DUNIA MAYA
duk di atas sebuah pusara. Dia menangis histeris meratapi kepergian buah hatinya. Air matanya me
pusara. Ia tidak peduli dengan hujan yang semakin deras, badannya yang basah
gontai dia melangkah pergi, sesekali dia menoleh ke belakang kearah pusara anaknya. "Ma
sambil menengadahkan kepalanya, me
lahku hingga Engkau berikan cobaan sedahs
buku, sekarang anakku, aku tidak sanggup
nopang beban badannya, ia terduduk hingga baju
ta – kata Alsya, saat dia baru saja m
uhan agar mama diberikan kebahagiaan," ujar Alsya
u begitu cantik da
mah sembari terus memberikan semangat untuk dirinya sen
rsama almarhum ibu dan anaknya. Dia melihat kesekeliling rumah mengenang Alsya dan ibunya. Seperti ada bayangan ketika dia melihat kursi di depan
dan sang ibu bersenda gurau saat mencoba resep kue ba
mengeluarkan air mata. Perasaan kangen tidak bisa terela
kenakan memang basah kuyup. Maya kemudian mengambil handuk dari kamar mandi, dia heran karena se
ini malah keluyuran " gumamnya sambil mengg
mencoba untuk mengeceknya ketempat lokalisasi yang dimaksud. Ternyata benar, aku mendapati dia berada di depan pintu gerbang lokalisasi itu,tapi dia hanya diam sambil menyesap rokonya. Aku hanya melihatnya dari kejauh
engan keadaan badannya basah, bukan karena hujan, karena hujan sudah r
alah keluyuran, sebentar lagi pasti akan banyak orang datang kerumah untu
mau dari mana, ngapain, bukan urusanmu!!"jawabnya dengan tegas dan melirikk
nya sambil berlalu memberika
ng berada di dada nya dan lehernya, sontak aku men
mana hati nuranimu, kita masih berkabung dan kamu sempat
Mas!" b
memangnya?"Apa kamu juga menginginkannya
cutilah semua pakainku. Aku berteriak memohon ampun padanya " Ampun Mas, janga
ngampunimu tapi layani aku dulu, ka
aku mohon " kataku s
kosaan. Perlakuan ini aku terima setelah satu bulan kami menikah, perangainya berubah menjadi begitu menyeramkan. Entah apa p
, dia kemudian menindihku dengan hanya memakai celana dalamnya sambil membekap mulutku. Tapi sebelum dia melakukan lebih jauh ibuku lebih dulu datang dan mendapati kami berdua bugil didalam kamar. Ibuku sangat murka, dia kira ka
ni, Cepat! Bentaknya dengan tat
ngung, aku cepat – cepat memakai bajuku. Tanpa b
da, wajahnya tidak terlalu cantik, tapi
a Mas Toni den
h Rani aku langsung meman
ni, mbaak.
as lutut tanpa lengan, dengan rambut panjang yang ba
ntuk kerumah, aku tidak tahu untuk apa