Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dunia Rinduku Adalah Dirimu

Dunia Rinduku Adalah Dirimu

Istri Tuan Iqbal

5.0
Komentar
127
Penayangan
14
Bab

Karena bungkaman kepanikan ini, Mas Ammad tanpa sengaja memelukku dari belakang. Bahkan bicara sedikitpun, dilarang sama Mas Ammad. Apakah Mas Ammad sengaja melakukan ini agar memelukku dari belakang? Tidak mungkin Mas Ammad kalau sengaja melakukan hal ini. Telapak tangan yang menutupi mulut dan hidungku seperti masker tebal ini, baunya harum parfum cendana. Mungkin telapak tangan itu, juga diberi parfum khas baju yang dipakai Mas Ammad. "Mas ...." Suaraku nyaring dan sepertinya tidak begitu jelas. Namun Mas Ammad tidak memperhatikan, justru merapatkan tangan kirinya di atas perutku. Sehingga tubuh belakangku seperti bersentuhan dengan bagian depan badannya.

Bab 1 Ribuan Air Mata

Neng Ay

"Hmm ... Mbak, maaf Mbak ...."

Aku membantu Mbak itu berdiri, sambil cepat-cepat mengusap air mataku yang meleleh terus.

Di pesantren ini, aku tidak mengenal siapapun. Semua benar-benar terlihat begitu asing, begitu berbeda.

Aku lebih suka dengan Pondok Pesantrennya Uminya Gus Ammad. Yang meski harus sendiri, untuk tidur di kamar ndalemnya.

Namun aku, bagai menerima beribu ketenangan yang membuat aku bisa mendekat diri ke Allah dengan sholat sunahku.

"Iya tidak apa-apa, Dik. Mbak juga yang salah tadi tidak melihat kamu ...."

"Sakhsi ...."

Belum aku menjawab yang barusan dikatakan Mbak itu, dia sudah berlalu menghampiri seorang teman yang memanggilnya.

"Mas Ammad, kulo hanya ingin panjenengan ...."

Hatiku masih saja meronta memanggil nama yang sama, yaitu nama Mas Ammad. Bagaimana nama itu akan bisa terganti dengan nama Gus Wahyu? Aku bahkan seperti menduga, kalau nama Mas Ammad saja yang akan tetap ada.

Namun bagimana dengan masa depanku ini? Mau tidak mau, aku harus menggantikan nama Mas Ammad Menjadi nama Gus Wahyu.

Air mataku meleleh tiada henti, sementara kenangan itu selalu teringat dan datang tanpa mau pergi.

"Hari-hariku yang lelah, namun setiap kali aku melihatmu tersenyum ... maka hilanglah semua letihku."

Senyum Mas Ammad berasa terlihat di mana-mana.

Suara Mas Ammad menganggaung juga di mana-mana.

Kebersamaan yang tanpa sengaja itupun juga teringat dan mengalir terus di benakku.

Sunyinya malam yang syahdu membeku bersama ketakutan yang beradu di kala aku dengan Mas Ammad terjebak di ruangan itu. Hembusan angin yang terasa berbeda itu juga masih teringat jelas.

Aku ingin teriak namun tidak bisa. Mengeluh kepada siapa kah, aku?

Aku harus mengusap air mata ini, tidak ada yang boleh tahu kalau aku ini menangis mengingat Mas Ammad.

Karena aku di sini bukan hanya santri putri biasa namun aku adalah milik tunanganku.

Benar, Mas Wahyu.

Aku menuju tempat air wudhu dengan dada sesakku yang menahan tangis, lalu aku wudhu di sana.

Berasa semua air mataku tersapu bersama air wudhu itu, namun tetap saja menetes dengan deras kembali.

Selesai.

Aku mengambil mukenah, kemudian mendirikan sholat dan masih rokaat pertama hatiku berasa resah kembali. Air mataku malah semakin deras.

"Ya Allah, berikan ketenangan kepadaku. Semua ini begitu berat, aku seperti tiada kuat menjalani semua ini ...."

Aku bersujud dalam sholatku, membungkam tangisku di sana. Bersama air mata yang terus mengalir begitu saja.

Usai salam, aku melihat mukenah putih pemberian Mas Ammad yang di mana di bagian bawah dadaku basah penuh air mata.

Aku meraba mukenahku yang bagiannya tidak ada air mata, lalu mencium mukenahku itu.

Harum ini yang selalu mengingatkanku pada parfum Mas Ammad.

Mengingatkan kenanganku kembali. Kenangan yang bila mana aku samakan dengan kenangan-kenangan lain tidak akan dapat menyamai kenangan indah yang aku lalui bersama Mas Ammad.

"Aku mencintai Ay bukan karena nafsu, namun aku berharap dengan Ay aku bisa mengenal cinta yang Allah ridhoi."

Aku mengingat malam itu, suasananya begitu tenang. Begitu mendamaikanku. Aku tersenyum ketika pesan yang dikirim Mas Ammad itu aku membacanya ulang dan mencoba memahami maksud dari pesan itu.

Aku berasa malam itu bukanlah malam yang amat sepi tanpa kehadiran bulan.

Namun malam itu seperti malam panjang namun tidak pernah mengusik kata bahagia dalam hidup dan mimpiku.

Kalau memang Mas Ammad begitu mencintaiku dan Allah memang meridhoi hubungan cinta antara aku dengan Mas Ammad, lalu mengapa perpisahan ini haruslah terjadi?

Aku diam dengan ribuan air mata. Membisu dan mencoba menutupi luka-luka perpisahan yang terus merajamku. Di mana setiap pagi, siang dan malam menjalar bersama rinduku yang terus bersuara.

Apa yang bisa aku lakukan? Ini semua tidak semudah seperti membalik telapak tangan. Aku tidak pernah menyesal mengenal cinta Mas Ammad, namun aku hanya ingin bertanya kepada Allah.

Kenapa aku bisa dipertemukan dengan Mas Ammad lalu memisahkanku dengannya seperti ini?

Cinta itu begitu cepat, tanpa aku sadari keindahan cinta itu terasa terampas dari hidupku.

Cinta yang tiba-tiba bersemi dan aku rasa cinta yang akan menjadi masa depan terindah ternyata menjadi cinta yang aku kenang dengan kesedihan yang membara.

Ketika sedih itu, air mataku terusap dengan nasehat Mas Ammad yang mengalir. Ketika kesuksesan itu, Mas Ammad dengan bangga memberiku dukungan.

Ketika kegagalan itu, Mas Ammad mendampingiku agar aku tegar dan tetap kuat.

Ketika semua orang menjauh dariku, ada Mas Ammad yang mendekatiku dan mengajarkan apa itu cinta.

Semua terkenang dalam hatiku, hanyalah nama Mas Ammad yang kian mekar.

Meski perpisahan ini sudah terjadi, mengapa hatiku selalu yakin kalau Mas Ammad masih mencintaku dan akan terus mencintaiku? Mengapa aku begitu sulit melepas Mas Ammad?

Mengapa aku begitu terluka dengan perpisahan ini?

Sungguh terlalu dalamkah cintaku kepada Mas Ammad?

Ujian apa ini wahai tuhanku? Kenapa hati yang sudah terlanjur menyatu haruslah terpisah? Apa salah dua hati yang menyatu itu ya Allah?

"Dik, kamu tidak apa?"

Aku merasakan dari belakangku ada yang memegang pundak kananku.

Suara perempuan dan aku sepertinya barusan mendengar nada suara yang mirip dengan itu. Apakah Mbak kamar yang tidak sengaja aku buat jatuh tadi?

Aku mencoba mengusap air mataku dengan cepat. Lalu menghadap ke arah suara perempuan yang barusan menanyaiku. Apakah dia tahu kenapa alasan aku menangis?

"Kamu menangis?"

Pandanganku menunduk ke bawah. Air mata yang seharusnya aku sembunyikan justru malah mengalir lebih deras.

"Kamu kenapa, Dik?"

Mbak itu mengusap air mataku. Siapa Mbak ini? Aku tidak pernah mengenalnya dan hanya sekali bertemu dengannya ketika aku tidak sengaja menabraknya tadi. Kenapa Mbak ini bisa ke sini? Apakah tahu semua aku ini siapa?

"Tidak ada apa-apa, Mbak ...."

Aku memalingkan wajah setelah air mataku disekanya.

Aku tidak mau, ada orang lain tahu kalau aku memang lagi sedih. Termasuk Mbak yang sedang ada di hadapanku ini.

"Dengar, semua sudah pada tidur. Tinggal kamu Dik, yang sedang menangis terus di sini. Kamu tidak mau bubuk?"

Aku menggeleng dan kepalaku semakin menunduk.

Air mataku rasanya mulai kering, mataku terasa sembab seperti orang yang habis terkena beberapa pukulan.

Semua yang aku lihat juga begitu samar, dadaku sesak sehingga nafasku tersenggal-senggal.

Mbak ini, kenapa bisa ada di sini? Mengapa dia saja yang tahu kalau aku sedang menangis?

Benar kata Mbak ini, tanpa aku sadari ketika terbenam dalam tangisan. Ramainya pesantren mendadak terubah menjadi suara sunyi.

"Ikut, Mbak, yuk ... tidur sama, Mbak ...."

Aku menggeleng.

Aku tidak ingin pergi ke kamar dengan keadaanku yang seperti ini.

Aku tidak akan bisa menemui mereka teman-teman kamar baruku yang akan banyak bertanya kenapa aku menangis?

"Mbak pergi saja, aku tidak bisa ke kamar. Aku seperti orang yang habis dipukulin, Mbak. Tidak apa, Mbak pergi saja. Aku tidak ingin ada yang tau kalau aku sedang sedih."

"Kamu sedih karena apa, Dik?"

Daguku diangkat oleh Mbak yang ada di depanku.

Aku menelan ludah, sambil menyembunyikan mataku.

Badanku masih gemetar dan lemas. Akupun malas juga untuk beranjak dari mushola pesantren ini.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Istri Tuan Iqbal

Selebihnya

Buku serupa

Om Kos

Om Kos

Romantis

5.0

Warning! Explicit mature content included Mergokin pacar tidur sama teman sekampus, diusir dari kos, kucing kesayangan dilempar keluar rumah, ditambah hujan deras yang sedang mengguyur kota Pahlawan. Sungguh perpaduan sempurna untuk melatih kesehatan mental! Padahal semua ini hanya karena telat bayar kos sehari aja, malah dia ditendang dari rumah yang sudah diamanahkan untuk ia rawat oleh mendiang pemilik rumah. Ujian berat inilah yang sedang melanda hidup Mariska. Seolah Ujian Akhir Semester tak cukup membuatnya berdebar-debar karena harus pandai mengatur jadwal kuliah di sela kesibukannya bekerja. Namun, kata orang badai selalu datang bersama pelangi. Di tengah sadisnya ujian hidup yang harus Mariska hadapi ternyata takdir malah membawanya menuju tempat kos baru yang lebih modern, bersih, dengan harga sewa murah. Belum lagi jantungnya ikut dibuat berdebar kencang saat tahu pemilik kos ternyata pria muda, lajang, dan rrrr- hottie. Plus satu lagi yang bikin lebih jantungan, saat si Om kos malah ngotot ngajakin Mariska nikah detik ini juga. Kok bisa?! Apa alasannya? Ingin menghindar, tapi tak punya pilihan. Belum lagi saat keduanya semakin dekat malah Mariska jadi lebih sering mendapatan mimpi yang terasa seperti Deja Vu. Tanpa sadar memori gadis ini dipaksa kembali ke masa lalu di mana sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya. Sanggupkah Mariska bertahan menjadi salah satu penghuni kos yang diisi oleh sekumpulan manusia nyentrik dengan beragam profesi tak terduga? "Mungkin ini cara Tuhan untuk mengajariku agar tak mudah menyerah." Ares tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui jalan takdir paling manis meskipun terasa tragis bagi keduanya. Lalu bagaimana dengan Mariska? Kapan ia sadar bahwa Ares adalah cinta pertamanya saat masih bocah dulu? Kisah seru mereka hanya bisa dibaca di Om Kos!

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Romantis

4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku