Jika dia sedang marah, dia akan melucuti pakaianku kemudian menyiksaku dengan pukulan dan tamparan, dan berakhir dengan pemerkosaan. Perlakuan ini aku terima setelah satu bulan kami menikah, perangainya berubah menjadi begitu menyeramkan. Entah apa penyebabnya, dia selalu marah – marah tidak jelas kepadaku dan ibuku dan tidak segan – segan menganiayaku bahkan didepan Alsya

Aku menangis membayangkan kejadian satu tahun yang lalu yang mengakibatkan kami harus menikah, Toni tiba – tiba berada di kamarku ketika aku sudah terlelap tidur, dia berusaha merenggut kesucianku, membuka pakaianku dengan kasar, dia kemudian menindihku dengan hanya memakai celana dalamnya sambil membekap mulutku. Tapi sebelum dia melakukan lebih jauh ibuku lebih dulu datang dan mendapati kami berdua bugil didalam kamar. Ibuku sangat murka, dia kira kami memang dengan sengaja melakukan maksiat, karena kami memang berpacaran waktu itu padahal Toni berusaha memperkosaku. Ibu tidak ingin mendengar penjelasanku, dan akhirnya terpaksa menikahkan aku dengan Toni, untuk menutupi aib.

"Panggilkan Rani, bawa dia kesini, Cepat! Bentaknya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Aku tersadar dari lamunanku. Dengan ekspresi bingung, aku cepat – cepat memakai bajuku. Tanpa bertanya aku keluar rumah untuk memanggilkan Rani.

Rani adalah tetanggaku yang seorang janda, wajahnya tidak terlalu cantik, tapi bentuk tubuhnya memang sangat menggoda.

'Ada urusan apa Mas Toni dengan Rani?batinku

Sesampainya di depan rumah Rani aku langsung memanggil sambil mengetuk pintu.

" Mbak Rani, mbaak." Panggilku

Mbak Rani keluar dengan hanya mengenakan daster diatas lutut tanpa lengan, dengan rambut panjang yang basah. "Ada apa maya?" katanya sambil berjalan kearahku.

" Mas Toni menyuruhku memanggilkamu untuk kerumah, aku tidak tahu untuk apa, karean aku tidak bertanya." Jelasku.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku