Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
“… Kau tidak tidur?”
“Aku tidak bisa tidur ....”
“Kau menangis? Hei, apa karena tadi?”
“….”
“Baiklah kita bisa mencobanya lagi sebentar, tadi aku belum siap saja … aku masih memikirkan mamaku.”
“Tidak perlu! Aku sudah memikirkannya ….”
“Maksudmu? Kau tidak ingin hamil?”
“Aku tau kau tidak ingin menikah denganku, kan?”
“Bukan begitu … aku hanya ….”
“Aku sudah beli tiket, besok aku akan berangkat ke Beijing!”
“Ke Beijing? Apa maksudmu?”
“Aku ingin melanjutkan kuliahku saja, aku sudah dapat beasiswa.”
“Hei … kau tidak pernah bilang kalau kau-”
“Aku sudah memikirkan baik-baik, lebih baik aku kuliah dan merebut harta nenekku daripada harus menunggu pengecut sepertimu!”
Pengecut ….
Pengecut ….
***
Untuk kesekian kalinya, smartphone milik pria bersurai cat blonde itu berbunyi lagi. Mata karamelnya melirik sekilas, nomor yang tengah menghubunginya tidak terdaftar di kontaknya. Ia menatap layar handphone-nya yang terus bordering, menerima panggilan telepon dari orang yang tidak terdaftar di kontak handphone-nya merupakan hal yang tidak biasa baginya, ia pun memilih tidak memedulikan panggilan itu dan membiarkan handphone-nya terus berdering hingga diam dengan sendirinya.
Tidak lama kemudian, handphone-nya kembali berdering namun kali ini menandakan ada satu chat yang masuk. Dengan malas pria itu meraih handphone-nya dan membaca chat yang masuk.
‘Kak Barra, ini aku, Hana.’
Kening pria bernama Barra itu langsung mengerut. Hana? Barra merasa ia tak mengenal gadis maupun wanita bernama Hana untuk saat ini. Segera Barra membalas chat dari orang bernama Hana itu.
‘Maaf, ini Hana siapa?’
Seseorang bernama Hana langsung membalas chat dari Barra barusan.
‘Aku adik junior Kak Barra, kita kuliah di kampus yang sama. Kak Barra ingat, kan?’
Ah, akhirnya Barra mengingat seseorang bernama Hana ini. Ia mengingat bahwa ia memang memiliki adik junior bernama Hana saat di kampus, bahkan gadis bernama Hana itu pernah berusaha mendekatinya saat mereka pernah berada dalam kelompok diskusi yang sama. Namun Barra tidak begitu yakin apakah Hana yang kini tengah menghubunginya adalah gadis yang dahulu ia kenal karena setelah gadis itu menikah dengan salah satu pria konglomerat, ia tak lagi mendengar kabar gadis itu.
Oh, kini adik juniornya itu bukan lagi seorang gadis tapi ia adalah wanita yang sudah berkeluarga. Lagi pula, ia juga tak begitu akrab dengan adik juniornya itu walaupun semasa itu Hana mencoba mendekatinya namun ia tetap respek dengan sifat lembut dan bersahaja wanita itu.
Barra langsung menghubungi Hana melalui panggilan telepon untuk memastikan apakah Hana yang menghubunginya itu adalah Hana yang ia kenal.
Tut … Tut ….